Warga Kampung Adat Cireundeu Ketakutan dengan Adanya Proyek Pembangunan Perumahan

Bahkan, satu dari mata air itu ada yang dikeramatkan oleh warga Kampung Adat Cireundeu, sehingga bisa menimbulkan bencana . .

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Dedy Herdiana
TRIBUN JABAR/ZELPHI
Dua alat berat membuka lahan perumahan di dekat Kampung Adat Cireundeu, Leuwigajah, Kota Cimahi, Rabu (24/4/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, CIMAHI - Warga Kampung Adat Cireundeu, saat ini mengalami ketakutan dengan adanya aktivitas pembangunan pematangan lahan yang dilakukan oleh PT Nur Mandiri Jaya Properti selaku pengembang Griya Asri Cireundeu.

Pasalnya, di atas perbukitan atau lokasi yang akan dijadikan perumahan tersebut terdapat mata air yang menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar.

Bahkan, satu dari mata air yang mereka kerap sebut empat sirah cai itu ada yang dikeramatkan oleh warga Kampung Adat Cireundeu, sehingga bisa menimbulkan bencana apabila disalahgunakan.

Baca: Ini Cara Pelaku Menjual Miras Oplosan Agar Tidak Diketahui Warga, Memang Cerdik

Baca: 7 Fakta Menarik Tentang Pemprov Jabar Raih Penghargaan Parasamya Purna Karya Nugraha 2018

Menurut perempuan yang lahir dan besar di Kampung Cireundeu, Neni, adanya pembangunan yang dilakukan di atas Bukit Cireundeu itu, kerap muncul perasaan resah warga setiap kali hujan deras mengguyur kawasan tersebut.

"Entah siang atau malam, warga Kampung Adat Cireundeu dibuat was-was, takut tiba-tiba terjadi longsoran tanah dari lokasi yang akan dijadikan pemukiman itu," ujarnya di Kampung Adat Cireundeu, Jumat (27/4/2018).

Menurut wanita berusia 48 tahun itu, ketakutan tersebut merujuk pada kejadian longsoran sampah yang menggunung pada tahun 2005. Di tempat sampah itu, ada sirah cai yang juga terkontaminasi.

"Tapi bukan karena keramat, tapi ada manusia tidak memikirkan kondisi lingkungan, jika pembangunan dipaksakan, bisa saja kejadian longsor yang menewaskan saudara kami terulang lagi," katanya.

Menurutnya, longsor bisa terjadi kapan pun tanpa adanya pertanda, terlebih dilokasi proyek tersebut belum ada saluran air yang mengalirkan air dari atas ke bawah, sedangkan permukiman warga berada di bawahnya.

Kondisi itu diperparah dengan belum selesainya proses pematangan tanah di atas lahan yang nantinya akan dibangun rumah-rumah permanen.

"Sekarang kondisinya kan sudah gundul, tidak ada pohon yang jadi penahannya, bisa jadi longsor," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved