Cuma Ada 20 Komputer yang Ujian 452 Siswa, 432 Siswa SMPN 3 Lembang Pun UNBK di Sekolah Lain
Kami hanya punya 20 komputer yang bisa dipakai padahal siswa yang ikut UNBK ada 452 orang.
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
TRIBUNJABAR.ID, LEMBANG - Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat (KBB) terlihat belum siap menggelar Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMP.
Sejumlah sekolah tidak memiliki komputer yang cukup sehingga siswanya terpaksa harus mengungsi ke sekolah lain yang memiliki komputer mencukupi. Seperti halnya siswa SMPN 3 Lembang yang hanya memiliki 20 unit komputer.
Sebanyak 452 siswa SMPN 3 Lembang harus melaksanakan UNBK di luar sekolahnya. Bahkan, hampir seluruh SMP di KBB ada sebagian siswanya yang harus ujian di sekolah lain, karena tidak memiliki komputer yang memadai.
Baca: Dedi Mulyadi Disambut Ramah Warga Desa di Perbatasan Jabar-Jateng, Sempat Temui Disabilitas
"Ada 432 siswa kami terpaksa menumpang ujian di sekolah lain akibat komputer ataupun laptop di sekolah tidak memadai," kata Kepala SMPN 3 Lembang, Wawan Kuswandi di Lembang, Senin (23/4/2018).
Wawan mengatakan sebanyak 452 siswa SMPN 3 Lembang yang ikut UNBK, terdiri dari 371 siswa reguler dan 81 siswa dari SMPN terbuka 3 Lembang. Pihaknya pun telah menjalin kerja sama dengan SMK Bina Wisata dan SMK PGRI untuk pelaksanaan UNBK tahun ini.
Pria Ini Rugi 3 Kali, Gudang Dibongkar Tuk Proyek Cimaci, Belum Dapat Ganti, Isinya Pun Raib https://t.co/5Vq0IsxHG1 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) April 23, 2018
"Kami hanya punya 20 komputer yang bisa dipakai padahal siswa yang ikut UNBK ada 452 orang. Saya rasa hampir semua SMP negeri di Lembang belum bisa menyelenggarakan UNBK secara mandiri karena persoalan ini (komputer)," ucap dia.
Gokil! Balasan Pantun Ustaz Somad Bikin Menteri Susi Ngakak, Lihat Videonya https://t.co/92tuqKBjlU via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) April 23, 2018
Padahal, pelaksanaan ujian di SMPN 3 Lembang ini harus bergiliran dibagi dalam tiga shift, mulai pagi, siang, dan sore. Wawan berharap pelaksanaan ujian bisa serentak pagi di mana konsentrasi siswa masih segar. Akan tetapi, karena harus berhadapan dengan kenyataan terbatasnya sarana prasarana, maka dia pun tidak bisa berbuat banyak.
"Semoga saja kondisi ini tidak terlalu mengganggu siswa. Apalagi sebelumnya mereka telah mengikuti try out, simulasi, dan pembekalan mental jadi kami tetap menargetkan kelulusan 100 persen," ujarnya.