Warga Belanda Mencari Ibu Kandungnya
Sebelum Diboyong ke Belanda, Felix Tinggal di Interniran Jepang, Perut Buncit karena Kelaparan
Saya saat ini berumur 68 tahun. Mungkin ibu saya berumur 80-88 tahun. Seluruh hidup saya habiskan untuk mencari keluarga saya
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Kisdiantoro
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Fidya Alifa
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Setelah 66 tahun berlalu, Robert Bartholomeus van der Puyl, atau akrab dipanggil Felix, kembali ke Indonesia untuk mencari ibu kandungnya, Jeanne Christine Mackay. Felix percaya ibunya masih hidup dan tinggal di Bandung. Ia juga percaya bahwa kakak tirinya yang keturunan Jepang masih ada dan tinggal di Bandung.
Dalam risetnya, Felix menemukan bukti bahwa sebelum bertemu Jeanne, ayahnya, Bartholomeus van der Puyl, sempat bergabung di Oorlongsvrijwillinger (OVW), sukarelawan perang yang terikat dengan batalion resimen infanteri (2-9 RI) V en B devisie. Pasukan OVW dikirim ke Inggris pada 1945 untuk mendapat pelatihan spesial.
Pada 3 Juli 1946, ia menjabat sebagai prajurit satu dari Koninklijke Landmacht (KL). Kemudian ia ditempatkan di Bandung.
Dua tahun kemudian, tepatnya pada Oktober 1948, van der Puyl berhenti menjadi prajurit. Van der Puyl mendapat medali penghargaan keamanan dan pemulihan. Pascaketerlibatannya dengan militer selesai, ia mendirikan perusahaan transportasi dan sepeda di Jalan Purnawarman.
7 Pemain Muda yang Bakal Jadi Rising Star di Liga 1, Ada yang Siap Gantikan Sosok Febri Hariyadi https://t.co/npbApE2MCM via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) March 23, 2018
"Saya saat ini berumur 68 tahun. Mungkin ibu saya berumur 80-88 tahun. Seluruh hidup saya habiskan untuk mencari informasi mengenai keluarga saya," kata Felix.
Sebelum dibawa ayahnya meninggalkan Indonesia pada akhir 1951, Felix dan kakak kandungnya, Belatrix atau dipanggil Trix, tinggal di interniran Jepang. Saat itu usia Felix baru dua tahun. Kondisi Felix sangat memprihatinkan. Perutnya buncit karena kelaparan seperti anak yang mengalami busung lapar.
Walaupun hanya berjarak satu tahun, Trix mengurus Felix di interniran tersebut, layaknya seorang kakak. Mereka berdua dipenuhi kutu, memakai pakaian kotor, dan dalam kondisi kelaparan. Felix tidak tahu pasti lokasi interniran tersebut, tapi masih di daerah Bandung.
Baca: Semi Peminat di Cirebon, Cobek Khas Desa Sinarrancang Malah Dipasarkan Hingga ke Papua
Suatu hari, ayah Felix menjemput mereka dari interniran. Saat itu Felix tidak mengenali wajah sang ayah, tetapi Trix mengenalinya. Ayahnya harus memanggil mereka tiga kali, barulah kakak- beradik ini menghampiri sang ayah.
Ayah Felix dalam kondisi luka. Ia sempat dirawat di sebuah rumah sakit. Diduga ayahnya terlibat peristiwa pembantaian Westerling karena nenek Felix sempat melihat ayahnya sedang bersama Raymond Pierre Westerling. Tetapi Felix tidak yakin ayahnya di bagian yang berperang. Ada kemungkinan ayahnya sebagai pengemudi truk militer karena ia bekerja dengan Jan Thomas- Scheers dan ia mempunyai perusahaan truk di Bandung.
Sejarah mencatat, Westerling juga sempat mempunyai perusahaan truk di Bandung. Karena itu, kata Felix, bisa juga ayahnya ditempatkan di bagian dapur militer.
Karena sempat terluka, ayah Felix harus kembali ke Belanda. Setelah dijemput oleh ayahnya, Felix dan Trix menaiki pesawat Constellation yang saat itu hanya menunggu satu jam sebelum akhirnya bertolak ke Sydney, Australia. Dari Australia, Felix, Trix, dan ayahnya terbang lagi ke Singapura, kemudian ke Amsterdam, Belanda. Felix dan Trix sangat kelaparan, kehausan, dan banyak kutu, badannya memar serta kotor. Kondisi ini berlangsung selama berminggu-minggu.
Baca: Suporter Persib Akan Sajikan Koreo di Laga Perdana, Bobotoh Diharap Tidak Naik ke Atas Pagar