Pilwalkot Bandung
Dicurhati Ibu-ibu, Aries Menangis Karena Masih Banyak Warga Sulit Hidup di Kota Bandung
Calon wakil wali Kota Bandung Aries Supriatna menangis saat mendengar keluhan belasan ibu-ibu, para ketua RT dan RW soal permasalahan
Penulis: Tiah SM | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Tiah SM
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Calon wakil wali Kota Bandung nomor urut 2, Aries Supriatna menangis saat mendengar keluhan belasan ibu-ibu, para ketua RT dan RW soal permasalahan yang dialami sehari-hari.
Aries tak kuasa membendung air matanya saat sejumlah ibu-ibu curhat soal sulitnya mereka mendapatkan penghidupan yang layak di tengah megahnya pembangunan di Kota Bandung.
"Saya hampir setiap hari menemukan kondisi yang membuat miris dan sedih. Ternyata di balik megahnya gedung-gedung dan kehidupan glamour di Bandung, masih banyak saudara-saudara kita yang hidup memprihatinkan bahkan tidak layak," tutur Aries saat berdialog dengan warga di sela-sela kampanye di kawasan Antapani, Kota Bandung, Rabu (21/3/2018).
Baca: Tak Ada Calon Wali Kota atau Calon Wakil Wali Kota di Lokasi Banjir di Bandung, Warga Pun Tak Peduli
Aries bercerita setiap kali melakukan blusukan ke gang-gang sempit di kawasan pemukiman padat, ia selalu menemukan cerita-cerita bahkan melihat langsung dengan mata kepala sendiri kondisi miris yang dialami warga Kota Bandung.
"Di Arcamanik yang dikenal kawasan elit, saya menemukan ada keluarga yang hidup dengan menggunakan air selokan sisa pembuangan rumah-rumah elit karena keluarga itu tidak memiliki akses air bersih," kata Aries mencontohkan.
Selain itu, cawawalkot Bandung pendamping Yossi Irianto itu juga menemukan satu daerah yang terkena wabah penyakit TBC.
Cerai dengan Suami Kedua, Ditipu Suami Ketiga, Kini Muzdalifah Kembali Alami Nasib Pilu https://t.co/yPNpedqfYV via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) March 21, 2018
Hal tersebut, kata Aries, sangat ironis terjadi di Kota Bandung mengingat TBC dikenal sebagai wabah penyakit zaman penjajahan Belanda.
"Ternyata di Kota Bandung masih banyak kehidupan yang seperti itu. Saya selalu menemukan rumah-rumah tidak layak huni yang hampir roboh. Ini seharusnya tidak boleh ada di Kota Bandung," ungkap dia sambil terbata-bata.
Dengan APBD Kota Bandung yang mencapai Rp 7 triliun lebih, sambung Aries, seharusnya sudah tak ada lagi warga yang hidup di rumah-rumah tidak layak huni.
Tak ada lagi orang yang dikejar-kejar ketakutan rumahnya akan ambruk.
Tidak ada lagi warga yang tidak bisa berobat ketika sakit. Minimal, kata dia, masalah kesenjangan sosial ini dapat dipersempit.
Ke depan, ujarnya, fokus Yossi-Areis adalah menyelesaikan masalah kesejahteraan sosial dan mengatasi kemiskinan.