Eksklusif Tribun Jabar

Air Waduk Saguling Berubah Warna pada Agustus, Petani Ikan Tak Lagi Menebar Ikan Mas dan Nila

Ke sini saja bulan Agustus atau September kalau mau lihat limbah. Air, kan, lagi surut. Bakal kelihatan limbahnya.

Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Kisdiantoro
Tribun Jabar/Firman Wijaksana
Bale Apung Sangkuriang di Waduk Saguling, Kampung Cihamirung, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Wijaksana/Ragil Wisnu Saputra

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Indra Nugraha (43), warga Kampung Palayangan, Desa/Kecamatan Cihampelas, tak membantah bahwa area Saguling terpapar limbah.

Hanya, kata Indra, dampak limbah kepada ikan tak berpengaruh. Hasil uji dari Badan Karantina Ikan menyebut ikan dari Saguling negatif terhadap virus.

"Limbah itu, kan, dari pabrik-pabrik yang ada di sepanjang Citarum. Jadi, harusnya pabrik yang ditindak. Memang saya rasakan dampak limbah ada. Seperti pedangkalan waduk dari 35 meter jadi 20 meter sekarang," kata Indra di Waduk Saguling, Selasa (6/3).

Indra, yang sudah menjadi petani ikan sejak 1993, mengatakan, limbah mengotori Saguling sejak tahun 2000. Air waduk biasanya akan berubah warna sekitar bulan Agustus saat curah hujan rendah.

"Ke sini saja bulan Agustus atau September kalau mau lihat limbah. Air, kan, lagi surut. Bakal kelihatan limbahnya. Makanya kalau bulan Agustus saya sudah tidak menanam benih ikan lagi," ucapnya.


Indra menuturkan hal itu tidak berdampak terhadap penjualan ikan. Ikan dari Saguling, kata dia, tetap menjadi favorit untuk sejumlah pasar di Semarang, Cilacap, dan Cirebon.

Di kolam kerambanya, Indra menanam ikan patin, nila, dan mas. Namun jika memasuki bulan Agustus, Indra hanya menanam ikan patin karena kuat terhadap limbah.

"Ikan nila dan mas saya setop sejak bulan Juli. Petani di sini sudah hafal jadwal menanam. Kalau dipaksakan, bisa rugi karena ikan nila dan mas bisa mati," ucapnya.

Di kolam kerambanya, Indra kini menanam tiga ton ikan patin. Ia pernah merugi pada 2004 karena ikan mati terkena limbah. Saat masa panen tiba, Indra bisa menjual ikan patin dan nila sebanyak dua ton per hari. Jumlah tersebut diakuinya belum mencukupi permintaan pasar.

Baca: Ade Rai: Orang yang Merokok, Tidak Sadar Bahwa Ia Sedang Merusak Tubuhnya Sendiri

"Mintanya, sih, per dua hari itu delapan ton. Tapi baru sanggup satu sampai dua ton sekali kirim," ujarnya.
Edwin Sopian (36), juga petani ikan, mengatakan, permintaan ikan dari Saguling masih tinggi dan banyak dicari. "Per dua hari pembeli dari Semarang datang. Bawa dua ton sekali ambil itu. Mereka sudah tahu kualitas ikan dari Saguling. Dagingnya itu lebih tebal dibanding daerah lain," kata Edwin.

Adanya kabar sejumlah pabrik pembuang limbah menjalani proses hukum disyukuri Edwin dan petani lain. Ia berharap sejumlah pabrik yang kerap membuang limbah ke Citarum diberi sanksi hukum.

"Jangan sampai lagi membuang limbah ke Citarum. Kami sangat tergantung terhadap kualitas air Citarum dalam menanam ikan," ujar warga Kampung Pajajaran, Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, ini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved