Hasil Survei Tertinggi, Ridwan Kamil Tak Ingin Seperti Nasib Ahok
Bakal Calon Gubernur Ridwan Kamil punya kiat sendiri untuk mempertahankan tingkat elektabilitasnya dalam ajang Pilkada Jawa Barat 2018.
TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Bakal Calon Gubernur Ridwan Kamil punya kiat sendiri untuk mempertahankan tingkat elektabilitasnya dalam ajang Pilkada Jawa Barat 2018.
Emil, sapaan akrabnya yang menempati elektabilitas tertinggi dari hasil survei yang dilakukan lembaga survei Indo Barometer, tak ingin tergelincir seperti Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Seperti diketahui, hasil survei Indo Barometer, Ridwan Kamil menduduki peringkat teratas dengan angka 46 persen.
Kemudian Dedi Mulyadi 18,9 persen, dan Deddy Mizwar 14,2 persen,
Menurut Ridwan Kamil, polemik yang menimpa Ahok membuatnya kalah dari pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Padahal, hasil surveinya Ahok paling tinggi saat itu.
Baca: Nenek Pencari Kayu Bakar Itu Sudah Lima Hari Hilang di Hutan Cikole Lembang, Diyakini Masih Hidup
"Ada yang surveinya tinggi tapi kalah, tapi kan kalah bukan karena surveinya keliru, tapi individu yang diusungnya dalam perjalanannya bermasalah. Contohnya di (Pilkada) Jakarta (Ahok) tinggi surveinya, tapi di tengah jalan bermasalah, maka kalah," tutur Ridwan, Jumat (3/11/2017).
"Tapi bukan berarti gak benar. Survei hanya memaping kondisi hari ini kan masih ada delapan bulan, kalau kondisi saya sekarang bagus ya alhamdulillah saya pertahankan."
Dengan bekal hasil survei yang tinggi, Ridwan Kamil mengaku akan terus mempertahankan ritme kerja dan intensifitas sosialisasi kepada masyarakat.
"Doakan saja saya tidak banyak masalah. Kalau saya tidak ada masalah tentu saya bisa menjaga ritme ini, kan ritme ini terjadi dari November 2016 oleh survei dari Instrat sampai Indobarometer hari ini. Padahal jabatan saya wali kota Bandung tapi diapresiasi oleh kota dan kabupaten lain di Jabar," ujarnya.
Baca: Ini 10 Persimpangan dengan Pelanggaran Terbanyak di Kota Bandung, Anda Sering Lewat Sini?
Meski berupaya tak cari masalah, lanjut Ridwan, ia tak bisa menghindar dari dinamika yang ingin menjatuhkan angka elektabilitasnya.
Polemik yang terjadi di Kota Bandung pun kerap jadi alat untuk merusak citranya.
"Saya hidup apa adanya, Tamansari mau saya beresin, saya komunikasikan. Ada yang cari masalah juga, pasti ada provokasi juga," katanya. (Kompas.com/ Dendi Ramdhani)