SDN Regol Rancang Simulator Gamelan dari Barang Bekas
Berawal dari keprihatinan karena tidak memiliki perangkat gamelan, SDN Regol 10 Garut Kota merancang simulator gamelan dari barang bekas.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Kisdiantoro
GARUT, TRIBUN - Berawal dari keprihatinan karena tidak memiliki perangkat gamelan, SDN Regol 10 Garut Kota merancang simulator gamelan dari barang bekas. Bahkan, karyanya ini berhasil memenangkan penghargaan tingkat nasional, Indonesia Information and Communication Technology Award 2014.
Guru Kelas V SDN 10 Regol Garut Kota, Ema Nurjamilah, mengatakan temuan ini diawali keluhan dan inspirasi para muridnya. Karena sekolahnya tidak memiliki perangkat gamelan, mereka harus meminjamnya ke sekolah lain untuk berbagai kebutuhan, di antaranya acara perpisahan kelas VI.
"Kalau kelas VI lulus, murid kelas V harus memainkan gamelan saat perpisahan. Mereka mengeluh harus menggotong perangkat gamelan yang berat karena harus meminjamnya dari luar setiap tahun. Maklum, perangkat gamelan sangat mahal dan kami belum mampu beli," kata Ema saat ditemui di sekolahnya, Jumat (31/10).
Berbekal pengetahuan dasar yang diajarkan dalam pelajaran Ilmu Komputer, kata Ema, mereka mencetuskan ide untuk memainkan perangkat gamelan melalui komputer atau ponsel pintar. Dengan berbagai aplikasi yang didapat gratis, gamelan dapat dimainkan melalui touch screen atau keyboard.
Namun, para guru menilai hal tersebut dapat menghilangkan kemampuan motorik murid dalam memainkan perangkat gamelan asli. Murid yang terbiasa memainkan gamelan melalui perangkat lunak dinilai akan kebingungan saat diminta memainkan perangkat gamelan asli.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibimbing guru Kelas V, Ema Nurjamilah, dan guru Kelas VI, Budi Arifin, enam murid kelas V yang kini telah naik ke kelas VI, membuat simulator gamelan. Perangkat gamelan dibuat replikanya sedangkan suara yang dihasilkan keluar dari speaker komputer atau laptop.
Karya yang diciptakan beberapa bulan lalu ini kemudian dipresentasikan dan dilombakan dalam Indonesia Information and Communication Technology Award 2014. Mereka akhirnya berlomba bersama 95 SD dan SMP lainnya se-Indonesia sampai babak final. Dalam babak final, mereka bersaing dengan 7 sekolah lainnya.
"Kami sampat kecil hati. 7 sekolah finalis lainnya kebanyakan tingkat SMP. Semuanya dari international school atau sekolah terpadu. Hanya kami yang dari sekolah negeri, dari Garut pula, bukan kota besar," kata Ema.
Namun, karya enam muridnya ini, yakni Adila Rachmawati Pradana, Fazil Fauzi Hidayat, Muhammad Raka Saefulloh, Rafli Muhammad Ridhwan, Rani Sandra, dan Syifa Nuraeny Widiarti, di bawah bimbingan Ema Nurjamilah, Budi Arifin, dan Kepala SDN Regol 10 Garut Kota Ayat Rohayati, mereka berhasil mengalahkan 7 sekolah unggulan lainnya.
"Alhamdulillah, karya kami mengalahkan robot dan karya mutakhir lainnya. Penghargaannya diserahkan Menteri Kominfo kala itu, Tifatul Sembiring. Lombanya sendiri baru digelar Agustus 2018," kata Ema.
Karya yang mereka ciptakan dan berhasil memenangi penghargaan ini adalah simulator saron, yakni baru salah satu perangkat gamelan degung. Kini, mereka tengah merancang simulator waditra lainnya, yakni peking, bonang, jenglong, kempul, dan goong. Jika semua perangkat gamelan degung ini rampung, mereka dapat memainkannya layaknya gamelan degung biasa. (Sam)