Napak Tilas Sejarah Kota Kembang di Museum Kota Bandung, Ada Diorama Bandung Lautan Api
Museum Kota Bandung di Jalan Aceh No. 47 meenjadi salah satu temat untuk mengetahui sejarah kota Kembang.
Penulis: Nappisah | Editor: Siti Fatimah
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Setiap bulan September, Kota Bandung merayakan hari jadinya dengan beragam kegiatan budayaan hingga kesenian.
Namun, salah satu cara paling syahdu untuk mengenang perjalanan panjang Kota Kembang adalah dengan mengunjungi Museum Kota Bandung di Jalan Aceh No. 47.
Bangunan bercat putih dengan arsitektur kolonial itu berdiri kokoh, seolah menjadi saksi bisu perjalanan Bandung dari masa ke masa.
Siapa sangka, bangunan Museum Kota Bandung menyimpan sejarah panjang.
Dulunya, tempat ini adalah Frobelschool, sekolah taman kanak-kanak yang didirikan Loge Sint Jan pada 1898.
Awalnya sekolah menumpang di Pendopo Kabupaten sebelum memiliki gedung sendiri di seberang markas Loge Sint Jan (kini Masjid Al Ukhuwah) dan diresmikan pada 25 Agustus 1900.
Frobelschool berkembang pesat, dari 13 murid menjadi 290 murid pada 1920.
Tahun yang sama, sekolah pindah ke bangunan baru di Verlenge Atjehstraat, yang kini menjadi gedung depan Museum Kota Bandung.
Kegiatan sekolah berhenti saat pendudukan Jepang.
Gedung ini sempat dipakai sekolah Yahua pada 1950-an, kemudian diambil alih pemerintah dan digunakan sebagai Sekolah Pendidikan Olahraga serta Gedung KONI Jawa Barat.
Bangunan ini ditetapkan sebagai Cagar Budaya Kelas A pada 2009, dihibahkan ke Pemerintah Kota Bandung pada 2013, dan pada 2018 resmi difungsikan sebagai Museum Kota Bandung setelah dipugar dan dikembalikan ke bentuk aslinya.
Begitu melangkah masuk, pengunjung disambut oleh panel sejarah yang menceritakan terbentuknya Kota Bandung, lengkap dengan foto-foto lawas dan nama para wali kota dari masa ke masa.
Lorong-lorong di dalam museum mengajak pengunjung menyusuri timeline sejarah Bandung.
Mulai dari masa kolonial Belanda, perjuangan kemerdekaan, hingga wajah Bandung masa kini.
Yang paling memikat adalah ruang Bandung Tempo Doeloe, di mana miniatur transportasi kuno, foto-foto Alun-Alun dan Jalan Braga awal abad ke-20, serta diorama peristiwa Bandung Lautan Api dipajang dengan apik.
Menariknya, museum ini gratis untuk dikunjungi.
Pengunjung hanya perlu mengisi buku tamu di pintu masuk. Jam operasionalnya pun cukup bersahabat: Selasa hingga Minggu pukul 10.00–15.00 WIB.
Yuri, Staf Tourist Information Center Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, mengatakan bahwa museum biasanya paling ramai saat liburan sekolah.
Pada periode itu, banyak keluarga dan rombongan pelajar yang datang berkunjung.
Ia menuturkan, turis mancanegara terutama dari Eropa juga memiliki minat besar terhadap sejarah Bandung sehingga tertarik mendatangi museum ini.
Menurut Yuri, penting bagi warga Bandung untuk datang ke museum ini bukan hanya sebagai wisata, tetapi juga sebagai cara mengenal jati diri kota.
“Sejarah itu bagian dari kita sendiri. Kita tinggal di Bandung, sepatutnya tahu bagaimana kisah kota ini terbentuk. Kalau kita sudah tahu, kita bisa lebih mencintai Bandung dan melestarikan nilai-nilainya,” jelasnya, saat ditemui Tribun Jabar, Sabtu (13/9/2025).
Upaya menghidupkan kunjungan museum terus dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung. Melalui Tourist Information Center (TIC), pihaknya aktif menggandeng komunitas anak muda agar museum tidak hanya menjadi destinasi wajib bagi pelajar, tetapi juga ruang edukasi dan rekreasi yang menarik bagi generasi milenial dan Gen Z.
Menurutnya, para kreator muda yang biasa membuat konten kreatif di media sosial berperan besar dalam membangun kesadaran publik.
"Mereka bikin video, konten menarik yang diunggah ke media sosial, supaya masyarakat tahu bahwa di Bandung ada museum. Jadi bukan hanya anak sekolah yang datang karena tugas, tapi juga anak muda yang punya keinginan untuk mencintai sejarah, khususnya sejarah Kota Bandung,” tambahnya.
Seiring dengan peringatan hari jadi Kota Bandung pada 25 September mendatang, Yuri berharap momentum tersebut bisa semakin menguatkan kecintaan warga terhadap sejarah kota.
Keluarga dan Generasi Z Menemukan Asyiknya Belajar Sejarah di Museum
Museum Kota Bandung kini tidak hanya oleh pelajar yang datang karena tugas sekolah, tetapi juga anak muda dan keluarga yang datang dengan kesadaran sendiri untuk mengenal sejarah kota.
Rizal Ardian (20), seorang mahasiswa, mengaku tertarik datang setelah melihat unggahan museum di media sosial.
“Awalnya cuma lihat di TikTok. Kirain cuma tempat foto-foto, ternyata banyak menariknya yang bikin aku jadi tahu sejarah Bandung dari awal berdirinya. Jadi nggak cuma konten, tapi juga dapat ilmu,” ujarnya saat ditemui di sela kunjungan.
Kunjungan juga dimanfaatkan keluarga untuk memberikan edukasi sejarah bagi anak-anak.
Dedi, seorang ayah yang datang bersama istri dan dua anaknya, mengaku senang bisa mengenalkan sejarah Bandung dengan cara yang menyenangkan.
“Anak-anak biasanya cuma tahu Bandung dari mal atau tempat wisata modern. Di sini mereka bisa lihat foto-foto zaman dulu, cerita perjuangan sebelum Bandung jadi kota seperti sekarang. Ini juga jadi ajang quality time bersama keluarga," tuturnya
| Sri Dewi Anggraini : Siap Dukung Hak Guru Madrasah Di Kabupaten Bandung Barat |
|
|---|
| DPRD Jabar Minta Pemprov dan Pemkot Bandung Bahas Serius Pola Pengoperasian BIJB & Bandara Husein |
|
|---|
| Kemenangan Beruntun Persib Terancam Terhenti, Bojan Hodak Khawatir Pemain Kelelahan lawan Persis |
|
|---|
| Pelatih Persib Bojan Hodak Heran Persis Solo di Zona Degradasi: Mereka Tim Bagus |
|
|---|
| Satu Out, Satu In! Frans Putros Dipastikan Absen di Laga Persib vs Persis, Thom Haye Siap Starter |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/museum-kot-bandung-ragam.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.