Kasus Kekerasan Anak di Bandung, Psikolog Singgung Hubungan Emosional Orang Tua Tiri

Psikolog Monalisa Aryanti menjelaskan berbagai faktor dapat membuat anak tiri lebih rentan mengalami kekerasan dalam keluarga.

Penulis: Nappisah | Editor: Kemal Setia Permana
Tribun Jabar
KEKERASAN ANAK - Ilustrasi Kekerasan pada anak. Psikolog Monalisa Aryanti menjelaskan berbagai faktor dapat membuat anak tiri lebih rentan mengalami kekerasan dalam keluarga. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Seorang anak berusia empat tahun di Kota Bandung tewas dengan tubuh penuh lebam dan luka bakar.

Dugaan awal, balita tersebut menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh ibu tirinya. Kasus ini tengah ditangani pihak berwajib.

Menanggapi kasus ini, psikolog Monalisa Aryanti menjelaskan berbagai faktor dapat membuat anak tiri lebih rentan mengalami kekerasan dalam keluarga.

Menurutnya, hubungan emosional yang tidak hangat kerap menjadi pemicu awal.

“Kurangnya kedekatan emosional antara orang tua dan anak sering membuat hubungan tidak stabil,” ujar Monalisa, saat dihubungi TribunJabar.id, Senin (24/11/2025).

Monalisa menuturkan orang tua tiri juga kerap kesulitan merasakan empati terhadap anak tiri dan memiliki ekspektasi yang tidak realistis.

“Misalnya berharap anak langsung dekat, hormat, dan patuh, padahal hubungan itu butuh proses,” katanya.

Baca juga: Polisi Periksaa Saksi-saksi Soal Balita yang Viral Tewas Diduga Alami Kekerasan

Dikatakannya, kekerasan juga bisa muncul karena pelampiasan emosi yang keliru.

Ada situasi di mana orang tua sedang marah kepada pasangan, tapi emosinya dilampiaskan kepada anak sebagai bentuk dominasi atau pemberontakan.

Selain itu, distorsi kognitif turut berperan, misalnya anggapan bahwa anak tiri bukan bagian dari dirinya sehingga perilaku anak dibiarkan tanpa arahan atau justru direspons dengan kekerasan.

Terkait kondisi keluarga pascaperceraian, Monalisa menekankan pentingnya orang tua mengelola emosi sebelum mengambil keputusan.

“Membuat keputusan saat keadaan emosional tidak stabil hanya akan menimbulkan penyesalan,” ujarnya.

Baca juga: HAYU Birukan GBLA di Laga Persib Kontra Borneo FC, Bobotoh Bisa Segera Amankan Tiket Early Bird

Ia juga mengingatkan agar anak tidak dilibatkan dalam konflik antarpasangan.

“Jangan sampai anak dipaksa memilih, atau mendengar orang tuanya saling membicarakan keburukan,” katanya.

Menurutnya, kestabilan rutinitas anak perlu dijaga. Orang tua harus tetap berkomunikasi dengan emosi yang terkendali serta mengamati perubahan yang muncul pada anak.

“Perhatikan bila ada perubahan emosi atau perilaku yang signifikan,” tutur Monalisa. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved