Breaking News

TRAGEDI Pilu di NTT: Guru SD di Kupang Hantam Kepala Muridnya dengan Batu, Sang Bocah Tewas

Tersangka YN mengambil batu dan memukul kepala korban sebanyak empat kali.

|
Editor: Ravianto
Dwi Putra Kesuma/TribunJakarta.com
MURID SD TEWAS - Ilustrasi jenazah: Seorang murid SD di Kota Kupang tewas setelah kepalanya dipukul baru sebanyak 4 kali oleh guru. Murid itu dihantam kepalanya karena bolos gladi upacara. 

TRIBUNJABAR.ID, KUPANG - Tragedi memilukan menyelimuti dunia pendidikan di Nusa Tenggara Timur (NTT) setelah RT (10), seorang siswa sekolah dasar, meninggal dunia diduga akibat penganiayaan berat yang dilakukan oleh gurunya sendiri, YN (51).

Aksi keji tersebut, yang melibatkan pemukulan kepala korban dengan batu, kini menarik perhatian Komisi III DPR RI yang mendesak hukuman maksimal bagi sang guru.

Anggota Komisi III DPR RI, Soedeson Tandra, meminta aparat penegak hukum untuk memproses kasus ini dengan serius dan memberikan sanksi seberat-beratnya kepada pelaku.

"Ini kan dua kejahatan ini; pertama itu melakukan kekerasan fisik. Kedua kepada anak-anak. Yang ketiga anak didik sendiri, gimana itu? Sangat menyedihkan," tegas politikus Partai Golkar tersebut, Selasa (14/10/2025) dikutip Tribun Jabar dari Tribunnews.

Kronologi Sadis: Dipukul Batu karena Bolos Upacara

Kasat Reskrim Polres Timor Tengah Selatan (TTS), Akp I Wayan Pasek Sujana, menjelaskan kronologi penganiayaan sadis itu terjadi pada Jumat (26/9/2025) sekitar pukul 12.00 WITA di halaman SD Inpres One, Desa Poli, Kecamatan Santian, Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Baca juga: Kasus Pelecehan Murid SD oleh Oknum Guru di Cirebon, PKPSDM Pastikan Pecat Tak Hormat Pelaku

Penganiayaan bermula ketika tersangka YN mengumpulkan RT bersama sembilan temannya karena tidak melaksanakan gladi upacara pada hari Sabtu dan tidak masuk sekolah pada hari Minggu.

"Tersangka YN mengambil batu dan memukul kepala korban sebanyak empat kali, juga memukul kepala sembilan anak lainnya," ungkap Wayan Pasek.

RT saat itu mengeluh sakit dan pulang. Keesokan harinya, Sabtu (27/9/2025), korban mengalami demam tinggi."

"Saat itulah korban menceritakan penganiayaan yang dialaminya kepada Sarlina Toh, yang selama ini merawatnya.

Pada 29 September 2025, kondisi RT memburuk. Ketika Sarlina Toh memijat kepala korban, ia menemukan bengkak dan memar yang parah.

Korban kemudian mengonfirmasi kepada Sarlina bahwa luka itu disebabkan oleh pukulan batu dari guru YN.

Korban Menghembuskan Napas Terakhir di Pangkuan Perawat

Kondisi RT terus memburuk. Pada Kamis (2/10/2025), suhu tubuh korban semakin tinggi hingga korban mulai berbicara sendiri seperti orang tidak waras.

Korban RT akhirnya menghembuskan napas terakhir pada pukul 18.00 WITA di pangkuan salah satu perawatnya, Margarita Tanaem.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved