Kota Bandung di Ambang Darurat Sampah Imbas Perubahan Skema Pembuangan, Farhan Buat Langkah Ini

Kota Bandung terimbas perubahan skema pembuangan sampah ke TPA Sarimukti di Cipatat, Kabupaten Bandung. Bahkan, sampah menjadi masalah lebih serius.

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Giri
Tribun Jabar/ Hilman Kamaludin/ARSIP
SAMPAH MENUMPUK - Sampah di TPS Ciwastra menumpuk imbas perubahan sistem pembuangan dari ritase ke tonase. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kota Bandung terimbas perubahan skema pembuangan sampah ke TPA Sarimukti di Cipatat, Kabupaten Bandung. Pemprov Jabar mengubah dari sistem ritase menjadi tonase.

Maka, kini beratnya sampah yang dibuang lebih terukur. Perubahan ritase menjadi tonase itu membuat sampah yang dibuang berkurang. 

Imbasnya, banyak sampah yang tak terangkut. Kondisi ini membuat Pemkot Bandung harus kembali memutar otak dalam menangani sampah.

Saat menggunakan sistem ritase, pembuangan sampah yang mencapai 140 rit per hari atau 1.200 ton. Namun saat memakai tonase, sampah yang dibuang hanya 981 ton per hari.

Tentu itu tak sebanding dengan produksi sampah di Kota Bandung mencapai 1.500 ton per hari.

Baca juga: Wali Kota Cimahi Klaim Masalah Sampah Masih Teratasi, Tapi Berharap Ada Tambahan Tonase

Sehingga jika pembuangan ke TPA Sarimukti hanya 981 ton per hari, maka sampah yang tidak terbuang dari Kota Bandung mencapai 519 ton per hari.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengatakan, pihaknya akan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) khusus sebagai petugas pemilah sampah agar pengelolaan di tingkat kelurahan berjalan optimal.

"Kita akan rekrut sebanyak 1.597 petugas pemilah di setiap RW. Dalam dua minggu ke depan kita akan menghadapi tantangan serius terkait sampah," ujar Farhan, Jumat (10/10/2025).

Baca juga: Sampah di Bandung Kembali Menumpuk, Farhan Berkantor di Tiap Kelurahan Pantau Pengelolaannya

Farhan belum menjelaskan teknis maupun skema perekrutan petugas pemilah sampah tersebut. Tetapi dia memastikan, Pemkot Bandung akan terus mendorong pengelolaan sampah berbasis wilayah.

"Karena itu, setiap kelurahan harus mulai menyiapkan tempat pengolahan sederhana agar tidak terjadi penumpukan," katanya.

Di sisi lain, Farhan mengapresiasi ketersediaan lahan yang dinilai cukup representatif untuk dimanfaatkan sebagai tempat pengolahan sampah organik seperti di RW 8 Kelurahan Ciseureuh.

Atas hal tersebut, Farhan meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung segera menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, termasuk pengadaan alat pengolah sampah di area tersebut.

Menurutnya, hal tersebut perlu dilakukan karena kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya urusan petugas di lapangan.

"Kota ini akan kuat kalau warganya ikut jaga. Sampah bukan cuma masalah kebersihan, tapi juga cermin kedisiplinan kita," ucap Farhan. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved