Membuat Keramik Ternyata Bisa Jadi Alternatif Terapi Motorik Untuk Anak

Tak hanya sebagai kegiatan seni, membuat keramik juga memiliki manfaat terapeutik terutama bagi anak yang susah fokus.

Tribun Jabar/ Putri Puspita Nilawati
KERAMIK - Seorang pegawai Elina Keramik sedang membuat produk keramik. Ketika membuat keramik, jemari pun harus terampil mengubah tanah liat dari awalnya bulat, memanjang, hingga membentuk benda yang diinginkan. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Meningkatnya kekhawatiran orang tua terhadap anak-anak yang sulit membatasi penggunaan gawai, membuat kelas bermain untuk meningkatkan motorik anak banyak diminati.

Siapa sangka belajar membuat keramik di Studio Elina Keramik pun kerap diminati mulai dari kalangan anak-anak hingga lansia.

Pemilik Elina Keramik, Elina Farida Eksan, mengatakan di kelas workshop ini membuka ruang belajar yang melatih motorik, konsentrasi, dan kreativitas anak lewat proses membuat keramik.

“Sekarang banyak anak yang main HP terus, jadi motoriknya kurang bagus. Waktu menulis pun sering jadi kurang rapi. Lewat membuat keramik, mereka bisa belajar fokus, melatih tangan, dan berkreasi,” kata Elina saat ditemui di Studio Elina Keramik, Jalan Taman Pramuka No 181, Rabu (12/11/2025).

Melalui Elina Keramik, studio yang ia bangun sejak tahun 2001, Elina telah mengubah hobi dan profesinya menjadi wadah edukasi, terapi, dan ekspresi kreatif lintas usia.

Selama lebih dari dua dekade berkarya, Elina menyadari bahwa minat masyarakat terhadap keramik tidak hanya sebatas membeli produk, tetapi juga ingin merasakan langsung proses pembuatannya. 

Peserta yang tertarik untuk belajar membuat keramik mulai dari PAUD, anak sekolah hingga lansia.

Baca juga: Kisah Elina, Perajin Keramik Bandung yang Tembus Pasar Internasional

“Beberapa waktu lalu ada ibu-ibu usia 90 tahun ikut belajar. Tangannya masih terampil, dan ingatannya juga masih bagus, ternyata membuat keramik bisa jadi latihan motorik yang baik,” ujar Elina.

Menariknya, lonjakan minat belajar keramik justru terjadi saat pandemi Covid-19.

“Waktu itu kan orang banyak di rumah. Mereka cari kegiatan baru, dan karena tempat kami terbuka, mereka merasa aman belajar di sini,” katanya. 

Para siswa belajar mulai dari mengolah tanah, membentuk dasar, hingga teknik throwing menggunakan mesin putar listrik.

“Kalau dulu mesin putarnya manual, sekarang sudah elektrik. Lebih cepat dan efisien,” kata Elina. 

Tak hanya sebagai kegiatan seni, Elina menilai bahwa membuat keramik juga memiliki manfaat terapeutik. 

“Anak-anak yang susah fokus atau kurang terlatih motoriknya cocok banget belajar keramik. Proses membentuk tanah itu melatih konsentrasi, kesabaran, dan koordinasi tangan," ujarnya.

Untuk membuat gelas keramik ini bermula dari tanah liat padat berbentuk bulat yang siap dibentuk dengan meja putar. Supaya mudah dibentuk, tanah liat ini perlu dibilas air, tak ketinggalan bagian kaki kanan menginjak pedal secara perlahan.

Ketika membuat keramik, jemari pun harus terampil mengubah tanah liat dari awalnya bulat, memanjang, hingga akhirnya melebar seperti cangkir.

Anda harus konsentrasi, jangan sampai tanah liat ini terlalu tebal, dan jangan pula terlalu lembek karena banyak kandungan air.  Jika sudah selesai menjadi sebuah bentuk, Anda juga harus memoles bagian tanah liat yang masih kasar dengan spons berukuran kecil. 

Baca juga: Ivar Jenner dan Mauro Zijlstra Sudah di Indonesia, Siap Duel Kontra Mali di FIFA Friendly Match

Workshop Elina Keramik pun dilakukan di studionya yang begitu nyaman dengan ruang terbuka dipenuhi tanaman hijau yang menyegarkan. Areanya pun cukup luas, bahkan bisa menampung hingga 100 orang peserta.

Dalam workshop tersebut peserta bisa membuat satu karya sederhana, seperti mangkuk atau cangkir kecil. 

Teknik yang digunakan beragam, mulai dari teknik tangan (hand-building) hingga kombinasi dengan mesin putar.

“Hasilnya tentu belum sempurna, ada yang ketebalannya beda, tapi itulah proses belajar,hasilnya selalu berbeda karena kreativitas tiap orang itu unik,” tuturnya.

Bagi Elina, belajar keramik bukan hanya tentang hasil akhir, melainkan tentang proses membentuk karakter. 

“Membuat keramik itu butuh kesabaran. Tapi begitu orang mulai, biasanya mereka menikmati setiap tahapannya. Dari situ kreativitas muncul dengan sendirinya.” kata dia. (*)

 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved