Hadapi Disprupsi Pendidikan, STIA LAN Bandung Selaraskan Etika dan Teknologi 

Politeknik STIA LAN Bandung menyiapkan lulusan yang berintegritas melalui pendidikan karakter, hingga kemampuan atau daya saing kerja.

Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
tribunjabar.id / Nappisah
Foto bersama jajaran STIA LAN Bandung saat wawancara hadapi disprupsi pendidikan di Sasana Budaya Ganesha, Sabtu (11/10/2025). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Disprupsi pendidikan tidak lagi bisa dihindarin. Perubahan kurikulum, hingga teknologi menjadi tantangan perguruan tinggi untuk mencetak lulusan berkualitas. 

Menyadari hal tersebut, Politeknik STIA LAN Bandung menyiapkan lulusan yang berintegritas melalui pendidikan karakter, hingga kemampuan atau daya saing kerja.

Kepala Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Muhammad Taufiq, mengatakan, menurut World Economic Forum, perubahan platform dunia kerja di tahun 2030 diprediksi sekitar 92 juta pekerjaan hilang. 

Kendati demikian, percepatan transformasi digital membuka 170 juta peluang kerja. 

"Mahasiswa harus mempunyai semangat untuk belajar, berkelanjutan karena dengan gelar sarjana saja tidak cukup untuk kemudian bisa menghadapi perubahan dunia kerja," ujarnya di Sasana Budaya Ganesha, Sabtu (11/10/2025). 

Selain itu, menurutnya, penguatan karakter employability skill harus dimiliki mahasiswa, untuk bekal di dunia kerja. 

"Keterampilan inti yang dibutuhkan untuk semua jenis pekerjaan, seperti kemampuan berorganisasi, kepemimpinan, emosional intelijen dan seterusnya," ucapnya. 

Taufiq menilai, karakter adaptif, inovatif, dan kolaboratif mampu menumbuhkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu, guna menyiapkan bonus demografi Indonesia Emas di 2045. 

"Peran teknologi semakin besar ini justru mahasiswa atau lulusan harus semakin kuat integritasnya. Sehingga di manapun mereka berada, akan tetap menjadi pelopornya," ucapnya. 

Di tempat yang sama, Direktur Politeknik STIA LAN Bandung Muhammad Nur Afandi
menyoroti kecerdasan intelektual tak cukup untuk menghadapi disprupsi dengan baik. 

Oleh karena itu, kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan kecerdasan emosional, sosial, spiritual untuk memperkuat karakter-karakter yang ada.

"Dengan demikian, diharapkan para mahasiswa yang sudah lulus atau belum, sudah siap untuk mengabdikan dirinya untuk memajukan bangsa dan negara ini," ujarnya. 

Dia menuturkan, keseimbangan antara kemampuan digital dan etika guna menghadapi perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI). 

Menurutnya, penguatan karakter menjadi kunci agar para lulusan tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga berintegritas dalam menggunakan teknologi.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved