Mengenal Makna dan Filosofi Jamasan Pusaka di Situs Jambansari Ciamis Setiap Rabiul Awal

Prosesi jamasan atau membersihkan benda pusaka peninggalan Bupati RAA Kusumadiningrat kembali digelar di bulan Rabiul Awal atau Maulid

Tribun Priangan/ Ai Sani Nuraini
PROSESI JAMASAN - Prosesi jamasan atau membersihkan benda pusaka peninggalan Bupati RAA Kusumadiningrat kembali dilakukan di bulan Rabiul Awal atau Maulid setiap tahunnya bertempat di Situs Jambansari, Ciamis. 

Tujuh bunga harum melambangkan kebaikan yang harus ditebarkan manusia setiap hari.

Sementara delapan gelas minuman mulai dari kopi pahit, teh, susu, hingga rujak menjadi pengingat tentang suka-duka kehidupan.

Bubur beureum bodas merepresentasikan keseimbangan jasmani dan rohani.

“Semua itu siloka. Pahit, manis, asam, getir, semua bagian dari kehidupan yang sudah diatur Allah. Tradisi ini juga ajaran silaturahmi, bukan hanya dengan manusia, tapi juga dengan hewan, tumbuhan, bahkan seluruh alam,” tambah Nandang.

Di penghujung upacara, air bekas pencucian pusaka dan sesajen dibagikan kepada masyarakat. 

Setiap orang membawa sebagian, sebagai simbol keberkahan yang tidak hanya dirasakan individu, tapi juga menyatu dalam kehidupan bersama.

Jamasan pusaka bukan hanya sekedar prosesi tahunan yang rutin digelar, tetapi juga di dalamnya terkandung nilai-nilai silaturahmi yang tidak terbatas antar manusia tetapi juga dengan seluruh ciptaan Tuhan.

Nandang menyebut, silaturahmi tersebut bukan hanya dengan sesama manusia tetapi juga dengan binatang, tumbuhan, hingga seluruh alam semesta, karena pada hakikatnya manusia itu ditunjuk sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi yang harus terus menjaga semua ciptaan Tuhan. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved