Laporan Wartawan TribunJabar.id, Nazmi Abdurrahman
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Rasio dokter spesialis mata menurut standar WHO adalah 1:20 ribu penduduk.
Saat ini, belum ada satupun daerah di Indonesia yang dapat memenuhi standar tersebut. Secara nasional, satu dokter spesialis mata rata-rata melayani lebih dari 160.000 penduduk.
Berangkat dari data tersebut, Izzulhaq Mahardika, Tiara Sabrina dan Muhamad Rafly, mahasiswa Fakultas Informatika Telkom University menciptakan aplikasi Retinex, inovasi untuk deteksi penyakit mata menggabungkan teknologi Artificial Intelejen (AI) atau kecerdasan buatan untuk skrining akurat pre-kunsultasi.
Inovasi teknologi dibidang kesehatan itu, berhasil lolos delapan besar Scientific Performance and Research Knowledge (SPARK) Telkomsel 2025 - Datathon Competition, sebuah kompetisi inovasi data yang menghadirkan para profesional dan mahasiswa dalam mengembangkan solusi berbasis kecerdasan buatan dan analisis data yang digelar Himpunan Mahasiswa Elektro ITB.
Baca juga: Laka Maut di GT Ciawi, 8 Orang Tewas, Polda Jabar Pakai Teknologi Canggih Cari Tahu Awal Mula Laka
Dikatakan Izzulhaq, butuh waktu sekitar dua bulan untuk menciptakan Retinex hingga dapat digunakan oleh tenaga kesehatan.
Retinex ini, kata dia, merupakan aplikasi alat yang dapat membantu tenaga kesehatan dalam melakukan diagnosa terhadap pasiennya.
"Melalui alat ini, kami ingin membantu dokter sehingga proses dari kerja dokter itu lebih terbantu, sehingga dokter sendiri dapat lebih banyak mencakup pasien dengan lebih sedikit waktu," ujar Izzulhaq.
Cara kerja Retinex pun sangat sederhana, pengguna hanya perlu mengarahkan lensa yang sudah dimodifikasi menggunakan adaptor dan terkoneksi dengan aplikasi di smartphone ke fundus mata pasien.
"Jarak antara smartphone dan mata itu sekitar 15 cm, kalau jarak retina mata pasien dan lensa sekitar 5 cm," katanya.
Setelah lensanya fokus, pengguna tinggal memfoto fundus mata pasien dan hanya dalam hitungan detik aplikasi akan melakukan skrining.
"Langsung ke luar prediksi penyakitnya apa," katanya.
Saat ini, Retinex baru dapat mendeteksi tiga penyakit mata yakni katarak, retinopati diabetik dan glaukoma.
"Ke depannya, kami ingin agar proses penyesuaian lensa dengan mata pasien lebih otomatis untuk memudahkan pengguna dan kami akan menambahkan penyakit mata yang dapat dideteksi, karena saat ini baru tiga," katanya.
Menurutnya, alat tersebut dapat digunakan oleh dokter umum di klinik ataupun Puskesmas. Sehingga dapat memangkas waktu, bagi masyarakat yang tinggal di daerah.
"Alat ini dapat digunakan oleh dokter umum, tapi hanya deteksi saja, setelah itu dapat ditindaklanjuti ke dokter mata, memangkas waktu pemeriksaan," katanya.