"Saya harap dengan program literasi sekolah yang akan dilaksanakan ini, siswa-siswi bisa lancar membaca dan menulis. Karena, itu kan keterampilan dasar, modal mereka belajar lebih banyak lagi," ujarnya.
Dian mengaku bingung bagaimana puluhan siswa itu bisa sampai tidak bisa membaca.
Ia mempertanyakan bagaimana mereka waktu bersekolah di tingkat SD.
"Kalau kurang guru kayaknya enggak. Saya juga enggak tahu itu bagaimana waktu sekolah di SD-nya,” ujarnya.
Dian mengatakan, untuk para siswa baru, ketika masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) SMP, mereka membuat tes yang intinya untuk melihat apakah anak itu bisa menulis atau membaca.
“Nah, hasilnya ya begitu (tidak bisa membaca dan menulis). Kami juga enggak tahu di SD-nya itu seperti apa."
"Kami menerima sudah seperti itu," ujarnya.
Dian mengatakan, dulu, untuk masuk sekolah ke jenjang berikutnya dilihat dari NEM.
"Tapi, kalau sekarang secara zonasi bisa diterima, secara kuota sekolah juga memadai, yang akhirnya kan harus kami terima anak tersebut untuk bersekolah,” ujarnya.
Belum Mengecek
Kasi SMP di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Pangandaran, Supri, mengaku belum mengecek ke SMPN 1 Mangunjaya sehingga belum mengetahui soal keberadaan puluhan siswa yang belum bisa membaca.
Meski demikian, ia memastikan, anak-anak itu belum bisa membaca bukan karena sistem di SD-nya tidak benar.
"Ini mah lebih ke kemauan anaknya. Terus, motivasi orang tua dan mungkin dari ketelatenan gurunya juga," katanya saat dihubungi Tribunjabar.id melalui WhatsApp, semalam. (padna)