Saat ketahuan tidak bisa membaca, kata Dian, guru wali kelas sempat menyarankan anak tersebut untuk belajar membaca waktu pulang sekolah.
"Tapi, mungkin saya enggak tahu bagaimana, apakah ada temannya yang iseng atau bagaimana."
"Akhirnya, dia merasa minder karena teman-temannya sudah bisa membaca tapi dia belum," katanya.
Padahal, guru-guru sudah mencoba untuk menahan siswa tersebut untuk tidak memilih keluar sekolah SMP.
"Tapi, susah," ujarnya. "Karena, kata orang tuanya itu, anaknya sudah enggak mau bersekolah lagi karena malu."
Biasanya, kata Dian, guru meluangkan waktunya untuk mengajar siswa agar belajar membaca ketika waktu pulang atau setelah selesai waktu kegiatan belajar mengajar.
"Nah, mungkin ada siswa lain yang melihat dia tidak pulang dan sedang belajar membaca di sekolah."
"Jadi, akhirnya minder dan anak itu enggak mau bersekolah lagi," ujarnya.
Dian mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan agar anak tersebut tak berhenti sekolah.
"Tapi tetap mau keluar dan katanya mau pindah ke sekolah Mts. Jadi, ya udah yang penting jangan sampai putus sekolah. Setelah itu, baru diizinkan," kata Dian.
Dian mengatakan, untuk meminimalisasi jumlah pelajar belum bisa membaca, pihak SMP Negeri 1 Mangunjaya akan mengadakan program kegiatan literasi.
"Ada kemungkinan dimasukkan ke dalam P5 (Proyek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila). Tapi, ini masih dibicarakan bersama panitia lain,” ujar Dian.
Dalam program literasi ini, kata Dian, siswa yang sudah pandai membaca diwajibkan ikut kegiatan pembiasaan membaca 15 menit.
Namun, bagi siswa yang belum bisa membaca serta menulis, diwajibkan ikut pelajaran tambahan membaca dan menulis.
"Satu guru membimbing dua orang [yang belum bisa membaca dan menulis," ujarnya.