Komentar Para Sopir Truk di Majalengka tentang Tol Cisumdawu, Ada yang Pilih Lewat Jalan Arteri

Penulis: Eki Yulianto
Editor: Hermawan Aksan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo meresmikan Tol Cisumdawu, Selasa (11/7/2023). Adanya Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) yang bisa memangkas waktu tempuh dari Majalengka menuju Bandung dikomentari beragam oleh para sopir truk di Majalengka.

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Adanya Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) yang bisa memangkas waktu tempuh dari Majalengka menuju Bandung dikomentari beragam oleh para sopir truk di Majalengka.

Kodir (35), seorang sopir truk asal Kecamatan Kadipaten, mengatakan, meski sudah ada jalan Tol Cisumdawu, ia masih kerap memilih untuk melintas di jalan arteri (nasional).

Hal itu, kata dia, bisa lebih efisien dan menghemat anggaran di perjalanan.

"Kenapa sopir truk tidak memilih jalan tol, karena menurut kami biaya untuk masuk tol aja ini lumayan mahal."

"Jadi sebaiknya biayanya kita gunakan untuk konsumsi saja selama di perjalanan, jadi lebih hemat biaya juga," ujar Kodir saat berbincang dengan media, Kamis (20/7/2023).

Selain hemat anggaran, mengantisipasi jika terjadi gangguan pada ban di jalur arteri dianggap lebih mudah meminta pertolongan.

Sebab, dibanding di tol, jalur arteri lebih mudah untuk menemukan montir atau bengkel tempat memperbaiki kendaraan.

Mereka juga bisa berhenti di mana saja dan waktu untuk melakukan perbaikan pun akan lebih cepat ketika melintas di jalan arteri.

"Kalau di tol kan beda, kita kerap kesulitan dan membutuhkan waktu yang lumayan lama dan dari segi biaya pun lumayan mahal juga, jika ada kerusakan, kendaraan."

"Contohnya kalau pecah ban atau mogok karena mesin rusak, ini kalau melintas di jalan nasional akan lebih simpel menemukan montir atau bengkel."

"Sedangkan di tol, biasanya kita harus menunggu dulu rekan-rekan dan dari segi biaya juga lumayan kalau terjadi kerusakan saat melintas di jalan tol," ucapnya.

Kendati demikian, pemilihan jalur itu akan disesuaikan dengan atensi dari pihak perusahaan.

Kalau manajemen perusahaan meminta untuk lewat tol, ia pun tidak ragu untuk melewatinya.

Nantinya, pihak perusahaan pun akan memberikan biaya tambahan untuk melintas di jalan tol tersebut.

"Tapi kalau tidak ada perintah dan tidak ada tambahan anggaran, kami lebih memilih akses jalan nasional saja," jelas bapak dua anak ini.

Berbeda dengan Kodir, Andri Parman (34), seorang sopir asal Kecamatan Kasokandel, mengaku lebih memilih melewati jalan tol ketimbang arteri.

Waktu tempuh yang lebih singkat menjadi alasan Andri memilih jalan bebas hambatan tersebut.

"Kalau arteri itu kendalanya jika ada kerusakan seperti kerusakan jembatan atau perbaikan jalan ini sering terjadi kemacetan."

"Jadi, salah satu solusinya, agar waktu perjalanan bisa lebih efisien saya akan akan lebih memilih melintas di jalan tol."

"Contohnya sebelum ada jalan Tol tol Cisumdawu, di daerah Sumedang seperti di Daerah Cadas Pangeran, ini sering terjadi macet."

"Dengan kondisi macet tersebut ini akan menambah pengeluaran uang untuk keperluan membeli solar dan menambah modal untuk makan dan minum."

"Jadi sebagai sopir kita fleksibel sesuai kondisi di jalan aja dan penugasan pihak manajemen."

"Kalau ada macet dan parah, kami akan melintas jalan tol. Kalau macetnya tidak parah, kami jalan arteri saja," katanya. (*)

Berita Terkini