TRIBUNCIREBON.COM,KUNINGAN - Mantan juru masak di sebuah Hotel kawasan Kota Bandung, Uus warga Desa / Kecamatan Cilimus, Kuningan Jawa Barat, kini banting stir dan memillih sebagai penjual panganan khas daerah surabi.
Saat ditemui disela waktu dagang di pinggir Jalan Lingkar Timur Kuningan, Uus mengatakan lebih nyaman hidup di kampung halaman.
Terlebih dalam aktivitas kesehariannya itu memiliki usaha tetap sebagai pedagang surabi.
"Kalau dagang surabi sudah sangat lama. Ya pas keluar kerja sebagai tukang masak di hotel daerah Bandung saja," kata Uus dalam perbincangannya, Jum'at (30/7/2021).
Baca juga: Ini 15 Tempat Sarapan Pagi di Bandung, Kulinernya Lezat dan Murah, dari Nasi Kuning hingga Surabi
Branding jualan surabi, kata Uus lebih dikenal warga dengan sebutan surabi Mang Odoy.
"Iya nama itu saya mempel sejak gabung dan bekerja sebagai juru masak di Hotel.
Jadi hingga sekarang dibawa terus dalam usaha jualan surabi seperti sekarang," katanya.
Memilih usaha kuliner khas daerah, Mang Odoy mengemuka bahwa usaha ini sekaligus sebagai patokan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan untuk bahan serta pasar kuliner di Kuningan untuk panganan khas ini cepat dan banyak diburu konsumen.
"Iya, meski semua tahu dan bisa bikin surabi. Tapi saya tetap pilih jualan surabi dengan resep pribadi dan varian dalam membuat surabi tentu berbagai macam. Varian surabi bergam itu mengikuti jaman dan keinginan banyak konsumen," katanya.
Baca juga: Ini Varian Surabi Favorit Kim Kurniawan dan Ardi Idrus Saat Nongkrong di Kedai Surabi Sukur Bandung
Mengenai varian surabi, kata Mang Odoy menjelaskan tergantung pada pesanan.
Sebab menu varian surabi itu ada yang dicampur dengan telur, oreg tempe, ampas kecap dan menu lainnya.
"Kebetulan untuk varian kita sediakan yang pasti itu ada telur, oreg tempe, ampas kecap dan lainnya. Saya bikin untuk menu sebanarnya bagaimana pesanan saja. Dan untuk harga itu mulai dari Rp 2 ribu hingga Rp 5 ribu," kata Mang Odoy yang memiliki tiga anak ini.
Usaha penjualan surabi, kata Mang Odoy mengaku bahwa waktu penjualan itu biasa pada waktu pagi dan sore hingga malam nanti.
"Dagang surabi waktu pagi itu dilakukan dirumah dan kalau sore hingga malam, ya pinggir jalan baru ini," katanya.
Baca juga: Banyak Penjual Surabi tapi Surabi Ceu Mamah di Tasikmalaya Ini Istimewa, Sambal Oncomnya Wow
Menyinggung masa PPKM Darurat, Mang Odoy mengaku sangat prihatin dengan usahanya sebagai tukang surabi. Pasalnya, omset usaha mengalami penurunan sangat drastis.
"Usaha jualan sebelum PPKM mah biasa lima kilo lebih bahan baku, namun untuk sekarang mah. Ngabisin dua kilo adonan saja sangat gimana gitu," ujar Mang Odoy seraya menambahkan masa PPKM Darurat bisa makan saja sudah mendingan.
"Ya untuk sekarang - sekarang bisa makan anak istri saja sudah bahagia. Kemudian untuk kebutuhan anak sekolah, ya boleh dikatakan merintihlah," katanya.