Pertama, mayoritas korban tewas akibat peluru tajam. Kedua, lokasi mereka tewas berada di kawasan Petamburan. Artinya, Petamburan merupakan “medan kerusuhan utama”.
Apa tujuannya? Program AIMAN yang akan tayang pada Senin (24/6/2019) pukul 20.00 WIB kembali mendatangi lokasi kerusuhan di kawasan Petamburan.
Aiman melihat sejumlah mobil di sekitar asrama Brimob Polri di kawasan ini.
Masih ada 5 bangkai mobil yang dijaga garis polisi karena masih digunakan sebagai bahan penyelidikan. Kawasan ini memang strategis.
Kompleks Brimob berseberangan dengan markas Front Pembela Islam (FPI). Selama ini tak pernah terjadi konflik di antara keduanya meski Polri dan ormas FPI kerap bersitegang.
Media sosial pun kerap gaduh, terutama terkait masalah Imam Besar FPI Rizieq Shihab yang sempat tersandung masalah hukum. Kerusuhan di kawasan itu pada 21-22 Mei seolah hendak membenturkan Brimob dan FPI.
Sepertinya, aksi bakar di depan Markas Brimob bertujuan memicu amarah aparat.
Sementara, diperkirakan buyar massa yang dihalau akan lari menuju perkampungan di sekitar wilayah markas FPI.
Ada kecurigaan, kerusuhan sengaja diciptakan di wilayah itu sebagai provokasi.
Temuan baru AIMAN
Saya mencari fakta-fakta baru di lapangan untuk menguatkan kecurigaan ini.
Saya mencari saksi mata yang bisa bercerita tentang malam-malam yang penuh ketegangan saat itu.
Saya bertemu dengan dua saksi mata dari kedua belah pihak, warga di sekitar Asrama Brimob dan warga di sekitar Petamburan. Keduanya menolak untuk saya wawancara menggunakan kamera.
Dari hasil perbincangan dengan mereka, saya mendapat fakta bahwa pada malam itu hampir semua pintu rumah warga digedor oleh orang-orang tak dikenal. Sambil menggedor pintu, orang-orang itu berteriak, "Ayo keluar, kita diserang, ... perang... perang...!"
• Ternyata Ini Sumber Klaim Kemenangan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019
Sementara dari pihak warga di kompleks Brimob Polri, yang juga menolak untuk saya wawancara menggunakan kamera, menyatakan, "Kami menggunakan peluru hampa dan karet. Tidak ada peluru tajam yang kami gunakan untuk menghalau massa agar jangan brutal membakar dan melempari mobil!"