Membangun Identitas Baru Angklung Lewat Persembahan Genderang Angklung Nusantara di ISBI Bandung

Komunitas SORA mempersembahkan Genderang Angklung Nusantara: Spirit of The Nation sebuah rangkaian kegiatan budaya

Penulis: Nappisah | Editor: Seli Andina Miranti
Tribun Jabar/ Nappisah
KONSER ANGKLUNG - Penampilan Konser Genderang Angklung Nusantara yang digagas Sound of Heritage (Sora) di Isbi Bandung, Minggu (3/8/2025) malam. 

 “Ada ketakutan gagal, malu, atau merasa belum siap. Tapi setelah workshop, banyak yang justru menemukan potensinya,” ujar Whayan.

Baginya, festival ini menjadi standar baru.

 “Kita ingin dunia perangklungan Indonesia punya kualitas yang bisa dibanggakan. Standar musikalnya harus terus naik,” ujarnya.

Bagi Yadi Mulyadi, Pendiri Sora, komposer dan konduktor, persoalan mendasar angklung hari ini adalah belum adanya katalog karya orisinal. 

“Gamelan punya, musik klasik punya Mozart dan Beethoven, angklung belum. Kita hanya memainkan, belum mencipta,” katanya.

Yadi menekankan pentingnya angklung sebagai identitas musikal yang mandiri.

 “Kita sudah mendunia, tapi belum punya jati diri musikal. Kalau ingin sejajar di panggung global, kita harus punya karya sendiri,” ujarnya.

Ia juga mendorong para pelatih di sekolah-sekolah untuk tidak hanya mengulang lagu lama, tapi mulai berani menciptakan.

"Sebetulnya yang kami bawa di SORA itu satu, memberikan identitas baru bagi angklung. Selama ini angklung dianggap hanya media saja. Orang lebih sering memainkan lagu-lagu lain seperti pop dan dangdut di angklung, sedangkan angklung sendiri tidak punya karya. Dan itu sangat menyedihkan," jelasnya. 

Baca juga: Komunitas USA Gelar Halal Bihalal di Saung Angklung Udjo, Pererat Silaturahmi Sesama Anggota

Dalam konser tahun ini, SORA menggandeng musisi asal Tiongkok, Pei Yinan, yang secara mandiri datang ke Bandung demi tampil bersama SORA. 

Sementara itu, Ady Lukito dari SMA Pasundan Dua Bandung mengungkapkan Timnya menampilkan lima karya sebuah narasi musikal tentang keragaman seni budaya Indonesia.

Vidy Sepdianz, pelatih dari tim Svara Angklung Insan Sejahtera Sumedang, menyampaikan tantangan yang dihadapi dalam membina dua kelompok: ensemble troel dan orkestra angklung.

“Kami eksplorasi birama yang tidak umum, seperti 9/4, 7/5, dan 7/4. Anak-anak belajar cepat, meski awalnya sulit,” katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved