Berawal hanya Bikin untuk Anak, Yusuf Kini Jadi Juragan Layangan di Harjamukti Cirebon

Siapa sangka, dari sekadar membuat layangan untuk sang buah hati, Yusuf kini jadi juragan layangan

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Seli Andina Miranti
Tribun Cirebon/ Eki Yulianto
JURAGAN LAYANGAN - Yusuf, warga RT.1 RW.04, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon kini sukses jadi juragan layangan yang produknya laris manis hingga terjual ribuan potong per hari. 

“Produksi gak banyak, sehari paling 25 layangan. Jadi saya kumpulin dulu 200 kerangka lidi, baru saya buat bareng. Itu semua manual,” jelas Yusuf, sambil menyerut bambu dengan cutter yang ditopangkan di pahanya yang dilapisi kain.

Saat Tribun berkunjung, Yusuf tampak telaten menyusun satu per satu rangka layangan di tengah lantai rumahnya yang beralas tikar.

Serabut bambu berserakan di sekitar tempat duduknya, menjadi saksi betapa proses produksi dilakukan dengan tangan dan penuh kesabaran.

Permintaan layangan terus meningkat, terutama saat musim liburan sekolah.

Menurut Yusuf, tren main layangan tak pernah benar-benar padam.

"Kalau anak-anak bosen main yang lain, baliknya pasti ke layangan."

"Sekarang juga banyak komunitasnya."

"Jadi bukan cuma anak kecil, orang dewasa juga ikut main," katanya.

Tak heran, dalam satu hari ia bisa menjual hingga 5.000 pcs layangan, baik eceran maupun grosir.

Baca juga: Kisah Damkar Cianjur Selamatkan Burung Hantu Pakai Layangan, Terjerat di Ketinggian 10 Meter

Bahkan, stok di rumahnya sempat habis selama tiga minggu terakhir karena melonjaknya permintaan.

Yusuf pun sampai mengambil stok dari Bandung, meskipun akhirnya kehabisan juga.

"Gak hanya jual layangan, saya juga jual benangnya, alat-alat main layangan semua ada."

"Harganya mulai Rp 1.500 sampai Rp 2.500 per pcs, tergantung jenis kertas dan kualitasnya. Kertas paling bagus itu merk Duslak," ujarnya. 

Kini, dari rumahnya yang sederhana di RT.1 RW.04, Kelurahan Argasunya, Yusuf bukan hanya memproduksi layangan, tapi juga menghidupkan tradisi masa kecil yang mulai tergerus zaman.

Semua berawal dari rasa sayang seorang ayah kepada anaknya, yang tak ingin sekadar membelikan layangan, tapi justru menjadi pencipta yang akhirnya membuka jalan rezeki.

 

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved