Pengakuan Dedi Mulyadi Selalu Menangis Saat Ada di Bogor, Gubernur Singgung Gunung dan Konglomerat

Dalam kunjungannya Dedi Mulyadi ungkap pengakuan sering menangis melihat kondisi alam di Bogor hingga singgung konglomerat

|
Editor: Hilda Rubiah
TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani
DEDI MULYADI MENANGIS - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menangis saat melihat kondisi alam di Puncak Bogor yang tergerus pembangunan tempat wisata, Kamis (6/3/2025). - Dedi Mulyadi ungkap pengakuan yang sering menangis setiap melihat kondisi alam di Bogor hingga singgung konglomerat 

TRIBUNJABAR.ID - Belum lama ini, Gubernur Jawa Barat Dedi Milyadi kembali menyambangi wilayah Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor, Sabtu (12/7/2025).

Dalam kunjungannya Dedi Mulyadi hadir dalam acara Abdi Nagri Nganjang Ka Warga.

Dalam kesempatan itu, terjadi momen tak terduga saat Gubernur Jabar tersebut mengungkap pengakuan.

Pria yang karib disapa KDM itu mengaku sering menangis saat berada di Bogor.

Baca juga: Respons Dedi Mulyadi Terkait Beberapa Siswa Tidak Mendapat Meja dan Kursi Imbas Penambahan Rombel

Dia mengaku sedih lantaran melihat kondisi alam yang ada di Bogor.

Tak hanya itu, di balik kehancuran alam tersebut, Dedi Mulyadi juga menyinggung konglomerat.

"Kang Dedi kunaon ceurik wae, lain ceurik teu boga pamajikan, tapi ceurik nyengceurikan ieu lembur," ujarnya dikutip dari Youtube Humas Provinsi Jawa Barat, Minggu (13/7/2025).

Politisi Partai Gerindra itu mengatakan, banyak gunung yang dijadikan bangunan di kawasan Tangerang dan Jakarta.

Selain itu, kata Dedi Mulyadi, gunung batu membuat sejumlah orang menjadi konglomerat.

Sedangkan rakyatnya, kata Dedi Mulyadi menderita karena berbagai masalah dari akibat penambangan.

"Gunung Rentul, batu sing gulutuk, jadi wangunan di Tangerang, jadi wangunan di Jakarta, ngalahirkeun properti," ungkap Dedi Mulyadi.

"Jelema nu baleunghar ti gunung batu nu aya didieu," jelas Gubernur Jawa Barat.

"Ngalahirkeun konglomerat-konglomerat, ari rakyatna masyarakat lebu ngebul, unggal poe jalan renyul," tutur Dedi Mulyadi.

"Nu maot unggal usik, penyakit Ispa kuring ceurik, teungteuingeun ieu nagara, ngakaya ka rakyatna sorangan," paparnya.

Dedi Mulyadi mengungkapkan, sudah berbicara dengan Wakil Bupati Bogor Ade Ruhandi, masalah sepele seperti ini kenapa tidak dapat diselesaikan.

"Sumoreang ka alam ka tukang baheula, pan aya Pakuan Pajajaran," tegas Gubernur Jawa Barat.

"Pakuan Pajajaran aya Kanjeng Prabu Siliwangi, Sri Baduga Maharaja Jaya Dewata Ratu Haji Bubar kata tauran di Pakuan ngahiang teuing kamana leungit tanpa lebih ilang tanpa ninggalkeun rakyatna nu sing gorowok, sing koceak papentar paham jeung pamimpinna," papar Dedi Mulyadi.

"Urang teh anu miindung ka waktu, mi bapa ka zaman, anu ngajarkeun miara gunung, ngajarkeun miara sagala, ngajarkeun miara lemah geuningan, jadi patuliksak awut-awutan urang dieu jadi bebek nu dianteurkeun ka kenca, anteurkeun ka katuhu," jelas Dedi Mulyadi dengan khas bahasa Sundanya.

"Nu baleungharna mah nu gogorowokan, rakyatna mah sangsara, balangsak," kata Gubernur Jawa Barat.

Baca juga: PERANG Terbuka Dedi Mulyadi-Pramono Anung, Saling Sindir di Forum Resmi untuk Tujuan 2029?

Keresahan Warga Parungpanjang

Sementara itu, Dedi Mulyadi pun sempat menyampaikan keresahan warga di Parungpanjang.

Dia mendengarkan keluhan warga mengenai kondisi jalan yang rusak parah.

“Barusan saya sempat menelepon kepala Bappeda. Saya paksa perubahan anggaran masuk dari Rp100 miliar untuk membenahi jalan Parung Panjang. Saya heran. Betul, kan? Bapak Wakil Bupati dan Bupati sudah bicara jalan tambang tahun depan akan dibebaskan oleh kabupaten, akan dibeli tanahnya dan bagian pembangunan jalan tambangnya akan dilakukan oleh provinsi,” kata Dedi Mulyadi.

Ia menegaskan jalan bukan hanya untuk tambang namun untuk rakyat.

“Saya tidak rela rakyat saya yang tergilas ditindas. Saya tidak rela rakyat saya. Menderita, nafasnya sesak menghirup debu dari aktivitas pertambangan di sini. Saya menangis karena rakyat saya hanya dijadikan keset oleh penguasa,” katanya disambut tepuk riuh hadirin.

Dedi pun menyampaikan jangan jadikan rakyat hanya sebagai alat untuk menginjak demi jabatan.

“Tapi jadikan rakyat sebagai tujuan dari jabatan kita. Kita punya jabatan bukan untuk diri kita. Kita punya jabatan untuk rakyat kita,” katanya.

Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Dedi Mulyadi Ngaku Selalu Menangis Saat Ada di Bogor, Singgung Gunung Hilang Gara-gara Konglomerat

Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved