Potret Suram SMK Swasta di Cirebon: Punya 25 Kelas dan 28 Guru, Tapi Siswa Baru Cuma 11 Orang
Di tengah menurunnya minat siswa baru ke sekolah swasta, suasana di SMK Veteran Cirebon terasa sunyi. Semangat belajar para siswa mulai memudar.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON- Di tengah menurunnya minat siswa baru ke sekolah swasta, suasana di SMK Veteran Cirebon terasa sunyi.
Hanya 11 siswa tercatat mendaftar tahun ajaran baru 2025/2026.
Di balik angka itu, tersimpan jeritan hati siswa yang masih bertahan, salah satunya Arie Apriyadi Saputra, siswa kelas XII Jurusan Pemasaran.
Arie mengaku sistem pembelajaran di SMK Veteran sejauh ini tidak memiliki kendala berarti.
Guru-guru mengajar dengan baik dan fasilitas belajar masih mendukung.
Namun, semangat belajar para siswa, termasuk teman-teman sekelasnya, mulai memudar karena minimnya jumlah murid.
“Ya soal pembelajaran di SMK Veteran Cirebon, nggak ada masalah."
"Cuma anak-anaknya saja, kayak kurang semangat belajar kalau ya siswanya kurang,” ujar Arie saat ditemui di sekolah, Jalan Pemuda, Kota Cirebon, Jumat (11/7/2025).
Menurut Arie, kelas yang sepi membuat suasana belajar jadi tidak kondusif.
Ia menyebut, suasana sepinya kelas sudah dirasakannya saat masih duduk di kelas X.
Di samping jumlah siswa barunya terus menurun, beberapa temannya sering bolos sekolahnya juga berpengaruh pada kenyamanan di kelas.
"Untuk pembelajaran di kelas, nyaman nggak nyaman, soalnya kadang ada teman yang masuk-keluar."
"Istilahnya kayak nggak semangat belajar gitu. Hari ini berangkat, besok kadang enggak,” ucapnya.
Arie sendiri tetap berusaha rajin hadir dan mengikuti pelajaran.
Semangatnya untuk terus belajar datang dari dorongan orang tuanya.
“Saya melihat ibu sama bapak saya sih. Kayak istilahnya mau bantu orang tua."
"Soalnya sebagai anak juga harus balas kebaikan orang tua,” jelas dia, lirih.
Terkait kebijakan Pemprov Jawa Barat yang membolehkan sekolah negeri menampung hingga 50 siswa per kelas, Arie mengaku belum mengetahui secara pasti.
Namun menurutnya, jika kebijakan itu berdampak buruk terhadap sekolah swasta seperti SMK Veteran, maka hal itu dirasa kurang adil.
“Kalau kebijakan itu diterapin dan bikin siswa baru makin turun di sekolah swasta, menurut saya itu kurang adil."
"Dan tentu makin nggak semangat buat teman-teman untuk belajar,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya keberadaan teman dalam proses belajar.
“Kalau kurang teman sih kerasa banget. Apalagi siswanya sedikit ya. Peribahasanya kan, banyak teman banyak ilmu,” ujarnya.
Arie berharap kondisi sekolahnya bisa membaik di masa mendatang.
Ia ingin melihat SMK Veteran Cirebon kembali ramai siswa dan tetap mampu bersaing dengan sekolah negeri.
“Harapan saya sih, semoga sekolah ini pas saya lulus makin ramai siswanya."
"Sekolah swasta di manapun tetap imbang sama negeri, biar adil,” ucap Arie.
SMK Veteran Cirebon sendiri memiliki empat jurusan, yaitu Pemasaran, Perkantoran, Teknik Jaringan Komputer dan Akuntansi.
Meski suasana belajar mulai sepi, Arie tetap memupuk harapan menjadi pengusaha kelak.
“Makanya saya terus menekuni pembelajaran. Cita-cita saya jadi pengusaha,” jelas dia.
Seperti diketahui, nasib pilu tengah menyelimuti SMK Veteran yang berlokasi di Jalan Pemuda, Kota Cirebon.
Di tengah gempuran aturan baru dan dominasi sekolah negeri, sekolah swasta ini hanya mampu menjaring 11 siswa baru pada tahun ajaran 2025/2026.

Kepala SMK Veteran Cirebon, Wahyu Hidayat, tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya saat diwawancarai di sekolah, Jumat (11/7/2025).
Ia menyebut kondisi sekolah saat ini sangat memprihatinkan.
“Kondisinya memang sangat-sangat prihatin banget. Sangat-sangat terkena dampak dengan aturan-aturan terbaru."
"Otomatis ya kita harus banyak berdoa dan banyak mencari lagi. Cuma bingungnya, apakah ketika kita mencari itu masih ada?” ujar Wahyu.
Menurut Wahyu, salah satu penyebab merosotnya jumlah siswa adalah aturan terbaru yang memperbolehkan sekolah negeri menerima siswa hingga 50 orang per kelas.
"Yang kemarin gelombang satu tidak diterima di negeri aja informasinya ditarik kembali ke negeri."
"Nahkan ada slentingan sekolah negeri yang dulunya hanya menerima sekian siswa, sekarang nambah. Kita bingung jadinya,” ucapnya.
Wahyu juga mengungkapkan, bahwa penurunan jumlah siswa sejatinya sudah terjadi sejak pandemi Covid-19.
Pada tahun-tahun sebelumnya, sekolah ini pernah berjaya.
“Dulu kita pernah jaya, tahun 90-an bisa ribuan siswa. Karena waktu itu sekolah belum banyak."
"Sekarang, pandemi membuat jumlah siswa makin merosot,” jelas dia.
Ia mencatat, pada 2024 lalu SMK Veteran hanya mendapat 30 siswa baru.
Tahun ini, lebih menyedihkan hanya 11 siswa yang mendaftar.
Padahal, sekolah ini memiliki 25 kelas dan 28 guru aktif.
Jumlah siswa yang terus menurun ini pun berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan para guru.
“Sedihnya, S1 seorang guru yang mendidik anak bangsa, gajinya di bawah Rp 300 ribu per bulan."
"Apakah pantas? Sebelum jadi kepala sekolah pun saya sudah merasakan penurunan finansial itu,” katanya, lirih.
Wahyu berharap, pemerintah bisa merangkul sekolah-sekolah swasta kecil seperti SMK Veteran Cirebon, bukan hanya mendengar kondisi sekolah swasta besar yang dianggap mampu.
“Kami nggak mau menyalahkan pemerintah. Cuma yuk duduk bareng, cari solusi."
"Jangan sampai guru-guru dipecat atau dirumahkan karena sekolahnya tutup."
"Kalau pemerintah ingin angkat siswa putus sekolah, kenapa tidak dibagi ke swasta juga? Supaya kesetaraan antara negeri dan swasta itu benar-benar nyata,” ujarnya.
Pantauan di lokasi, suasana SMK Veteran Cirebon tetap tertata rapi.
Halaman sekolah bersih, tak ada sampah berserakan.
Begitu juga ruang kelas dan ruang guru, termasuk ruang kepala sekolah.
Buku-buku tertata dengan rapi.
Namun, suasana sepi terasa.
Panitia Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tetap stanby di lobi, namun hingga Jumat siang belum ada siswa ke-12 yang datang mendaftar.
Beberapa siswa tampak berdiskusi di salah satu ruang kelas untuk menyusun kegiatan.
Namun di lantai atas, sejumlah ruang dibiarkan kosong dan tak terurus.
Atap di beberapa titik berlubang termakan usia.
Di tengah kondisi yang memprihatinkan ini, Wahyu tetap berharap akan keajaiban.
Harapan bahwa akan ada siswa yang mendaftar dan bahwa pemerintah membuka mata untuk kondisi sekolah swasta kecil yang sedang berjuang bertahan.
“Saya hanya bisa berdoa. Semoga SMK Veteran bisa dikenal lagi dan kami tidak sendiri dalam memperjuangkan pendidikan,” ucap Wahyu.
(Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto)
6 Tersangka Korupsi Gedung Setda Cirebon Ditahan, Terungkap Kerugian Negara Rp 26,5 Miliar |
![]() |
---|
Kasus Foto AI Siswi Cirebon: SMAN 1 Perketat Aturan Ponsel, Orang Tua Diminta Awasi Anak |
![]() |
---|
2 Siswa Cirebon Pelaku Editan Foto AI Mundur dari Sekolah, pernah Bersahabat dengan Korban |
![]() |
---|
Modus Penyebaran Foto Bugil Siswi SMA di Cirebon Editan AI: Dijual Online Rp 50 Ribu untuk 20 Foto |
![]() |
---|
Heboh Foto Vulgar Siswi SMA Cirebon Editan AI, Kuasa Hukum Ungkap Peran Pemasok hingga Pengedit |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.