Wali Kota Cirebon Respons Keluhan Warga soal Galian C Argasunya Ditutup: Kita Tawarkan Alih Profesi

Penutupan tersebut menyusul insiden longsor yang merenggut nyawa dua pekerja tambang, Riyan dan Dani, pada Rabu (18/6/2025) lalu.

|
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Seli Andina Miranti
eki yulianto/tribun jabar
LONGSOR ARGASUNYA - Proses evakuasi terhadap dua pekerja tambang pasir yang diduga tertimbun longsor di lokasi galian C, Blok RT 2 RW 10, Kedung Jumbleng, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, akhirnya dilakukan pada Rabu (18/6/2025) sore. 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON- Wali Kota Cirebon, Effendi Edo akhirnya angkat bicara menanggapi keluhan para pekerja tambang pasir galian C di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, yang terdampak penutupan aktivitas tambang sejak pekan lalu.

Penutupan tersebut menyusul insiden longsor yang merenggut nyawa dua pekerja tambang, Riyan dan Dani, pada Rabu (18/6/2025) lalu.

Akibatnya, ratusan pekerja kehilangan sumber penghasilan dan meminta solusi konkret dari pemerintah.

Baca juga: Tak Ada Kapoknya: Truk-Truk Masuk Galian C Lagi, Warga Argasunya Cirebon Nekat Bongkar Portal Paksa

Menanggapi hal itu, Wali Kota Cirebon menyatakan bahwa pihaknya sedang melakukan konsolidasi dengan sejumlah dinas untuk mencari jalan keluar terbaik.

"Saat ini saya sedang konsolidasi dengan para dinas semuanya untuk mencari solusi terbaik untuk masyarakat di Argasunya," ujar Effendi Edo saat diwawancarai media, Selasa (24/6/2025).

Menurutnya, ada beberapa alternatif alih profesi yang sedang dibahas.

Salah satunya adalah mengarahkan warga terdampak untuk menjadi pemilah sampah, bekerja sama dengan koperasi yang sudah berbadan hukum di Kota Cirebon.

"Nah, alih profesi yang kami tawarkan di pemilahan sampah, karena itu kan dekat dengan TPA."

"Pemilahan sampah itu sebenarnya menguntungkan, apalagi banyak sampah plastik yang datang ke Argasunya," ucapnya.

Ia menegaskan, bahwa warga akan diarahkan menjadi pemilah sampah, bukan pemulung.

"Saya tegaskan, diarahkan dialih profesikannya menjadi pemilah sampah ya, bukan pemulung sampah," jelas dia.

Pemerintah Kota juga akan bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan koperasi Merah Putih yang telah terbentuk di 22 kelurahan untuk mendukung program alih profesi tersebut.

Namun demikian, Effendi mengakui bahwa belum ada keputusan resmi.

Pihaknya masih menyusun mekanisme dan melakukan pendataan pekerja terdampak.

"Sekarang tinggal mengatur mekanismenya saja. Saya coba berkoordinasi dengan lurah dan kecamatan untuk mendata ada berapa pekerja sebenarnya di galian C Argasunya itu," katanya.

Soal tuntutan warga yang ingin akses tambang dibuka kembali, Effendi menyatakan sikap tegas.

"Kalau dari pemerintah, tetap melarang dibuka kembali akses galian C karena nyawa."

Baca juga: Warga Argasunya Cirebon Ancam Tutup Akses TPA Kopiluhur Gegara Galian Pasir Ditutup

"Para warga memang mendapat penghasilan, tapi taruhannya nyawa," ujarnya.

Ia menambahkan, sejak dulu pemerintah tidak pernah memberikan izin resmi untuk aktivitas galian C di wilayah tersebut.

"Kalau bicara tentang ada izin usaha, kita juga tidak pernah memberikan izin usaha untuk galian C. Itu dari dulu sampai sekarang," ucap Edo.

Menanggapi soal rencana warga yang ingin memblokir akses ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopi Luhur sebagai bentuk protes, Effendi menyebut kemungkinan ada provokator.

"Itu sebenarnya membahayakan. Sekarang, penggali hampir 80 persen sudah beralih profesi. Yang 20 persen itu kebanyakan yang sudah sepuh, yang tidak sanggup gali lagi," jelas dia.

Ia juga merespons klaim jumlah pekerja tambang yang disebut mencapai 500 orang.

"Kalau disebutkan ada 500 orang, saya rasa gak logis. Waktu kejadian longsor itu cuma ada 4 orang di lokasi."

"Tapi kalau dihitung dengan pemilik kendaraan, pengepul pasir, mungkin saja," katanya.

Terkait kemungkinan pemberian bantuan kepada para pekerja yang kini kehilangan penghasilan, ia menyebut pihaknya masih mempertimbangkan dari sisi anggaran.

"Kalau pun kami membantu, ini terkendala dengan anggaran. Tapi saya coba koordinasi dulu, kalau sudah ada datanya, estimasi anggaran bisa diupayakan," ujarnya.

Sebelumnya, sekitar 150 pekerja tambang pasir mendatangi kantor Kelurahan Argasunya, Senin (23/6/2025), untuk menyampaikan aspirasi.

Mereka meminta agar aktivitas tambang dibuka kembali atau pemerintah memberikan solusi alih profesi yang jelas.

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved