Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Jurusan Teknik Konversi Energi Polban Memberikan Pelatihan K3
TRIBUNJABAR.ID - Sekolah menengah kejuruan memiliki peran penting dalam membekali siswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk berh
TRIBUNJABAR.ID - Sekolah menengah kejuruan memiliki peran penting dalam membekali siswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk berhasil dalam karier yang mereka pilih Namun, keselamatan siswa di lingkungan pendidikan ini sangat penting, karena mereka sering terlibat dalam kegiatan pembelajaran praktis yang dapat menimbulkan potensi risiko.
Makalah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengkaji praktik keselamatan saat ini di sekolah menengah kejuruan dan mengeksplorasi strategi untuk meningkatkan keselamatan lingkungan belajar secara keseluruhan dan Kesehatan dalam Kerjanya.

Penerapan IPTEK yakni penggunaan mesin bubut dan milling berCNC, mengajak siswa siswi SMK Negeri 2 Cimahi membuat alat kontrol keselamatan berbasis piezoelektrik ditempatkan pada garis pembatas ruang gerak yang dihubungkan dengan alarm. Selain itu, setiap alat praktikum dilengkapi safety push button, selanjutnya dibeberapa sudut lab dilengkapi label tanda bahaya dengan marka garis K3 untuk utamakan keselamatan mengerti akan risiko kecelakaan.
Sekolah menengah kejuruan dirancang untuk menghasilkan tenaga kerja terampil yang mampu memenuhi persyaratan kerja di berbagai industri. Lulusan dari sekolah-sekolah ini diharapkan memiliki keterampilan dan kompetensi khusus yang memungkinkan mereka untuk memasuki dunia kerja dengan percaya diri dan mudah.

Memastikan keselamatan para siswa ini tidak hanya merupakan kewajiban moral tetapi juga merupakan faktor penting dalam keberhasilan transisi mereka dari pendidikan ke dunia kerja.
Melalui pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja dalam program pengabdian pada masyarakat (P2M) yang diselenggarakan oleh Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) Politeknik Negeri Bandung dapat memfasilitasi transisi ini dan memastikan bahwa siswa dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menavigasi siswa di dunia kerja dengan aman dan efektif.

Tim PKM Jurusan Teknik Konversi Energi diketuai oleh Bambang Puguh Manunggal, ST.,M.Eng dengan anggota yang terdiri dari lka Yuliyani ST., MT, Budi Suharto ST., MT, lndriyani, ST.,M.T, Apridalianti Melkias, ST.,MT, Dini Oktavitasari, SST., M.T., Putri Vicky Hapsari, S.Tr.T.,M.Eng, Triya Setia Febriatna, ST.,MT, Nur Hasyyati Luqiyana, M.T, dan Rizky Mutiarani, M.Eng.
Tim PKM JTKE Polban melihat belum adanya kegiatan sosialisasi yang sejenis dari instansi pendidikan tinggi lainnya, sehingga program ini dilakukan untuk murid angkatan baru agar lebih waspada terhadap potensi-potensi bahaya dalam praktikum permesinan.
Masa transisi dari sekolah menengah kejuruan ke dunia kerja merupakan langkah yang menantang namun krusial bagi individu-individu muda, terutama bagi mereka yang memiliki disabilitas atau berasal dari latar belakang yang kurang beruntung. Sosialisasi pelatihan ini merupakan pengetahuan modal awal dalam melakukan praktikum yang akan selalu berguna sampai dunia kerja.

SMK Negeri 2 Cimahi adalah salah satu Lembaga Pendidikan Menengah Kejuruan di Kota Cimahi, Jawa Barat dengan jumlah siswa sebanyak 1576 siswa. Terdapat 6 program keahlian yang ditawarkan SMKN 2 Cimahi yang diantaranya Animasi, Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak, Teknik Kimia Industri, Teknik Mekatronika dan Teknik Pemesinan.
SMK ini beralamat di Jl. Kamarung Km. 1,5 No. 69 Kel. Citeureup Kec. Cimahi Utara Kota Cimahi dan memiliki luas tanah Sekitar 16,096 M⊃2;. Apabila di Tarik garis lurus, jarak antara Politeknik Negeri Bandung dan SMK Negeri Cimahi sejauh 3,264 km.
Fasilitas yang dimiliki oleh SMKN 2 Cimahi diantaranya 2 Lapangan Olahraga, dan Halaman Parkir yang Luas. Memiliki Lab Sebanyak 11 Diantaranya: 2 Lab Animasi, 3 Lab Multimedia, 1 Lab Mekatronika, 1 Lab Mesin, 1 Lab Kimia, 3 Lab Rekayasa Perangkat Lunak.

Kegiatan pembelajaran kejuruan, kegiatan praktikum menjadi komponen penting dengan tujuan peserta didik dapat melatih keterampilan dan merasakan aktivitas seperti yang terjadi di dunia kerja.
Praktikum merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses pembelajaran karena dapat membantu mengembangkan kemampuan mengorganisasikan, mengkomunikasikan, dan menginterpretasikan kegiatan observasi yang dilakukan. Kegiatan praktikum siswa secara langsung berhadapan dengan alat kerja dan mengolah bahan berbahaya sehingga dapat beresiko terjadinya kecelakaan.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat berbagai perusahaan menghadapi persaingan dalam dunia bisnis. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan teknologi canggih dalam proses produksi. Semakin canggih alat yang digunakan akan berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja yang lebih besar.

Era globalisasi dan pasar bebas yang berlaku tahun 2020, keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh Negara. Kualifikasi lulusan yang kompeten dapat terbentuk apabila sarana dan prasarana dapat tersedia dengan baik.
Ketersediaan ini harus sesuai dengan standar yang sudah diberikan oleh Pemerintah. Permendiknas Nomor 40 tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pasal 4 dijelaskan bahwa Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) wajib menerapkan standar sarana dan prasarana Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini, selambat-lambatnya 5 (lima) tahun setelah Peraturan Menteri ini ditetapkan Kesadaran berperilaku (K3) harus ditanamkan sejak dini.

SMK adalah salah satu sarana untuk memperkenalkan dan menanamkan kesadaran siswa untuk berperilaku (K3). Kurikulum SMK telah memiliki spektrum mata diklat yang terkait dengan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja, Kesadaran berperilaku (K3) ditanamkan salah satunya dengan cara memberikan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga pengetahuan siswa menjadi luas dan sikap positif tentang (K3) dapat ditumbuhkan. K3 memiliki tujuan yaitu:
1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional;
2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja;
3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Berdasarkan tujuan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa K3 sangat penting untuk diterapkan karena dapat menjamin keamanan dan keselamatan bagi siswa maupun sarana dan prasarananya serta mencegah terjadinya suatu kecelakaan sehingga hasil yang didapat menjadi lebih maksimal. Kesadaran berperilaku K3 harus ditanamkan sejak dini.
SMK adalah salah satu sarana untuk memperkenalkan dan menanamkan kesadaran siswa untuk berperilaku K3. Kurikulum SMK telah memiliki spektrum mata diklat yang terkait dengan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja.
Kesadaran berperilaku K3 ditanamkan salah satunya dengan cara memberikan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga pengetahuan siswa menjadi luas dan sikap positif tentang K3 dapat dikembangkan dan di tumbuhkan dari dalam diri anak didik tersebut.
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di SMKN 2 Cimahi memiliki beberapa tantangan dan permasalahan. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus agar dapat diatasi dengan baik. Berikut adalah beberapa permasalahan prioritas dalam penerapan K3 di SMKN 2 Cimahi:
1. Kurangnya Pemahaman Informasi Tentang K3
Banyak siswa yang kurang memahami pentingnya K3 dalam kegiatan sehari-hari, terutama dalam penggunaan alat dan mesin. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan dan ketidakpatuhan terhadap SOP pelaksanaan praktikum.
2. Kurangnya Kesadaran Pentingnya K3
Saat proses praktikum berlangsung siswa mengalami proses penilaian keahlian pengoperasian alat lebih diutamakan dibandingkan pengaplikasian K3. Sehingga perlu ditekankan penggunaan APD saat praktikum. Hal ini dapat menunjang keberhasilan keahlian pengoperasian alat pada siswa dan juga tingkat kecelakaan kerja dapat diminimalisir.
3. Lemahnya penegakan K3 di lingkungan sekolah
Tidak adanya sanksi yang jelas bagi siswa yang tidak mematuhi prosedur keselamatan. Sehingga banyak terjadi kecelakaan saat praktikum berlangsung.
Berdasarkan permasalahan yang ada dilapangan pengaplikasian K3 di SMKN 2 Cimahi belum optimum dan rendahnya kesadaran penggunaan APD dalam proses praktikum.
Sehingga diperlukan pelaksaan pelatihan K3 di jurusan Teknik Pemesinan. Pengenalan K3 ini sangat diperlukan karena target siswa kelas X yang belum memahami betapa pentingnya Kesehatan dan keselamatan kerja saat praktikum.Permasalahan rendahnya kesadaran penggunaan APD terjadi pada siswa kelas XI oleh karenanya pelatihan K3 ini mengingatkan kembali dan memberikan wawasan lanjut mengenai pentingnya K3.
Penyelesaian permasalahan penerapan K3 antara lain dengan menerapkan SOP (Standard Operating Procedure) yang jelas pada masing-masing alat praktikum pemesinan di jurusan Teknik Pemesinan. Misalnya bagaimana cara menggunakan mesin dengan aman, atau bagaimana menangani alat yang berbahaya. Diharapkan SMKN 2 Cimahi dapat mengaplikasikan regulasi K3 dari pemerintah atau badan yang berwenang.
Agar kebijakan K3 di sekolah sesuai dengan standar nasional. Permasalahan ruang praktik (misalnya ruang bengkel atau laboratorium) dilengkapi dengan fasilitas K3 seperti alat pemadam kebakaran, kotak P3K, dan sistem ventilasi yang baik. Proses penerapan K3 diharapkan berjalan dengan baik, dilakukan pengawasan oleh pihak sekolah maupun pihak eksternal.
Kegiatan pengabdian pada masyarakat dilaksanakan di SMK Negeri 2 Cimahi, kelurahan Citeureup, Kec. Cimahi Utara Kota Cimahi Jawa Barat. Sasaran peserta kegiatan adalah seluruh siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Pemesinan.
Metode yang digunakan pada program kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah pelatihan dan pendampingan Kesehatan dan Keselamatan kerja. Berikut hasil kegiatan sosialisasi K3 yang telah dilakukan oleh Tim PKM JTKE Polban dengan Mitra SMK Negeri 2 Cimahi pada tanggal 22 Mei 2024.
Pemaparan materi oleh pemateri Bambang Puguh Manunggal, ST., M.Eng dan Ika Yuliyani, ST., MT tentang konsep materi K3 serta sesi diskusi yakni tanya jawab dengan para siswa. Adanya interaksi dua arah ini diharapkan membuat materi dan suasana pelatihan untuk para siswa menjadi lebih antusias selama kegiatan pada sesi pagi maupun siang.
Kegiatan pendampingan juga dilakukan yang bersifat interaktif dan demonstratif. Siswa-siswi diharapkan dapat mengimplementasikan penggunaan APD ketika praktikum berlangsung. Kegiatan diawali dengan pemberian materi (presentasi), dilanjutkan dengan praktek demonstrasi penggunaan APD di lab pemesinan. Budi Suharto M.Eng., MT, lndriyani, ST.,M.T, Apridalianti Melkias, ST.,MT, Dini Oktavitasari, SST., M.T., Putri Vicky Hapsari, S.Tr.T.,M.Eng, Triya Setia Febriatna, ST.,MT, Nur Hasyyati Luqiyana, M.T, dan Rizky Mutiarani, M.Eng, serta Ikbal Muwahid, M.T..
Sekolah menengah kejuruan dirancang untuk menghasilkan tenaga kerja terampil yang mampu memenuhi persyaratan kerja di berbagai industri. Lulusan dari sekolah ini diharapkan memiliki keterampilan dan kompetensi khusus sehingga bisa memasuki dunia kerja dengan percaya diri dan mudah.
Memastikan keselamatan para siswa ini tidak hanya merupakan kewajiban moral tetapi juga merupakan faktor penting dalam keberhasilan transisi mereka dari dunia pendidikan ke dunia kerja.
Praktik kerja di dunia pendidikan teknologi dan kejuruan memiliki resiko dengan kategori tinggi bagi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) para tenaga pendidik, peserta didik serta teknisi dan pekerja lain yang berada di lingkungan sekolah tersebut. Lingkungan sekolah yang tidak sehat dan tidak aman dapat berdampak langsung terhadap masyarakat sekitar dan yang sedang mengunjungi lokasi.
Potensi sumber bahaya yang bisa mengancam dari pendidikan teknologi dan kejuruan yaitu terpapar radiasi (kimia, biologi, infeksi, alergi, listrik, dan fisik), oleh karenanya, keselamatan dan kesehatan kerja sangat vital dan perlu yang dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu pekerjaan di tempat kerja.
Pemberian ilmu serta pelatihan terkait kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah usaha yang dapat diupayakan guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang bisa menjadi risiko para lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Peserta didik SMK banyak berurusan langsung dengan dunia teknologi dan industri karena lulusannya memang diperuntukkan untuk menciptakan calon tenaga yang kompeten dengan keunggulan praktik di lapangan. Sikap disiplin perlu diterapkan secara tegas mulai dari pendidikan di lingkungan sekolah. SMK Siap Kerja! Siap Selamat!
Polban Serahkan Alat Pencacah Sampah ke Masyarakat Desa Ciwaruga |
![]() |
---|
Tim PkM UPI Adakan Pelatihan Keberlanjutan Usaha Geowisata dan Geoproduk UMKM Pangandaran |
![]() |
---|
Puluhan Relawan Kesehatan Ikuti Pelatihan Kegawatdaruratan dari FPOK UPI dan Dinkes Kota Bandung |
![]() |
---|
Peluncuran ZIS : Sistem Informasi & Pengelolaan Zakat, Infaq, Sodaqoh di Masjid Al-Ikhlas, Bandung |
![]() |
---|
KPI 15 Ungkap Deretan Tamu Spesial: Kolaborasi Profesional Pariwisata di Satu Event |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.