Dari Limbah Jadi Cuan, Pala Nusantara Bertahan dari Pergeseran Tren, Jual Jam hingga Gantungan Kunci
Industri fesyen lokal dan pelaku UMKM tengah menghadapi tantangan besar. Bukan hanya karena tekanan ekonomi global, tetapi juga karena pergeseran pola
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Januar Pribadi Hamel
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Industri fesyen lokal dan pelaku UMKM tengah menghadapi tantangan besar. Bukan hanya karena tekanan ekonomi global, tetapi juga karena pergeseran pola konsumsi masyarakat.
Namun di tengah kondisi yang tidak ideal itu, Pala Nusantara justru menunjukkan bagaimana adaptasi, inovasi, dan keberlanjutan bisa menjadi strategi bertahan.
“Industri sekarang sedang tidak baik-baik saja. Banyak yang kena layoff, tapi banyak juga yang justru bikin brand baru. Termasuk kami di Pala yang berdiri sejak 2015, sekarang mode-nya bukan growth lagi, tapi survival,” ujar Ilham Pinastiko, Founder Pala Nusantara Rabu (11/6/2025).
Pala dikenal sebagai produsen jam tangan berbahan kayu dengan sentuhan lokal.
Namun sejak 2024, tren mulai bergeser, produk jam tangan yang merupakan kebutuhan tersier mulai melambat penjualannya.
“Dulu produksi bisa 2.800 unit per bulan, sekarang hanya 1.000-1.200. Kapasitas produksi pun ikut menyesuaikan,” kata Ilham.

Meski demikian, Pala tak tinggal diam. Mereka memperluas lini produk dengan menghadirkan apparel berbahan linen gaya pangsi yang dirancang untuk pasar kantoran.
Dalam seminggu, lini ini mampu terjual 50-60 produk. Tapi yang paling mengejutkan datang dari lini terbaru, Pala Charm.
“Charm ini gantungan kunci dari limbah kayu dan kulit. Fungsinya pemanis saja, lucu-lucuan. Tapi ternyata antusiasmenya tinggi,” ujarnya.
Produk ini dibanderol Rp100.000 dan bisa terjual hingga 200 unit per minggu.
Lebih dari sekadar bertahan, Pala Charm membuka peluang baru. Sebuah brand legendaris asal Jepang bahkan disebut tertarik memesan hingga 1.000 unit per bulan untuk peluncuran produk global mereka.
“Saya belum bisa sebut nama, tapi ini jadi bukti, produk kecil pun bisa punya dampak besar,” ujarnya.
Langkah ini memperkuat posisi Pala sebagai brand lokal yang mulai memanen hasil dari inisiatif keberlanjutan yang telah mereka tanam sejak tahun lalu.
Pala juga terus menjajaki narasi keberlanjutan dalam lini jam tangan, salah satunya, Pala Merah Muda, yaitu produk jam dengan warna merah muda hasil olahan tutup botol plastik.
Warga Mundu Indramayu Limbah Kelapa dan Rumah Tangga Jadi Produk Kreatif Bernilai Ekonomi |
![]() |
---|
Mengintip TPAS Sarimukti di Bandung Barat, Terus Berbenah di Tengah Sanksi KLH |
![]() |
---|
Warga Cirebon Pilih Tutup Sumur Gara-gara Limbah, Air Berubah Keruh dan Berbau |
![]() |
---|
DLH Jabar Sidak Sungai Cilemahabang, Telusuri Jejak Limbah Industri Bekasi |
![]() |
---|
Sungai Citarum di Karawang Berubah Warna jadi Biru Disorot Anggota DPR, Jalal Abdul Nasir Akan Kawal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.