Kisah Devi Ulumit, Dulu Hidup Kekurangan Kini Raih Penghargaan Kartini: Pendidikan Tiket Realistis
Di tengah gegap gempita perayaan Hari Kartini, Devi Ulumit mengingatkan pentingnya pendidikan bagi perempuan.
Penulis: Salma Dinda Regina | Editor: Salma Dinda Regina
Di mata Devi, Kartini tidak hanya memperjuangkan hak perempuan. Perjuangannya adalah tentang kemanusiaan, tentang kesetaraan setiap insan untuk mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik. Tidak terbatas pada perempuan, namun lebih dari itu: bahwa manusia dilahirkan setara, baik laki-laki maupun perempuan, dan keduanya memiliki hak yang sama dalam memperjuangkan kehidupan yang bermartabat.
"Semangat Kartini sesungguhnya melampaui batas identitas gender. Dulu Beliau marah terhadap ketidakadilan, terhadap batas-batas yang dibuat tanpa alasan yang adil. Di zaman sekarang, kita pun melihat banyak laki-laki yang mengalami nasib serupa, terkungkung oleh sistem, ekspektasi sosial, atau keterbatasan ekonomi yang membatasi pilihan hidup mereka. Maka, perjuangan Kartini tak hanya relevan bagi perempuan, tapi juga bagi siapa saja yang pernah merasa tidak punya suara, tidak punya pilihan, atau tidak diberi kesempatan untuk berkembang. Inilah mengapa perjuangan Kartini adalah simbol perjuangan untuk semua manusia yang ingin memperjuangkan kehidupan yang lebih adil dan bermartabat,"sambungnya.
Lebih lanjut, menurut Devi, perempuan mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk generasi masa depan, baik melalui peranannya di dalam keluarga maupun di masyarakat.
"Mendidik generasi masa depan bukan sekadar soal mengajarkan pelajaran sekolah. Tapi soal mendampingi anak membuka wawasannya, menanamkan nilai-nilai seperti sopan santun, cara berpikir kritis, rasa ingin tahu, dan keberanian untuk menghadapi masa depan. Dalam hal ini, kehadiran seorang ibu, baik secara fisik maupun emosional, adalah pijakan penting bagi tumbuhnya karakter anak-anak," kata Devi.
Baca juga: Parade Kabaret di SMAN 19 Bandung Ceritakan Perjuangan Kartini Bangun Sekolah bagi Kaum Perempuan
Dalam konteks sosial yang lebih luas, lanjut Devi, perempuan juga punya peran besar sebagai penggerak sistem pendidikan, sebagai pembuat kebijakan, guru, peneliti, atau profesional di bidang-bidang yang mereka tekuni. Perempuan bisa hadir sebagai suara yang membela akses pendidikan untuk semua, yang memperjuangkan sistem yang relevan dengan tantangan zaman, dan yang menjadi teladan integritas.
"Jadi bagi saya, perempuan bisa membentuk generasi masa depan melalui perannya di rumah dan juga lewat kontribusinya dalam masyarakat. Dan semuanya berawal dari keberanian untuk menjadi versi terbaik dirinya, dengan cara yang ia pilih dan yakini," sambungnya.
Lebih lanjut, Devi berharap agar perempuan bisa belajar tanpa rasa takut—takut salah, takut diremehkan, atau takut salah jalan.
"Saya berdoa agar pendidikan tak lagi menjadi soal privilege, tapi menjadi jalan pembebasan. Supaya tak ada lagi anak perempuan yang harus berpikir dua kali untuk bercita-cita tinggi. Supaya mereka tahu bahwa menjadi perempuan tidak menghalangi mereka jadi siapa pun yang mereka inginkan," katanya.
Ia juga berharap pendidikan tidak hanya membekali perempuan dengan ijazah, tapi juga dengan karakter.
"Karena perempuan yang berilmu dan beradab akan melahirkan peradaban, baik di rumah, di masyarakat, maupun di panggung dunia," sambungnya.
Devi percaya bahwa ilmu bukan untuk disimpan untuk sendiri.
"Dan harapan terbesar saya, semoga semakin banyak perempuan yang setelah belajar, tak hanya menyimpan ilmunya untuk dirinya sendiri, tapi memilih membuka jalan; seperti Kartini; agar lebih banyak lagi yang bisa berjalan bersama," pungkasnya.
Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.
Hari Kartini 2025
Devi Ulumit
Institut Teknologi Bandung (ITB)
alumni ITB
Kartini Awards kategori Passionate Education
14 Titik Banjir Kepung Kota Bandung, Pakar ITB Soroti Pentingnya Kolam Retensi di Hulu |
![]() |
---|
Kisah 2 Anak Tukang Sepuh Emas Masuk ITB, Sang Ibu Nangis Didatangi Rektor: Tulang Punggung Keluarga |
![]() |
---|
Sosok Bram Patria Yoshugi, Art Director di Bandung yang Ciptakan Logo HUT ke-80 RI, Alumni ITB |
![]() |
---|
Kisah Marsya Anak Tukang Cuci Diterima ITB Didatangi Wakil Rektor, Tetangga Terharu Buat Syukuran |
![]() |
---|
Sosok Dea Anak Nelayan Diterima ITB, Rumahnya Dipenuhi Piagam & Piala, Dosen Nangis Dengar Kisahnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.