Berita Viral

Curhat Guru SD di Sumenep Nginap di Rumah Warga hingga Kantor Sekolah, Jalan Rusak Tak Bisa Pulang

Kisah seorang guru yang rela menginap di rumah warga demi bisa mengajar tengah menyita perhatian publik.

(KOMPAS.com/ Nur Khalis)
JALAN RUSAK - (Kiri) Pak Hamsul, guru di SD di Kepulauan Sumenep bersama motor yang dikendarainya penuh lumpur. (Kanan) Salah seorang guru SDN Buddi saat melewati jalan poros kabupaten menuju sekolah tersebut. Gegara jalan rusak, para guru SD ini terpaksa menginap di rumah warga hingga kantor sekolah 

TRIBUNJABAR.ID - Kisah seorang guru yang rela menginap di rumah warga demi bisa mengajar tengah menyita perhatian publik.

Sosoknya adalah Hamsul (47), seorang guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di SDN Buddi, Sumenep, Jawa Timur.

Budi rela menginap di rumah warga yang tidak jauh dari sekolah gara-gara jalan rusak akibat diguyur hujan.

Selain itu, jarak tempuh ke sekolah yang mencapai 14 kilometer juga memakan waktu lama.

"Kalau jalan kaki butuh waktu sekitar empat jam," ujarnya. Kalau bawa motor, pasti semuanya penuh lumpur," katanya, dikutip dari Kompas.com.

Hamsul menyebut kondisi tersebut sudah laman dan semakin parah setiap kali musim hujan tiba.

Tidak hanya guru, akses ke sekolah di jalan yang ada di Dusun Tembang, Desa Buddi, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean itu menjadi akses utama para murid dan warga.

"Infrastruktur jalan itu sangat dibutuhkan, murid yang sekolah juga sangat membutuhkannya," kata Hamsul.

Baca juga: Sosok Aiptu Kusno dan Aipda Roy Legowo, Polisi yang Peras Pasangan Remaja dan Ancam Tembak Warga

Nginap di rumah warga hingga kantor sekolah

Hamsul mengatakan, mayoritas guru memilih menginap di sekitar sekolah, baik di rumah warga maupun di kantor sekolah.

Hamsul sendiri hanya pulang ke rumah setiap akhir pekan, biasanya ia Sabtu sore pulang dan kembali ke sekolah pada Minggu sore.

"Untuk jaga-jaga, kalau hujan deras sudah pasti terlambat ke sekolah, jadi memilih menginap," katanya.

Hal yang sama juga diceritakan Abdul Rahem (48), guru lainnya di SDN buddi. 

Ia menyebut akses jalan menuju desa masih sangat minim pembangunan.

Baca juga: Kisah Roji Guru yang Menunggu 20 Tahun Diangkat PPPK, Disalip Muridnya Ada yang PNS hingga Polisi

Dari arah Kecamatan Arjasa, hanya ada pengaspalan sepanjang dua kilometer, sementara dari Desa Buddi menuju Arjasa, hanya tersedia satu kilometer pengaspalan dan satu kilometer rapat beton.  

"Jadi, sekitar empat belas kilometer masih belum tersentuh pembangunan apapun," katanya.

Penjelasan Camat

Camat Arjasa, Ayniza Sukma mengatakan bahwa sebagian besar jalan menuju Desa Buddi belum mengalami pengerasan.

"Bahkan sebagian badan jalan belum terbentuk. Belum ada pengerasan apapun," ujarnya. 

Pembangunan jalan poros menuju Desa Buddi terakhir kali dilakukan melalui program TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD), dengan tambahan proyek dari Kabupaten Sumenep.  

Namun, perbaikan tersebut belum menyeluruh dan masih menyisakan jalan yang sulit dilalui.

Berharap ada perbaikan

Para guru di kepulauan seperti Hamsul dan Abdur Rahem pun berharap adanya perbaikan infrastruktur yang lebih serius dari pemerintah daerah.

Jalan yang layak tidak hanya akan mempermudah akses para pendidik, tetapi juga meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak di daerah terpencil. 

Tanpa akses yang memadai, upaya mencerdaskan generasi bangsa di wilayah kepulauan tetap menjadi tantangan besar. 

Kondisi ini menjadi pengingat bahwa pemerataan pendidikan tidak hanya soal tenaga pengajar, tetapi juga infrastruktur yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar.

Dengan perhatian dan aksi nyata dari pemerintah, diharapkan anak-anak di kepulauan pun bisa mendapatkan pendidikan yang layak tanpa hambatan akses.

Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved