Pembunuhan Satpam Asal Sukabumi

Septian Satpam Sukabumi yang Dibunuh di Bogor Sudah Mau Resign, Keluarga Minta Nyawa Bayar Nyawa

Rencananya, Septian akan mengundurkan diri setelah lebaran nanti karena didesak oleh Dewi.

Penulis: M RIZAL JALALUDIN | Editor: Ravianto
Kolasi TribunnewsBogor.com
Tampang Anak Bos Pembunuh Satpam di Lawang Gintung Bogor, Ibunya Bukan Orang Sembarangan 

TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Septian, satpam asal Sukabumi yang tewas di tangan anak majikannya di Lawang Gintung, Bogor ternyata sudah berniat untuk mengundurkan diri atau resign.

Hal ini diungkapkan istri mendiang Septian, Dewi.

Rencananya, Septian akan mengundurkan diri setelah lebaran nanti karena didesak oleh Dewi.

"Tanggung, nanti saja habis lebaran katanya," kata Dewi kepada awak media di lokasi pemakaman, Sabtu (18/1/2025).

Dewi menyebutkan, suaminya baru bekerja sekitar 5 bulan di rumah mewah tersebut.

Alasan akan mengundurkan diri karena dia sering menjadi korban amarah anak majikan tanpa alasan yang jelas.

Baca juga: Fakta Sejauh Ini Satpam Sukabumi Dibunuh Anak Majikan di Bogor, Dibunuh karena Catatan Keluar Masuk

Selain itu, gajinya juga sering telat.

Dewi mengatakan, ia terakhir kali berkomunikasi dengan korban pada Kamis (16/1/2025) malam, atau malam Jumat.

Rumah mewah di Lawang Gintung, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, yang jadi lokasi pembunuhan pada Jumat (17/1/2025) pagi.
Rumah mewah di Lawang Gintung, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, yang jadi lokasi pembunuhan pada Jumat (17/1/2025) pagi. (Tribun Bogor)

Korban menanyakan kabar anaknya.

"Komunikasi sama almarhum malam Jumat kalau gak salah, pas hari kamis nelpon ke rumah nanyain kabar anak, biasa pas malamnya ngechat, aku habis sama anak majikan berantem, si ibu mau dicekik itu saya lerai, itu majikan sama anaknnya mau dicekik, dipisahlah sama suami, dari situ gak ada kabar lagi sampai pagi," kata Dewi 

Keluarga Ingin Nyawa Dibayar Nyawa

Duk mendalam masih menyelimuti keluarga Septian (37), seorang Satpam rumah mewah di Bogor Selatan yang tewas dibunuh anak majikannya pada Jumat (17/1/2025).

Korban dibawa pulang ke rumah duka di Kampung Cibarengkok, Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (18/1/2025) dini hari.

Tadi pagi, korban dimakamkan di TPU Sembah Dalem, Kalideres, Desa Citarik.

Kakak ipar korban, Aris Munandar, mengatakan, keluarga sangat menyesalkan peristiwa tersebut.

Keluarga pun tak habis pikir anak majikan tempat Septian bekerja tega menghabisi nyawa Septian.

"Dari pihak keluarga menyesalkan, dari pihak si pelaku itu belum ada itikad baik pada keluarga korban, jadi kita sangat menyesal dan kita merasa kebingungan pas hari pertama, dikarenakan semua kita keluarganya kurang mampu, jadi benar benar bingung, kita musti melakukan langkah seperti apa," ujar Aris usai pemakaman.

Aris menjelaskan, keluarga sangat membutuhkan bantuan hukum dan berharap pelaku dihukum seberat-beratnya, setimpal dengan perbuatan yang dilakukan terhadap Septian.

"Jadi kita beranggapan masyarakat yang tiidak tahu aturan hukumnya seperti gimana, saya meminta kepada semua untuk membantu dan memberikan penerangan seterang benderangnya," ucap Aris.

Aris mengatakan, korban merupakan tulang punggung bagi keluarganya. Korban juga dikenal sebagai sosok yang baik dan sangat menyangi anak sambungnya.

"Keluarga kebingungan ke depannya, sekolah anak anak, anak dari korban satu, anak sambungnya tiga, jadi keluarganya itu berharap sama si korban tulang punggung keluarga lah, jadi semua juga seperti mertuanya suka ada, jadi tulang punggung keluarga," ujar dia.

Aris menuturkan, tak hanya pihak keluarga pelaku, dari pihak perusahaan pun belum ada datang ke keluarga korban.

"Belum ke rumah, jadi fokus kita dari kemarin itu untuk buat nyediain tempat istirahatnya, kalau misalkan sudah beres kita mulai jalur hukumnya seperti apa, ya kita benar benar kecewa dari perusahaan, dari keluarga pelaku, belum ada yang datang, belum ada memberikan bela sungkawa, seperti gimana sih perasaannya misalkan ditinggal oleh tulang punggung keluarga," ucap Aris.

Sementara itu, paman korban, Suhendi juga meminta proses hukum dijalankan seadil-adilnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

"Kalau bisa sih memang tetap hukum harus berjalan, berlaku juga, pasalnya kasian dari anaknya juga, dari keluarga juga, tanpa dia bagaimana nantinya, kalau saya sih hukum berjalan, saya maunya sih seperti itu, kalau saya pribadi sih, nyawa dibalas nyawa, kalau saya pridabi maunya saya sih begitu, cuma kan kita ada hukum ya minimal setimpal lah dengan keadaan seperti itu," ujar Suhendi.* (M Rizal Jalaludin)

.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved