Peneliti BRIN Sebut Virus HMPV Ternyata Pernah Ada pada 2001, Vaksin Khusus HMPV Belum Tersedia

virus itu pertama kali ada 2001 oleh ilmuwan virologi dari sampel pasien yang menderita penyakit saluran pernapasan.

ISTIMEWA
ilustrasi tenaga kesehatan 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Virus HMPV atau dikenal human metapneumovirus ternyata bukanlah virus baru, melainkan pernah ditemukan 2001.

Peneliti Ahli Madya pusat riset kedokteran praklinis dan klinis BRIN, Telly Purnamasari menyebut virus itu pertama kali ada 2001 oleh ilmuwan virologi dari sampel pasien yang menderita penyakit saluran pernapasan.

"Jadi, HMPV ini kategori penyakit reemerging karena sudah ada sebelumnya. Karakteristiknya virus RNA tunggal, bentuk strukturnya struktur helix seperti bola dan di luarnya mempunyai membran protein," kata Telly, Jumat (17/1/2025).

Telly menambahkan, virus tersebut mempunyai dua subtipe utama, yakni subtipe A dan B. Subtipe A lebih sering dikaitkan wabah dan menunjukan gejala gangguan pernapasan yang lebih berat dibanding subtipe B yang biasanya lebih banyak ditemukan saat musim dingin atau gugur.

"Peningkatan kasus di beberapa negara, termasuk laporan WHO, telah memicu kewaspadaan global. Meskipun fatality rate-nya kecil, kita tidak bisa meremehkan penyakit ini. Waspada dan menerapkan langkah pencegahan seperti menjaga kebersihan dan memperkuat imunitas sangat penting untuk mencegah penyebaran,” katanya.

Adapun surveilans epidemiologi, lanjutnya perlu diperkuat di tingkat sekolah dan puskesmas untuk melacak penyebaran HMPV. 

"Kita memerlukan surveilans yang berkesinambungan agar dapat memantau data secara real-time. Hal ini penting guna merancang kebijakan pencegahan berbasis data,” ujarnya.

Secara global, penelitian tentang HMPV sudah berlangsung lama. Bahkan, di luar negeri, riset mencakup studi epidemiologi, klinis, dan pengembangan vaksin, meskipun hingga kini vaksin HMPV belum tersedia.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa HMPV sering menyebabkan infeksi saluran pernapasan berat, terutama pada anak-anak dan kelompok rentan lainnya.

Selain itu, penelitian di negara-negara, seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia menunjukkan HMPV adalah salah satu penyebab utama infeksi saluran napas berat setelah TBC.

Sebagian besar anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan infeksi saluran napas diketahui terinfeksi HMPV.

"Nah, untuk di Indonesia, penelitian mengenai HMPV masih terbatas. Ada peluang besar untuk mengembangkan riset dalam berbagai aspek, kami perlu meneliti faktor resiko, prognosis, hingga pola penyebarannya dengan mempertimbangkan karakter geografi Indonesia. Lalu, penelitian klinis terkait efektivitas terapi simptomatik atau pengembangan obat dan vaksin sangat diperlukan," ujarnya.

Terkait vaksin, Telly menegaskan jika saat ini belum ada vaksin khusus HMPV yang dikembangkan di Indonesia. Namun, dia optimis BRIN dapat memimpin upaya ini. 

"Belajar dari pengembangan vaksin COVID-19, kami bisa mempercepat prosesnya jika ada dukungan dan kolaborasi yang kuat. Selain vaksin, pengembangan alat diagnostik seperti rapid test juga diperlukan agar daerah terpencil dengan fasilitas kesehatan terbatas dapat mendeteksi HMPV secara cepat," ujar Telly.(*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved