Profil dan Sejarah Gedung Merdeka di Bandung, Ikon Sejarah yang Kini Kondisinya Memprihatinkan

Inilah profil Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung yang tengah ramai menjadi perbincangan.

|
Tribun Jabar/Syarif
Kerusakan dinding Gedung Merdeka Bandung sebelum direnovasi pada 2022 lalu. 

TRIBUNJABAR.ID - Inilah profil Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung yang tengah ramai menjadi perbincangan.

Gedung Merdeka ramai disorot karena kondisinya yang disebut memprihatinkan. 

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu), Sugiono saat berkunjung ke Gedung Merdeka, Kota Bandung, Selasa (15/1/2025). 

"Jadi, hari ini saya melihat kondisi Gedung Asia Afrika dan membicarakan rencana untuk melakukan perbaikan-perbaikan, karena kondisinya juga sudah cukup memprihatinkan," ujar Sugiono.

Lalu, bagaimana profil hingga sejarah gedung yang dibangun 1895 tersebut?

Profil Gedung Merdeka

Gedung Merdeka terletak di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Jawa Barat.

Diketahui, letak Gedung Merdeka berada di kawasan strategis Kota Bandung

Kini, gedung yang banyak menyimpan cerita sejarah bangsa menjadi Museum Konferensi Asia Afrika.

Baca juga: Pemprov Jabar Sebut Kementerian PUPR Segera Perbaiki Gedung Merdeka untuk Kegiatan Internasional

Sejarah Gedung Merdeka

Mulanya, Gedung Merdeka bernama Societeit Concordia yang merupakan tempat nongkrong atau tempat rekreasi sekelompok elit dan masyarakat Belanda yang tinggal di Bandung dan sekitarnya.

Mereka adalah pegawai perkebunan, pembesar, perwira, pengusaha, dan kalangan lain yang cukup kaya. Sehingga, Societeit Concordia memiliki desain yang mewah. 

Pada hari libur terutama malam hari, gedung dipenuhi pengunjung untuk menonton pertunjukkan kesenian maupun makan malam.  

Di dalam gedung tersedia fasilitas hiburan yang mewah, sehingga tidak sembarang orang dapat masuk gedung tersebut. 

Ada tulisan 'Verbodden voor Honden en Indlander' di dalam gedung itu, artinya anjing dan pribumi dilarang masuk. 

Bahkan, orang kulit putih yang tidak memiliki akses ke komunitas elite Eropa mengalami kesulitan masuk ke gedung Societeit Concordia. 

Sehingga tidak heran, jika Societeit Concordia disebut sebagai simbol rasisme. 

Fungsi Gedung 

Kondisi berubah pada masa pendudukan Jepang. Gedung Societeit Concordia berubah nama menjadi Dai Toa Kaman. 

Fungsinya tidak lagi menjadi tempat berkumpulnya orang elit, melainkan sebagai tempat pertemuan dan pusat kebudayaan. 

Saat Jepang takhluk di tangan sekutu, Gedung Societeit Concordia berubah fungsi menjadi kantor pusat pemerintahan Kota Bandung.

Saat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tangal 17 Agustus 1945, gedung digunakan sebagai markas pemuda Indonesia untuk menghadapai tentara Jepang. Hal ini karena, Jepang belum mau menyerahkan kekuasaan kepada Indonesia. 

Setelah peristiwa Bandung Lautan Api pada Maret 1946, Gedung Societeit Concordia berfungsi sebagai bangunan seni dan hiburan. 

Suasana di Jalan Asia-Afrika Bandung, tepatnya di depan Gedung Merdeka, saat acara Festival Asia Afrika, Sabtu (6/7/2024).
Suasana di Jalan Asia-Afrika Bandung, tepatnya di depan Gedung Merdeka, saat acara Festival Asia Afrika, Sabtu (6/7/2024). (Tribun Jabar/Nazmi Abdurrahman)

Kemudian setelah pemerintah Indonesia (1946-1950) di mulai dengan adanya pemerintahan Haminte Bandung, Negara Pasundan, Recomba Jawa Barat. Gedung Societeit Concordia digunakan sebagai gedung pertemuan umum.

Keputusan Pemerintah Republik Indonesia (1954) yang menetapkan Bandung sebagai tempat Konferensi Asia Afrika, maka Gedung Merdeka terpilih menjadi tempat konferensi itu. Pada saat ini, nama gedung berubah menjadi Gedung Merdeka

Pertimbangannya adalah saat itu Gedung Merdeka merupakan gedung termegah dengan lokasi strategis, dekat Hotel Savoy Homann dan Hotel Preanger. 

Untuk itu pada awal 1955, gedung dipugar disesuaikan dengan kebutuhan konferensi bertaraf internasional. 

Pembangunan gedung dilakukan oleh Jawatan Pekerjaan Umum Provinsi Jawa barat. 

Gedung Merdeka menjadi gedung konstituante setelah terbentuk Konstituante Republik Indonesia sebagai hasil pemilihan umum 1955. 

Baca juga: Menlu Sugiono Ungkap Kondisi Gedung Merdeka di Bandung Memprihatinkan, Kerusakannya Cukup Intensif

Kemudian, Gedung Merdeka menjadi tempat kegiatan Badan Perancang nasional lalu menjadi Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang terbentuk pada tahun 1960. 

Pada tahun 1965, Gedung Merdeka menjadi tempat Konferensi Islam Asia Afrika.

Saat pemberontakan G30S/PKI, Gedung Merdeka dikuasai instansi militer dan sebagian gedung menjadi tempat tahanan politik G30S/PKI. 

Pada Maret 1980, sebagai tempat peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-25. Pada puncak peringatan diresmikan Museum Konferensi Asia Afrika oleh Soeharto, Presiden Republik Indonesia ke-2. 

Nama Gedung Merdeka Pada tanggal 7 April 1955, Presiden Soekarno mengganti nama Gedung Societeit Concordia menjadi Gedung Merdeka dan Jalan Raya Pos menjadi Jalan Asia Afrika. 

Alasannya, penamaan Gedung Merdeka untuk memberikan semangat perjuangan mencapai kemerdekaan bagi bangsa-bangsa Asia Afrika yang masih terjajah.

Arsitek Gedung Merdeka

Perlu diketahui, Gedung Merdeka dirancang oleh Van Galen Last dan CP Wolff Schoemaker pada tahun 1926.

Mereka berasal dari Belanda dan merupakan guru besar Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH Bandoeng, kemudian menjadi Institut Teknologi Bandung/ITB). 

Desain gedung kental dengan nuansa art deco yang megah. 

Hal ini terlihat dari lantainya yang terbuat dari marmer buatan Itali, ruang tempat minum dan bersantai yang terbuat dari kayu, serta lampu kristal yang tergantung gemerlapan sebagai penerang. 

Gedung Merdeka menempati area seluas 7.500 meter persegi. 

Saat ini, Gedung Merdeka menjadi Museum Asia Afrika yang memamerkan berbagai benda koleksi dan foto-foto Konferensi Asia Afrika. 

Konferensi ini sebagai cikal bakal Gerakan Non Blok yang pernah digelar di sini tahun 1955.

Kondisi Memprihatinkan

Menteri Luar Negeri (Menlu), Sugiono, saat diwawancarai seusai berkunjung ke Gedung Merdeka, Kota Bandung, Selasa (15/1/2025). 
Menteri Luar Negeri (Menlu), Sugiono, saat diwawancarai seusai berkunjung ke Gedung Merdeka, Kota Bandung, Selasa (15/1/2025).  (Tribun Jabar/Nazmi Abdurrahman)

Menurut Menlu Sugiono, Gedung Merdeka adalah salah satu cagar budaya yang harus dirawat karena mempunyai sejarah perjuangan negara-negara Asia Afrika.

"Ini adalah satu cagar budaya dan menurut saya cagar diplomasi Indonesia yang harus kita pertahankan dan harus kita lestarikan," katanya. 

Sugiono tidak memerinci apa saja kerusakan yang akan diperbaiki oleh Kementerian Pekerjaan Umum. 

"Kerusakannya cukup intensif, jadi nanti akan diinventarisi secara lebih detail. Situasi gedungnya juga sudah mengkhawatirkan," katanya.

Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Jabar, Indra Maha, mengaku tidak tahu detail rencana perbaikan Gedung Merdeka.

"Saya tadi enggak begitu ngikutin, jadinya saya juga enggak begitu ngikutin bagian mana. Tapi pasti sudah ada perencanaannya," ujar Indra.

Perbaikan Gedung Merdeka ini, kata dia, melibatkan koordinasi antara Kemenlu, PUPR, Kemendikbud, Pemprov Jabar, dan Pemkot Bandung. 

"Yang renov, kalau tadi kan di depan, katanya pusat, ya," katanya. 

Kementerian PUPR Segera Perbaiki Gedung Merdeka

Kepala Biro Umum Setda Jabar, Tulus Arfian mengatakan, selayaknya bangunan tua, Gedung Merdeka memang membutuhkan beberapa perbaikan-perbaikan.

"Mungkin beliau hadir ke sini karena nanti akan dibuat acara, mungkin beliau punya standar jadi ada yang harus diperbaiki, karena nanti rencananya akan ada acara dengan negara-negara Asia Afrika, saya kurang paham karena dari itu kegiatannya dari Kemenlu," ujar Tulus, Selasa (14/1/2025). 

Selama ini, kata dia, Pemprov Jabar sebagai pengelola hanya diberikan kewenangan untuk melakukan perbaikan minor, menjaga keamanan dan kebersihan gedung saja. 

"Memang belum ada bantuan dari pusat untuk memperbaiki gedung itu. Kita hanya menjaga kebersihan saja, itu kan gedung cagar budaya. Jadi kalau ada pemugaran apapun, harus ada perizinannya," ucapnya.

"Kalau beberapa tempat, di bangunan atas itu sudah cukup tua, terutama di main hall pasti perlu perbaikan yang cukup besar, kalau hanya cat kita bisa. Tapi kalau bocor seperti dulu itu sudah diperbaiki," tambahnya.

Pihaknya pun mengaku tidak tahu detail, perbaikan apa saja yang dilakukan karena pengecekan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.

"Kalau yang sekarang anggaranya dari Kementerian PUPR makanya tadi mereka yang menghitung, kita belum tahu (apa saja dan berapa biayanya)," katanya. 

Sementara terkait kerusakan yang terjadi pada 2022, sudah langsung diperbaiki tahun itu juga dengan anggaran sekitar Rp. 4 miliar.

"2022 itu anggaran Rp. 4 miliar untuk mengganti atap yang cukup, itu sebelah kiri bukan main hall, itu (sebelah kiri) sudah rubuh karena belum pernah diperbaiki, karena statusnya bukan punya Pemprov, kita hanya menjaga saja, perbaikan minor tidak sampai struktur," katanya.

(Tribunjabar.id/Salma Dinda/Nazmi Abdurrahman)

Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.

 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved