Menguak Rahasia Teh Gambung, Warisan Lama yang Jadi Simbol Inovasi Teh dan Kina

PPTK Gambung memiliki fasilitas penelitian yang lengkap, mulai dari laboratorium agronomi, tanah dan pemupukan, hingga proteksi tanaman.

Tribunjabar.id / Adi Ramadhan Pratama
Perkebunan Teh Gambung di Desa Mekarsari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung menjadi saksi perjuangan para pekerja yang memilah daun teh terbaik. 

Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Adi Ramadhan Pratama 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Perkebunan Teh Gambung di Desa Mekarsari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung menjadi saksi perjuangan para pekerja yang memilah daun teh terbaik.

Di mana hamparan kebun teh yang hijau ini bukan hanya sekedar pemandangan indah belaka, tetapi juga sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar.

Sejak peninggalan Rudolf Eduard Kerkhoven, kebun teh ini dikelola dengan nama Afdeling Rancabolang, hingga akhirnya pada 1973 resmi menjadi Balai Penelitian Teh dan Kina (PPTK).

Manager Pemasaran dan Agro Wisata PPTK Gambung, Maman Sulaeman menjelaskan bahwa fungsi balai tersebut merupakan sebagai salah satu tempat pusat penelitian teh dan kina.

"Ada penelitian agronomi, ada peneliti proteksi tanaman, ada peneliti sosial ekonomi, ada juga tanah dan pemupukan, dan pengolahan hasil enginering," ujar Maman kepada Tribun Jabar baru-baru ini.

Maman mengatakan, bidang penelitian tersebut akan menghasilkan berbagai perkembangan. Salah satu diantaranya yaitu cara budidaya, cara pengendalian hama penyakit, cara pemupukan, dan lain-lain.

"Terus juga jenis clone yang tepat untuk di tanam, sampai ke teknologi pengolahan, sama jenis-jenis pengolahan alat dan mesin dan sistem pengolahannya," ucapnya.

Di sisi lain, Maman mengungkapkan bahwa teh gambung sendiri terdapat dua jenis varietas, diantaranya yakni varietas Asamika (berdaun lebar) dan varietas Sinensis (berdaun kecil). 

"Varietas asamika umumnya dari Sri Lanka atau India, cocok untuk produksi black tea. Sedangkan varietas sinensis banyak ditemukan di China dan Jepang, biasanya digunakan untuk teh spesial seperti teh hijau," ujarnya.

PPTK Gambung memiliki fasilitas penelitian yang lengkap, mulai dari laboratorium agronomi, tanah dan pemupukan, hingga proteksi tanaman. Greenhouse dan area pembibitan juga tersedia untuk mendukung penelitian.

"Kami juga memiliki laboratorium untuk menguji kandungan tanah dan tanaman teh. Dari sini, kami memberikan rekomendasi pemupukan dan memastikan kualitas teh tetap terjaga," ujarnya.

Selain menjadi pusat penelitian, PPTK Gambung juga mengelola kebun teh seluas 400 hektar dan beberapa pabrik teh, seperti pabrik teh hijau dan teh putih. 

"Kami juga menawarkan agrowisata dan program edutainment. Sekolah maupun masyarakat umum dapat belajar tentang sejarah teh dan proses pengolahannya di sini," katanya.

Pada era 1990-an, teh Gambung masih diekspor ke Eropa, terutama Belanda, dalam bentuk teh hitam. Namun sejak 2016, Gambung sepenuhnya beralih ke produksi teh hijau untuk pasar lokal.

"Kami pernah bekerja sama dengan perusahaan swasta hingga 2021, tapi sekarang kami menjual teh hijau secara mandiri untuk memenuhi pasar lokal," ucapnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved