DBD di Kota Bandung dan Cimahi Capai 7.146, Anggota DPR RI Fathi Dorong Alokasi Anggaran Darurat
Dinas Kesehatan Provinsi Jabar mencatat, hingga November 2024 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bandung dan Kota Cimahi mencapai 7.146 kasus.
Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Januar Pribadi Hamel
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dinas Kesehatan Provinsi Jabar mencatat, hingga November 2024 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bandung dan Kota Cimahi mencapai 7.146 kasus.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Kabid P2P) Dinkes Jabar, Rochady mengatakan, dari jumlah tersebut 28 orang di antaranya meninggal dunia akibat keterlambatan pasien dalam melakukan pengobatan.
"Sehingga dalam hal ini masyarakat harus mengenali tanda bahaya DBD agar bisa dilakukan pengobatan pertama di fasyankes (fasilitas layanan kesehatan)," ujar Rochady, Jumat (22/11/2024).
Tingginya angka kasus DBD di Kota Bandung dan Cimahi ini, menjadi sorotan anggota DPR RI dari fraksi Demokrat, Fathi. Kondisi ini, kata Fathi, mencerminkan urgensi penanganan yang lebih sistematis dan menyeluruh.
Baca juga: Masuk Musim Hujan, Warga Pangandaran Diimbau Tetap Waspada DBD, Jangan Biarkan Ada Genangan Air
"Kondisi ini sangat memprihatinkan. Wabah DBD yang melanda masyarakat Kota Bandung harus segera ditangani dengan langkah cepat, terkoordinasi, dan melibatkan semua pihak, baik pemerintah daerah, instansi kesehatan, maupun masyarakat,” ujar Fathi.
Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Kota Bandung dan Cimahi ini pun, mendorong alokasi anggaran darurat dari pusat untuk membantu upaya pengendalian wabah DBD.
"Pemerintah harus memastikan ketersediaan anggaran untuk fogging, penyediaan obat-obatan, dan edukasi masyarakat. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah daerah, tetapi juga tanggung jawab kita bersama,” katanya.
Fathi juga mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan guna mencegah penyebaran penyakit.
Baca juga: Curhat Pekerja di IKN Asal Sukabumi, Upah Dikorting dari yang Dijanjikan, Kini Lemas Terserang DBD
"DBD disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang berkembang biak di air tergenang. Langkah sederhana seperti membersihkan tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk, sangat penting dilakukan,” katanya.
Fathi pun berencana untuk mengajukan inisiatif bersama Pemkot guna mendukung program kesehatan preventif. Ia berharap pemerintah dapat menggencarkan edukasi mengenai menguras, menutup, dan mendaur ulang (3M) serta mempercepat distribusi logistik kesehatan, termasuk obat anti-DBD.
“Saya berdiri bersama masyarakat Bandung dan Cimahi dalam situasi darurat ini. Kita harus bersatu, menguatkan solidaritas, dan berkolaborasi untuk menghentikan penyebaran wabah ini. Keamanan dan kesehatan masyarakat adalah prioritas utama,” katanya.
Melalui langkah-langkah kolektif, Fathi berharap Kota Bandung dan Cimahi segera pulih dari krisis ini. Ia juga mengajak seluruh pihak untuk saling bergotong royong demi menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan terbebas dari ancaman penyakit. (*)
Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.
IKUTI CHANNEL WhatsApp TribunJabar.id untuk mendapatkan berita-berita terkini via WA: KLIK DI SINI
Sesar Lembang Menggeliat, Pemkot Bandung Siapkan 6 Titik Evakuasi: GBLA, Gasibu, hingga Tegallega |
![]() |
---|
40 Tahun Vakum, Bazar Pasir Impun Bandung kembali Menggeliat |
![]() |
---|
Sempat Ambruk, Gedung Pusat Kebudayaan YPK di Naripan Bandung Dipugar: Rampung November 2025 |
![]() |
---|
PKL di Pasar Kaget Kiaracondong Ditertibkan, Gerobak Langsung Diangkut |
![]() |
---|
Ini Cara Penanganan Banjir Jangka Pendek dan Panjang di Kota Bandung, Termasuk Tambah Kolam Retensi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.