Pilkada Jawa Barat
Paslon Debat Pilgub Jabar Tidak Satu Pun Bahas Transisi Energi untuk Hadapi Krisis Iklim
Pemilih muda dan aktivis lingkungan dari sejumlah komunitas, kecewa dengan penampilan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur saat debat publik.
Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Giri
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pemilih muda dan aktivis lingkungan dari sejumlah komunitas, kecewa dengan penampilan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur saat debat publik kedua.
Debat dilaksanakan di satu hotel di Kabupaten Cirebon, Sabtu (16/11/2024) malam.
Komunitas seperti Pilah Pilih, Bijak Pilkada, Demokrasi Kita, Bangun Bandung, Enter Nusantara, Muda Empati, Climate Ranger, Rhizoma Indonesia, Plabs.id, dan Bandung Milik Kita, berkolaborasi menggelar proyek Festival Pilkada Bandung.
Project Lead Pilah Pilih, Elok F Mutia, mengatakan, pada debat publik kedua tidak ada pasangan calon yang membahas langkah konkret transisi energi untuk menghadapi krisis iklim yang semakin mendesak.
Padahal, kata dia, Jawa Barat saat ini menghadapi krisis lingkungan serius, di mana daya dukung dan daya tampung lingkungan telah terlampaui, menjadikan Provinsi Jabar sebagai wilayah dengan jumlah bencana tertinggi di Indonesia.
Dari Januari hingga Oktober 2024, tercatat telah terjadi 610 kejadian cuaca ekstrem, 400 tanah longsor, 187 banjir, 158 kebakaran hutan, 18 kekeringan, dan 16 gempa bumi, yang terjadi akibat krisis iklim.
Baca juga: KPU Indramayu Kekurangan Surat Suara Belasan Ribu Lembar untuk Pilkada 2024
"Orang muda di Jawa Barat merupakan kelompok penting dalam pemilu kali ini. Data dan aspirasi yang kami kumpulkan membuktikan bahwa kesadaran mereka semakin tinggi tentang krisis iklim, termasuk tentang tuntutan mereka terhadap energi bersih," ujar Elok F. Mutia, Minggu (17/11/2024).
Selain itu, salah satu masalah terbesar di sektor energi di Jawa Barat adalah banyaknya industri yang masih menggunakan energi fosil, termasuk di Cirebon, lokasi debat calon gubernur ini dilaksanakan.
Sayangnya, hal ini tidak menjadi pembahasan kunci dalam debat kali ini yang juga membahas tema lingkungan.
Alsya Aquia, satu panelis dari Climate Rangers Cirebon menyoroti, di daerahnya, isu utama adalah industri energi, terutama PLTU, yang seharusnya sudah dipensiunkan dini.
"Kalau mau mengatasi masalah yang satu, jangan membuat yang baru. Sektor energi bisa ditransmisikan ke yang terbarukan, apalagi banyak dampak buruk PLTU tidak hanya ke lingkungan tapi juga kesehatan, ekonomi sosial masyarakat sekitar," ujar Alsya.
Baca juga: Acep Adang Nilai Debat Publik Kedua Piilkada Jabar Lebih Baik, Ungkap Prioritas Kebijakan Publik
Dani Setiawan dari Rhizoma Indonesia mengatakan, pada debat kemarin, pasangan calon lebih fokus pada pemetaan tata ruang dan tata guna lahan.
"Calon gubernur terkesan justru menyalahkan masyarakat seperti pembabatan hutan dan penambangan ilegal, tetapi tidak ada protes jelas seperti terhadap proyek strategis Nasional yang mendapat izin dan dukungan kuat dari pemerintah pusat," ujar Dani.
Stanislaus Apresian, akademisi dan pemerhati kebijakan perubahan iklim dari Universitas Parahyangan menyatakan, jawaban dari para calon gubernur saat debat relatif masih umum, sekadar melakukan identifikasi dan berbagai inisiatif yang sudah ada.
"Mereka tidak membahas misal tentang nature-based solution untuk mencegah banjir dengan memanfaatkan alam, hanya membahas infrastruktur. Tentang transisi energi pun tidak ada yang berani bilang untuk melakukan penutupan PLTU batu bara, tidak ada yang berani bahas, tidak ada," ujar Stanislaus Apresian.
Dalam laporan ‘Muliakan Bumi Parahyangan’ yang dikeluarkan dari kolaborator Kampanye Pilah Pilih, masalah lingkungan utama yang menjadi perhatian warga Jawa Barat antara lain adalah ketergantungan terhadap energi fosil, persampahan, tata guna lahan, dan korupsi iklim.
Baca juga: Debat Publik Kedua Pilgub Jabar di Cirebon, Dedi Mulyadi Kritik Keras: Mirip Cerdas Cermat
Jawa Barat tercatat memiliki ketergantungan pada energi fosil yang masih tinggi, dengan prediksi emisi gas rumah kaca mencapai 135 juta ton eCO2 tanpa aksi mitigasi di tahun 2030, sementara penggunaan energi terbarukan baru mencapai 2 persen dari total potensinya.
Laporan ini juga memberikan beberapa rekomendasi kebijakan untuk pemimpin Jawa Barat terpilih, antara lain mengurangi penggunaan energi fosil dan meningkatkan porsi energi terbarukan dalam Rencana Umum Energi Daerah (RUED).
Selain itu, perlu adanya dukungan desentralisasi energi terbarukan berbasis komunitas, dan dorongan kebijakan tata ruang yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta kebijakan yang lebih kuat dalam pencegahan bencana dan pengelolaan lingkungan.
Seperti diketahui, tema pada debat kedua adalah "Budaya Inovatif" yang fokus pada isu toleransi agama, lingkungan hidup, dan inovasi. (*)
Dedi Mulyadi Ingin Segera Selesaikan Masalah Infrastruktur hingga Sampah di Jabar |
![]() |
---|
Partisipasi Pemilih pada Pilkada Jabar 2024 Menurun, Jauh dari Target yang Dipatok |
![]() |
---|
BREAKING NEWS, KPU Jabar Resmi Tetapkan Dedi-Erwan Raih Suara Terbanyak pada Pilkada 2024 |
![]() |
---|
Jeje Ucapkan Selamat untuk Pasangan Dedi-Erwan yang Unggul di Pilkada Jabar Versi Quick Count |
![]() |
---|
Dedi-Erwan Unggul Versi Hitung Cepat pada Pilkada Jawa Barat, Iswara Sebut Hasil Kerja Semua |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.