Dedi Mulyadi Usulkan Konsep Kawasan Industri Ramah Lingkungan dalam Debat Publik Pilgub Jabar
Dedi menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan industri dan pelestarian lingkungan.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON- Calon Gubernur Jawa Barat nomor urut 4, Dedi Mulyadi, menyampaikan gagasan tentang konsep kawasan industri yang ramah lingkungan saat diwawancarai media usai debat publik kedua yang berlangsung di salah satu hotel di Jalan Raya Tuparev, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Sabtu (16/11/2024).
Dalam kesempatan itu, Dedi menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan industri dan pelestarian lingkungan.
Terutama di wilayah Ciayumajakuning yang tengah berkembang sebagai bagian dari metropolitan Rebana.
"Tadi di debat terus disebutkan alih fungsi lahan, sementara di Ciayumajakuning sendiri metropolitan Rebana terus dibangun, nah itu yang dimaksud," ujar Dedi.
Kang Dedi Mulyadi atau KDM sapaan akrabnya menjelaskan, bahwa pembangunan kawasan industri tidak harus berarti menghilangkan ruang hijau atau lahan pertanian.
Menurutnya, sebuah kawasan industri bisa tetap mempertahankan elemen-elemen lingkungan yang mendukung keberlanjutan.
"Saya yang termasuk memiliki gagasan begini, ketika ada kawasan industri harus ada kawasan hutan. Biarkan itu dipertahankan walaupun hanya berapa persen."
"Di kawasan industri ini ada kawasan sawah, maka biarkan itu tetap ada kolam, ada danau-danau, biarkan itu ada," ucap mantan Bupati Purwakarta itu.
Kang Dedi menyebutkan, bahwa sebuah kawasan industri sebaiknya memiliki fungsi ganda, termasuk menyediakan lahan pertanian, ruang hijau dan sumber daya air.
Dengan cara ini, kawasan industri tidak hanya menghasilkan produk manufaktur, tetapi juga menjadi tempat bagi kegiatan pertanian dan penyerapan air.
"Sehingga, kawasan industri itu memiliki multi dimensi, satu dia memiliki produk industri, dua memiliki produk pertanian, ketiga memiliki produk oksigen, yang keempat juga sebagai sarana untuk menangkap air dan disitu bisa terintegrasi dengan masyarakat," jelas dia.
Ia juga mencontohkan Kota Bukit Indah sebagai model kawasan industri yang ideal, di mana elemen-elemen seperti hutan, sawah dan danau dapat bersinergi dengan kegiatan industri dan dikelola oleh masyarakat setempat.
"Pemahaman kita yang salah, kalau ngomong industri itu pabrik, tidak ada sawah, tidak ada hutan dan tidak ada danau, tidak bisa seperti itu," katanya.
Dalam penutup wawancaranya, Dedi menekankan bahwa pembangunan kawasan industri harus dilakukan dengan kesepakatan awal yang jelas, agar tidak merusak lingkungan dan tetap memperhatikan aspek estetika dan kenyamanan bagi masyarakat serta pekerja.
"Nah problem yang di kita ini ada keserakahan, sehingga fungsi lahannya dilanggar karena pertumbuhan misalnya luas pabriknya makin banyak, maka yang dikejar ekonomi."
Kadin Jabar Menilai Kondisi Geopolitik Dunia Berpengaruh pada Industri di Indonesia |
![]() |
---|
GIIAS Bandung 2025, Perkuat Posisi Strategis Jabar dalam Industri Otomotif Nasional |
![]() |
---|
Pameran Apparel Bergengsi Hadir di Bandung, Soroti Peluang Bisnis Dekorasi Pakaian |
![]() |
---|
Respons Dedi Mulyadi Soal Jabar Jadi Daerah dengan Angka PHK Tertinggi di Indonesia |
![]() |
---|
Kemenkum Jabar Dukung Akselerasi Kebijakan Industri Pangan via Legal Policy Hub |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.