Emak-emak Bisa Berperan Turunkan Inflasi, Manfaatkan Pekarangn Rumah untuk Urban Farming
Di tanah seluas 200 meter persegi, hamparan hijau dari bayam, sawi, pakcoy, bawang merah, tomat, hingga cabai, tumbuh subur dalam konsep urban farming
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Kemal Setia Permana
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNJABAR.ID CIREBON - Di tengah impitan ekonomi akibat harga bahan pangan yang kian melambung, sekelompok ibu-ibu di Cirebon menemukan cara sederhana namun penuh makna untuk menahan laju inflasi di lingkungannya.
Dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai ladang kecil untuk menanam berbagai sayuran, mereka telah menghidupkan kembali semangat gotong royong yang kini kerap terkikis oleh modernitas.
Pemandangan seperti itu tampak di RW 08 Merbabu Asih, Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.
Lahan kosong yang dahulu dianggap tak produktif kini berubah menjadi surga kecil bagi tanaman sayur mayur.
Di atas tanah seluas 200 meter persegi, hamparan hijau dari bayam, sawi, pakcoy, bawang merah, tomat, hingga cabai, tumbuh subur dalam konsep yang disebut “urban farming.”
Baca juga: Kebakaran Hebat di Kompleks Denbekang AD Cirebon Tak Cuma Hanguskan Rumah, Tapi Juga 3 Kendaraan
Bagi warga di sana, kegiatan bercocok tanam di perkotaan ini bukan sekadar hobi, tetapi juga sebuah kontribusi nyata dalam menjaga ketahanan pangan di tengah inflasi yang tak terkendali.
Seperti diungkapkan oleh Ndari (50), salah satu penggerak urban farming di RW 08.
Menurut Ndari, warga di sana mulai melakukan urban farming sejak tahun 2014.
"Saya bersama Ibu Hartini waktu itu melihat ada lahan yang dibiarkan begitu saja di dekat Baperkam. Sayang sekali rasanya kalau tidak dimanfaatkan."
"Maka, kami ajak ibu-ibu lain yang sekarang tergabung dalam Kelompok Pangan Lestari Hijau (KPLH) Secerah Pagi untuk menanam sayuran dengan metode hidroponik dan vertikultur,” ujar Ndari, Sabtu (9/11/2024).
Ndari menyebut gerakan ini awalnya hanya diikuti oleh segelintir ibu rumah tangga, tetapi lambat laun semakin banyak warga yang tergerak.
Hasil panen tidak hanya memenuhi kebutuhan anggota kelompok, tetapi sebagian dijual kepada warga sekitar.
Baca juga: PREDIKSI Susunan Pemain Timnas Indonesia Jika Kevin Diks Dimainkan Sebagai Starting XI
Ternyata selain bisa menambah pemasukan bagi ibu-ibu, sayuran yang dijual dari kelompok ini memberikan kemudahan bagi warga karena mereka tak perlu lagi ke pasar.
“Kami jualnya sama seperti harga pasar, tapi dengan membeli di sini warga tidak perlu keluar ongkos tambahan."
"Lagipula, sayur kami organik, jadi lebih segar,” katanya.
Sementara salah satu warga lainnya, Hartini (60), juga mengaku turut merasakan manfaat dari gerakan ini.
Sebab sebelum ada penjualan sayuran organik ini, dia harus selalu ke pasar untuk beli sayur.
"Sekarang jarang ke pasar karena di sini ada (stok sayuran) dan lebih irit ongkos,”
“Saya juga ikut termotivasi untuk menanam sendiri di depan rumah, dan sekarang kampung jadi lebih hijau, tidak seperti dulu yang gersang,” lanjutnya.
Di tempat yang sama, Ketua RW 08 Merbabu Asih, Agus Supriono, menyatakan bahwa gerakan urban farming ini membawa dampak positif, baik secara ekonomi maupun lingkungan.
Menurut Agus, urban farming di lingkungannya tidak hanya membantu ketahanan pangan, tetapi juga membantu mengendalikan inflasi di tingkat daerah.
"Ibu-ibu ini bisa menambah pemasukan, dan lingkungannya jadi lebih hijau."
"Apalagi, banyak yang sudah purna bakti, jadi kegiatan ini juga sebagai bentuk hiburan dan vitamin untuk mereka,” kata Agus.
Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Cirebon, mendukung penuh inisiatif urban farming ini sebagai bagian dari program pengendalian inflasi daerah.
Kepala KPw BI Cirebon, Anton Pitono, menyatakan bahwa pihaknya terus memperkuat kerja sama dengan lima pemerintah daerah di Ciayumajakuning untuk menerapkan kebijakan strategis dalam mengantisipasi kenaikan harga bahan pangan.
Salah satunya adalah program “Warung Peduli Inflasi” (Waduli) yang diluncurkan di Pasar Jagasatru, Kota Cirebon, sebagai pusat distribusi bahan pangan dengan harga terjangkau.
Dengan kebersamaan yang tulus, ibu-ibu di RW 08 Merbabu Asih tidak hanya berhasil menyelamatkan dapur mereka, tetapi juga memberi inspirasi bahwa dari pekarangan rumah, mereka mampu mengatasi masalah besar seperti inflasi.
"Semoga inisiatif ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain untuk mandiri dalam ketahanan pangan dan menjaga stabilitas ekonomi keluarga di tengah gejolak harga yang terus meningkat," ujar Anton Pitono. (*)
Marak Keracunan MBG, Wali Kota Cirebon Beri Peringatan Keras, Minta Pengawasan Ketat Dapur Mandiri |
![]() |
---|
Dapur MBG di Cirebon Didatangi DPRD, Pastikan Aktivitas dan Detail Pengolahannya |
![]() |
---|
Kecelakaan KA Mataram vs Truk di Indramayu, Belasan Kereta di Cirebon Ikut Alami Keterlambatan |
![]() |
---|
Cirebon Kini Punya Alarm Gempa Otomatis, Terhubung dengan BMKG, Begini Cara Kerjanya |
![]() |
---|
Petani di Cirebon Nyambi Edarkan Ribuan Pil Terlarang, Ditangkap di Parkiran Ruko |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.