Emak-emak Bisa Berperan Turunkan Inflasi, Manfaatkan Pekarangn Rumah untuk Urban Farming

Di tanah seluas 200 meter persegi, hamparan hijau dari bayam, sawi, pakcoy, bawang merah, tomat, hingga cabai, tumbuh subur dalam konsep urban farming

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Kemal Setia Permana
Tribun Jabar/ Eki Yulianto
Dua orang ibu sedang melakukan perawatan tanaman sayuran yang ditanam dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah di RW 08 Merbabu Asih, Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Sabtu (9/11/2024). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto 

TRIBUNJABAR.ID CIREBON - Di tengah impitan ekonomi akibat harga bahan pangan yang kian melambung, sekelompok ibu-ibu di Cirebon menemukan cara sederhana namun penuh makna untuk menahan laju inflasi di lingkungannya. 

Dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai ladang kecil untuk menanam berbagai sayuran, mereka telah menghidupkan kembali semangat gotong royong yang kini kerap terkikis oleh modernitas.

Pemandangan seperti itu tampak di RW 08 Merbabu Asih, Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.

Lahan kosong yang dahulu dianggap tak produktif kini berubah menjadi surga kecil bagi tanaman sayur mayur. 

Di atas tanah seluas 200 meter persegi, hamparan hijau dari bayam, sawi, pakcoy, bawang merah, tomat, hingga cabai, tumbuh subur dalam konsep yang disebut “urban farming.”

Baca juga: Kebakaran Hebat di Kompleks Denbekang AD Cirebon Tak Cuma Hanguskan Rumah, Tapi Juga 3 Kendaraan

Bagi warga di sana, kegiatan bercocok tanam di perkotaan ini bukan sekadar hobi, tetapi juga sebuah kontribusi nyata dalam menjaga ketahanan pangan di tengah inflasi yang tak terkendali.

Seperti diungkapkan oleh Ndari (50), salah satu penggerak urban farming di RW 08.

Menurut Ndari, warga di sana mulai melakukan urban farming sejak tahun 2014.

"Saya bersama Ibu Hartini waktu itu melihat ada lahan yang dibiarkan begitu saja di dekat Baperkam. Sayang sekali rasanya kalau tidak dimanfaatkan."

"Maka, kami ajak ibu-ibu lain yang sekarang tergabung dalam Kelompok Pangan Lestari Hijau (KPLH) Secerah Pagi untuk menanam sayuran dengan metode hidroponik dan vertikultur,” ujar Ndari, Sabtu (9/11/2024).

Ndari menyebut gerakan ini awalnya hanya diikuti oleh segelintir ibu rumah tangga, tetapi lambat laun semakin banyak warga yang tergerak.

Hasil panen tidak hanya memenuhi kebutuhan anggota kelompok, tetapi sebagian dijual kepada warga sekitar.

Baca juga: PREDIKSI Susunan Pemain Timnas Indonesia Jika Kevin Diks Dimainkan Sebagai Starting XI

Ternyata selain bisa menambah pemasukan bagi ibu-ibu, sayuran yang dijual dari kelompok ini memberikan kemudahan bagi warga karena mereka tak perlu lagi ke pasar.

“Kami jualnya sama seperti harga pasar, tapi dengan membeli di sini warga tidak perlu keluar ongkos tambahan."

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved