Kisah Behram Abduweli, Striker China Etnis Uyghur Pembobol Gawang Timnas: Yatim Piatu Penjual Jagung

Memiliki wajah bule dan nama arab, ternyata Behram Abduweli bukanlah pemain naturalisasi. Ia adalah pemain asli China keturunan Uyghur

via tribunnews
Selebrasi striker Timnas China, Behram Abduweli, seusai mencetak gol ke gawang Timnas Indonesia, di laga matchday 4 kualifikasi Piala Dunia 2026, Selasa (15/10/2024). 

TRIBUNJABAR.ID - Pemain Timnas China Behram Abduweli mencuri perhatian dalam pertandingan matchday 4 penyisihan Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Timnas Indonesia, Selasa (15/10/2024).

Behram Abduweli mencetak gol pada menit ke-22, menjadi gol pembuka bagi China dalam menumbangkan Indonesia. 

Memiliki wajah bule dan nama arab, ternyata Behram Abduweli bukanlah pemain naturalisasi. Ia adalah pemain asli China keturunan Uyghur atau Uigur, salah satu suku yang mayoritas beragama Islam di China.

Melansir China Xinjiang dan Xinhua News, Behram Abduweli adalah bintang muda yang sedang naik daun dalam dunia sepak bola Tiongkok.

Behram merupakan anak terkecil dari dua bersaudara. Mereka dibesarkan oleh kakek mereka sebagai yatim piatu setelah kedua orang tua mereka meninggal kala keduanya masih muda.

Dalam kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026, sosok Behram Abduweli mulai mencuri perhatian para penggemar sepak bola di China.

Striker berusia 21 tahun asal Xinjiang, di wilayah barat laut China, ini memukau dengan stamina luar biasa dan kecepatan yang mengesankan.

Debutnya di tim nasional terjadi saat melawan Thailand, di mana Behram masuk sebagai pemain pengganti dan mencetak gol penyeimbang penting, membuatnya menjadi pemain pertama dari Xinjiang yang mencetak gol untuk timnas China.

Penampilan apiknya berlanjut saat ia tampil sebagai starter melawan Korea Selatan pada laga tandang kemudian. Behram bermain penuh semangat, terus berlari di sepanjang lapangan dan memberikan tekanan pada barisan pertahanan lawan, hingga menuai pujian dari para penggemar sepak bola China.

Di rumah sederhana yang berjarak ribuan kilometer dari Seoul, di Yining, Xinjiang, saudara laki-laki Behram, Kamiran Abduweli, dan kakek mereka, Mijit Abdurahman, menonton laga tersebut dengan penuh bangga di depan TV.

Dinding rumah mereka dipenuhi medali Behram, sementara lemari menyimpan trofi-trofinya. Bahkan, sebuah ruang penyimpanan telah diubah menjadi tempat menyimpan sepatu dan jersey sepak bolanya.

“Aku tidak pernah melewatkan satu pun pertandingan yang ia mainkan,” ujar Kamiran dikutip Xinhua.

Kamiran, yang kini bekerja sebagai instruktur sekolah mengemudi, pernah memiliki mimpi yang sama dengan adiknya.

Kehilangan orang tua di usia muda, mereka tumbuh besar bersama kakek mereka. Untuk mencukupi kebutuhan, kedua kakak beradik ini kerap menjual jagung di gang setelah pulang sekolah. 

Momen paling membahagiakan bagi mereka adalah ketika bisa menyelesaikan jualan lebih cepat dan bermain sepak bola hingga senja. “Saat bermain bola, semua beban rasanya hilang,” kenang Behram.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved