Pilkada Kota Bandung 2024

Cara Calon Wali Kota Farhan Tangani Sampah di Bandung Usai TPA Sarimukti Semakin Over Kapasitas

Calon Wali Kota Bandung Farhan dalam menangani sampah di Kota Bandung akibat TPA Sarimukti overload

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Siti Fatimah
Hilman Kamaludin
Calon Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan saat bertemu warga di Pasirjati, Kota Bandung. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Penanganan sampah di Kota Bandung setelah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti over kapasitas mendapat perhatian serius dari calon wali kota Bandung, Muhammad Farhan.

Seperti diketahui, dengan kondisi TPA Sarimukti seperti itu, disepakati pengangkutan sampah dari Kota Bandung menuju TPA Sarimukti yang asalnya 172 ritase per hari dikurangi menjadi 140 ritase per hari mulai 1 Desember 2024.

Atas hal itu, Farhan bertekad akan mengoptimalkan penanganan sampah jika terpilih pada Pilkada 2024 karena ini penting agar Kota Bandung tetap nyaman dan bersih di tengah terus meningkatnya produksi sampah serta minimnya lahan untuk pembangunan TPA.

Baca juga: Ngarumat Sepuh, Program Farhan Untuk Maksimalkan Layanan Kesehatan Bagi Lansia di Bandung

"Pemerintah harus serius dalam mengatasi persoalan sampah ini. Saya menjadikan penanganan sampah ini sebagai program prioritas dalam tiga bulan pertama kepemimpinan kami," ujar Farhan saat bertemu dengan warga di Kelurahan Pasirjati, Senin (14/10/2024).

Menurut Farhan, penambahan jumlah penduduk tidak bisa dihindari, sehingga kondisi ini berdampak terhadap bertambahnya produksi sampah di Kota Bandung yang mencapai sekitar 1.700 ton per hari.

Farhan pun memaparkan sejumlah rencana kerja terkait penanganan sampah yang akan dilakukannya jika terpilih menjadi wali kota Bandung. Menurut dia, yang pertama harus diubah adalah paradigma dalam melihat sampah.

"Biasanya buanglah sampah pada tempatnya. Tetapi pertanyaannya, di mana tempatnya? Jika ditanya ke warga, di mana saja asal jangan di rumah saya (warga), terserah mau di kampung orang lain mah," katanya.

Menurutnya hal ini harus diubah karena hanya melihat sampah sebagai limbah yang harus dibuang seperti dulu ke TPA Leuwigajah dan sekarang ke TPA Sarimukti, tetapi setelah Sarimukti penuh sampah itu mau dibuang ke mana dan tempatnya di mana.

Oleh karena itu, menurut Farhan sampah harus dipilah agar tidak semuanya dibuang ke TPA.

Baca juga: Enam Serikat Buruh Deklarasi Dukung Farhan-Erwin di Pilwakot Bandung

Seharusnya sampah yang dibuang hanya 10 persen dari jumlah yang dihasilkan dan selebihnya, sampah basah atau organik dikomposting menjadi maggot dan yang kering atau anorganik bisa didaur ulang.

Nantinya, Farhan memastikan akan menggandeng pihak ketiga dalam setiap pengolahan sampah baik yang basah maupun kering karena saat ini ketersediaan lahan di Kota Bandung sangat minim.

"Untuk pengolahan 1 ton sampah basah, dibutuhkan lahan 600 meter persegi. Dari Pasar Caringin saja sehari 70 ton sampah basah, belum dari pasar yang lain. Minimal butuh 10 hektare untuk tempat pengolahan sampah," ucap Farhan.

Ia mengatakan, nantinya tempat pengolahan sampah basah kemungkinan berada di luar kota, sedangkan pengolahan sampah kering akan dibagi dua yakni yang bisa didaur ulang, dan B3 (berbahaya, beracun, berbau) yang harus dimusnahkan.

"Jadi kemungkinan semua tempat pengolahannya berada di luar kota dan masing-masingnya berbeda tempat," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved