Waduk Jatigede Sumedang Ubah Ekonomi Wawan, Dulu Ngojek, Sekarang Cuan dari Warung Ikan Bakar

Perbandingan pendapatannya kini sangat jauh dari dahulu ketika masih ngojek. Kini, dia sehari bisa dapat Rp 2 juta

|
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Seli Andina Miranti
Tribun Jabar/ Kiki Andriana
Suasana warung ikan bakar Puncak Permata milik Wawan Ruslan, di kawaaan waduk Jatigede, Sumedang, Senin (16/09/2024) sore. 

Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang telah membawa berkah ekonomi bagi Wawan Ruslan (46), warga RT03/03 Kampung/ Cipicung, Kecamatan Jatigede. 

Dulu, Wawan belasan tahun menjadi pengemudi ojek. Kini, dia punya warung nasi penyedia ikan bakar "Puncak Permata" yang view-nya adalah Masjid Al-Kamil dan Menara Kujang Sapasang di Desa Jemah, Jatigede. 

Dia menjadi tukang ojek untuk rute di sekitar Jatigede. Rutenya mencari rupiah dulu, sebagian besar telah terendam waduk seluas 4.891,13 hektare itu. 

Meski bekerja sebagai ojek selama 14 tahun, Wawan bersama sang istri, Siti (42) tekun menabung, sehingga dia pada 2008 mampu membeli secarik tanah di Kampung Panenjoan, Desa Pajagan, Kecamatan Jatigede, Sumedang. 

Baca juga: Hari-hari Pertama Kerja Yudia Ramli di Sumedang, Tinjau Waduk Jatigede hingga Fosil Stegodon

Harganya Rp 150 ribu per tumbak. 

"Tidak pernah menyangka akan seperti ini, akan menghadap ke Masjid Al-Kamil dan Menara Kujang Sapasang," kata Wawan kepada Tribun Jabar.id, di warung nasinya, Senin (16/9/2024) sore. 

Tahun 2015, ketika Jatigede mulai digenangi, dia memanfaatkan tanahnya untuk dibangun warung kopi. 

Warung itu berdinding kayu dan beratap kain terpal. Menu yang disajikan sebatas kopi seduh dan mi instan.

Saat awal-awal penggenangan waduk, banyak warga lokal yang ingin melihat penggenangan itu, dan mereka datang ke sekitar warung kopi miliknya yang memang dataran tinggi dan bisa jelas melihat ke semua area waduk. 

Mulailah ekonominya terangkat. Utang membuat bangunan warung kepada ibunya Rp 3 juta terbayar. Warung juga terus mengalami renovasi. 

"Dulu waktu jadi ojek, engak tentu penghasilan di kisaran Rp 80-100 ribu. Kotor. Bersihnya paling Rp 50-60 ribu. Dulu sih warung nasi ini warkop biasa, ada kopi dan mi rebus. Semakin kesini, dari permintaan pengunjung minta liwet ikan bakar khas Jatigede, ada yang kelapa muda juga. Tahun 2015 masih warkop, warung nasi dari 2018," katanya. 

Perbandingan pendapatannya kini sangat jauh dari dahulu ketika masih ngojek. Kini, dia sehari bisa dapat Rp 2 juta, dan jika akhir pekan, meningkat dua kali lipat menjadi Rp 4-5 juta pada Sabtu-Minggu. 

"Enggak menyangka akan sejauh ini, awalnya coba-coba saja, engak berfikiran seperti ini. Makanya alhamdulillah banget," 

"Buat saya, dengan bendungan ini ada dampak baik dari sisi eknomi. Mungkin kalau enggak ada bendungan, saya mungkin masih ngojek," katanya. 

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved