Opang di Pasir Impun Bandung Hanya Dapat Rp 30 Ribu Sehari Tapi Ogah Jadi Ojol, Ini Alasannya

Seorang pengemudi ojek pangkalan (opang) di Pasir Impun, Mandalajati, Bandung, Riki Mulyana (47), mengaku pendapatannya turun drastis sejak ada ojol

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Giri
Tribun Jabar/ Hilman Kamaludin
Perwakilan ojol dan opang Pasir Impun, Bandung, menghadiri mediasi di Kantor Kecamatan Mandalajati, Selasa (10/9/2024). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Seorang pengemudi ojek pangkalan (opang) di Pasir Impun, Mandalajati, Bandung, Riki Mulyana (47), mengaku pendapatannya turun drastis sejak ada ojek online (ojol).

"Sekarang saja pendapatan kita hanya Rp 30 ribu per hari, dari pagi sampai sore. Jadi buat beli beras saja enggak cukup. Kalau sebelum ada ojol pendapatan saya Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu," kata Riki, Rabu (11/9/2024).

Meski pendapatan turun drastis, beberapa opang tetap ogah menerima tawaran menjadi ojol seperti yang tertuang dalam delapan poin kesepakatan antara opang dengan ojol.

"Soal saran gabung ojol juga enggak semuanya setuju karena opang ada yang sudah tua dan tidak ada materi untuk mendaftar. Apalagi kita juga sudah membeli kartu anggota opang," ucapnya.

Atas hal tersebut, pihaknya meminta pemerintah untuk mencarikan solusi yang terbaik karena saat ini pendapatan opang sudah menurun drastis, apalagi jika keputusan bersama itu benar-benar dijalankan.

"Terutama soal yang poin tidak ada pembatasan itu, saya juga tidak menandatangani karena 100 persen tidak setuju, baru dua orang (tanda tangan). Sedangkan anggota kita ada 136 orang, nah itu mereka belum memberikan persetujuan," kata Riki.

Baca juga: Situasi Terkini di Pasir Impun Bandung Setelah Kesepakatan Bersama Akhiri Konflik Ojol vs Opang

Menurutnya, dalam mediasi tersebut pemerintah tidak mengakomodasi saran opang yang menginginkan agar berbagi penumpang seperti penumpang yang ditarik ojol hanya sampai bawah, kemudian ke atas dilanjutkan oleh opang.

Pengeluaran dobel

Mengenai dua moda transportasi yang disarankan opang, masyarakat juga keberatan karena  pengeluaran menjadi dobel.

"Intinya kalau warga cuma pengen minta kebebasan memilih transportasi. Mau milih opang atau ojol terserah warga," ujar Ketua RW 12 Karang Pamulang, Ngadiman, saat ditemui di Kantor Kecamatan Mandalajati, Selasa (10/9/2024).

Ia mengatakan, warga di 3 kompleks yakni Kompleks Citra Wanagari, Sayana, Panoramic ingin mudah dalam menggunakan transportasi, baik saat bekerja maupun saat mengantarkan anak pergi dan pulang sekolah.

"Alasannya (bebas memilih) mungkin banyak warga yang dari luar, nah kalau naik transportasi online bisa sampai ke rumah, jadi lebih gampang karena kan banyak yang pulang malam dan yang punya anak kecil dari rumah sampai ke sekolah," katanya.

Menurutnya, ketika warga menggunakan ojol tentu lebih mudah, sedangkan opang harus menunggu atau turun ke bawah.

Namun, saat ini warga sulit untuk mengakses ojol ketika akan berangkat dari rumah.

Baca juga: Kisruh Ojol vs Opang Pasir Impun, Dishub Kota Bandung: Tak Ada Regulasi Zona Merah-Zona Hijau

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved