Petani di Lembang Bandung Barat Biarkan Tomat Busuk di Pohon, Modal Rp 100 Juta Hasilkan Rp 4 Juta
Petani tomat di wilayah Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), sengaja tidak memanen dan membiarkannya membusuk di pohon.
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Petani tomat di wilayah Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), sengaja tidak memanen dan membiarkannya membusuk di pohon.
Keputusan itu diambil karena harga jualnya anjlok sejak satu bulan lalu.
Harga di tingkat petani saat ini hanya Rp 700 per kilogram. Harga itu merupakan yang terendah selama beberapa tahun terakhir.
Sehingga petani yang kebunnya berada di pelosok membiarkan tanaman tomat membusuk.
Seorang petani sayuran, Ulus Pirmawan (54), mengatakan, petani yang kebunnya di pinggir jalan masih bisa memanen. Berbeda dengan yang kebunnya di dalam.
"Itu karena ongkos angkut dari kebun ke pinggir jalan jauh lebih mahal ketimbang harga jual. Akhirnya, kami mempersilakan warga untuk memetik atau mengambil sendiri," ujar Ulus di Lembang, Minggu (28/7/2024).
Baca juga: Kendalikan Inflasi, Pemkot Bandung Tanam Bibit Cabai, Bawang Merah dan Tomat di Kelompok Buruan SAE
Petani asal Kampung Gandok, RT 01/01, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Bandung Barat, dan petani yang lainnya itu saat ini hanya bisa pasrah karena meski tomatnya dijual, tapi tidak akan mampu menutup modal yang sudah dikeluarkan.
Ia mengatakan, untuk lahan seluas sehektare, biaya yang dikeluarkan petani berkisar antara Rp 80 juta sampai Rp 100 juta. Sementara dengan harga tomat Rp 700 per kilogram hanya menghasilkan uang sekitar Rp 4 juta.
"Jelas petani rugi besar, ada yang masih bisa menjual, tapi masih sangat jauh dari modal yang sudah dikeluarkan. Parahnya lagi, tak sedikit petani yang malah sama sekali tidak mendapat uang sepeser pun," kata Ulus.
Menurutnya, merosotnya harga jual tomat dipengaruhi faktor daya beli masyarakat dan panen serentak, tetap faktor yang sangat berpengaruh akibat penurunan daya beli masyarakat.
Baca juga: Ribuan Hektare Sawah di Bandung Barat Terancam Kekeringan, Kementan Siapkan Pompanisasi
"Kalau daya beli masyarakat tinggi, sekalipun tomat melimpah di pasaran harganya tidak akan separah seperti sekarang. Petani masih bisa menjual Rp 5.000 per kilogram," ucapnya.
Menurutnya, ketika daya beli masyarakat menurun, sekalipun harga jual tomat sudah sangat murah tetapi pembelinya kurang.
"Jadi karena memang daya beli masyarakat rendah, walau dijual murah tetap saja tidak laku. Malah tidak ada yang sampai berani memborong banyak," ujar Ulus. (*)
Fafa Bos Arisan Bodong di Cikalong Bandung jadi Tersangka, Polisi Sudah Dapat Bukti |
![]() |
---|
Massa Aksi Datangi Kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, Laporkan Dugaan Korupsi Pejabat Teras KBB |
![]() |
---|
20 Lokasi Nobar Persib Bandung vs Lion City Sailors di Bandung hingga Cimahi Besok 18 September 2025 |
![]() |
---|
PLN Kawal Pelatihan Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Proyek PLTA Upper Cisokan |
![]() |
---|
Kronologi Dugaan Kasus Arisan Bodong di Cikalongwetan Bandung Barat, di Awali dari Beli Paket Arisan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.