Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024
Hari Ke-15: Bermula dari Kampung Jawa, Lalu Pameran Hang Tuah, dan Berakhir di Tempat Laundry
Kami berjalan di tepian Malacca River, yang dibuat menjadi semacam kanal yang bisa dilalui kapal motor kecil untuk mengangkut wisatawan.
Penulis: Hermawan Aksan | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan Tribunjabar.id Hermawan Aksan
JADWAL acara dalam buku saku Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024 rupanya kerap berubah. Untuk hari ini, Senin, 1 Juli 2024, misalnya, di buku saku tertulis kegiatan “Perjalanan menuju Institute Tun Perak Malaka” pada pukul 08.30 sampai 09.00, kemudian “Mengikuti kuliah di Istitute Tun Perak Malaka” pada pukul 09.00—11.00. Setelah itu “Perjalanan menuju Benteng Portugis” pukul 11.00—11.30.
Namun, hingga pukul sembilanan belum ada pengumuman apa pun tentang rencana acara yang akan diikuti, terutama oleh peserta undangan. Bahkan kemudian ada rundown acara baru yang menuliskan bahwa mulai pukul 09.00 ada seminar lanjutan hari kemarin, mengenai warisan budaya jalur rempah, di Muzium Rakyat.
Karena sudah dialami bagaimana jalannya seminar kemarin dan terbayang bahwa situasinya akan sama, kami berlima—saya, Yudhi, Mimi, Debby, dan Dian—memutuskan naik taksi online ke Kampung Jawa sekitar pukul sembilan. Lokasinya terhitung dekat dari Imperial Heritage Hotel, ditempuh kira-kira sepuluh menit. Sayangnya, kami justru datang terlalu pagi. Rumah-rumah masih banyak yang tutup dan tidak terlihat banyak aktivitas penduduk. Kampung itu juga tidak menggambarkan suasana kampung di Jawa, tapi justru lebih mirip kampung Cina atau Pecinan. Sebabnya, tulisan-tulisan yang terpasang di rumah-rumah lebih banyak beraksara Cina.
Hanya satu-dua yang tidak bertulisan Cina. Salah satunya Madrasah Kampung Jawa, yang ditulis dengan huruf Arab dan Latin.
Kami berjalan di tepian Malacca River, yang dibuat menjadi semacam kanal yang bisa dilalui kapal motor kecil untuk mengangkut wisatawan. Kami berfoto-foto antara lain dengan latar jembatan dan rumah berwarna-warni. Dari sana kami melewati Jonker Walk sebelum sampai di Christ Church Melaka (Gereja Merah), yang tertulis bertahun 1753. Di kawasan itu berdiri pula Muzium Sejarah, Tugu Melaka 0 Mile, Surau Warisan, dan lain-lain. Sayangnya, kami tidak bisa masuk Gereja Merah dan Muzium Sejarah karena tutup. Di sana kami membeli oleh-oleh, antara lain kaus dan gantungan kunci.
Tujuan berikutnya adalah Malaysia Heritage Studio, sebuah taman bertema budaya yang berada di Ayer Keroh, Malaka. Sementara rombongan Laskar Rempah dan peserta undangan lainnya naik mobil yang disediakan, kami naik taksi online lagi. Di sana kami menonton tarian tuan rumah, melihat patung makhluk raksasa gorila yang disebut Mawas, masuk ke ruang pakaian tradisional yang musiknya mirip lagu “Burung Kakaktua”, dan lain-lain.
Khusus mengenai Mawas, disebutkan bahwa suku asli Johor percaya di dalam hutan tropika di sana terdapat makhluk mistik Mawas atau menurut suku asli itu disebut “hantu jarang gigi”. Konon tingginya sekitar tiga meter, berkaki dua, dan sekujur tubuhnya ditutupi bulu.
Dari situ, kami meluncur untuk makan siang di Restoran Ikan Bakar Malim. Kami menikmati sajian terkenal Malaysia, ikan bakar asam manis, ditambah cah kangkung dan olahan daging kambing yang mirip dengan tongseng atau tengkleng. Berbeda dengan sajian di hotel yang relatif “datar” (yang kami rasakan di dua malam berikutnya), menu di restoran ini sangat kuat aroma rempahnya. Karena itu, dua piring ikan bakar asam manis, sepiring ayam goreng, dan semangkuk “tongseng” itu tandas disantap kami berenam satu meja.
Setelah kenyang, kami berangkat lagi ke tujuan berikutnya: Pameran Hang Tuah di Malacca International Trade Centre. Melalui pameran ini, tampaknya pemerintah Malaysia bermaksud menonjolkan ketokohan, keperwiraan, dan kepahlawanan Hang Tuah sebagai sosok Melayu yang tiada tolok bandingnya.
Salah satu keterangan dalam pameran itu menyebutkan “Hang Tuah adalah tokoh yang menjadi kebanggaan Masyarakat Melayu yang terkenal tidak hanya di kalangan bangsa Melayu, tetapi juga di seluruh Kepulauan Melayu pada saat itu. Hang Tuah adalah ikon seorang rakyat ideal yang mencurahkan seluruh hidupnya berbakti kepada raja. Hang Tuah juga turut digambarkan sebagai intelek ulung Melayu, hulubalang dan laksamana yang tidak hanya bergantung pada kekuatan badan, tetapi juga spiritual dan intelektual.”
Secara lebih detail, Hang Tuah juga digambarkan sebagai sosok yang bertakwa dan berbudi luhur, pemimpin yang berwibawa, ilmuwan yang bijak, diplomat yang mahir, dan pedagang antarbangsa yang hebat.
Dalam pameran ini, diperlihatkan berbagai senjata yang dipakai pasukan Melayu saat itu, antara lain meriam lela, sebuah meriam berlaras panjang, bisa berputar ke berbagai arah, dan mempunyai jarak tembakan sejauh 366 meter; istinggar, sebuah senjata api berkancing sumbu yang direka oleh pelbagai etnik dari kepulauan Nusantara; dan tentu saja senjata tajam berupa macam-macam keris.
Pameran ini, seperti ditulis dalam keterangannya, “merupakan hasil penemuan kajian terkini berdasarkan artifak, manuskrip, dokumen bertulis ilustrasi, film, lukisan, buku, dan pelbagai bahan multimedia yang berkaitan dengan Hang Tuah.” Pameran ini juga disebut “memberikan gambaran mengenai sejarah kegemilangan Empayar (dari Empire—pen) Kesultanan Melayu Melaka, asal-usul dan riwayat hidup serta kehebatan dan kebijaksanaan Hang Tuah.”
Namun, dalam obrolan ringan dengan kami, Prof. Ikhwan Azhari dari Universitas Medan, yang juga turut melihat-lihat pameran itu bersama rombongan MBJR 2024, sempat mengomentari bahwa Hang Tuah adalah tokoh fiksi.
Hari Ke-20: Hari Terakhir Muhibah Budaya Jalur Rempah, Tangis Kembali Tumpah |
![]() |
---|
Hari Ke-19: Pagi Terakhir di KRI Dewaruci dan Malam Pembukaan Festival Raja Ali Haji |
![]() |
---|
Hari Ke-18: Lego Jangkar di Tanjung Uban, Tangis Peserta Muhibah pada Malam Terakhir di KRI Dewaruci |
![]() |
---|
Hari Ke-17: Mencium Udara Hari Terakhir di Malaka dan Melanjutkan Muhibah ke Tanjung Uban |
![]() |
---|
Hari Ke-16: Jumpa Sahabat di Malaysia, Kunjungi Masjid Selat Melaka, dan Hadiri Farewell Dinner |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.