Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024
Hari Keempat: Angin yang Lebih Kencang dan Ombak yang Lebih Kuat
HARI keempat Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024, Kamis, 20 Juni, diawali dengan badai. Badai itu menggoyang KRI Dewaruci sekitar pukul 02.00.
Penulis: Hermawan Aksan | Editor: Hermawan Aksan
Di area ini, mungkin karena daratan Pulau Sumatra terlihat, sinyal internet muncul lagi. Ketika berangkat dari Dumai, ada awak kapal yang mengatakan bahwa sepanjang masih terlihat pulau, maka sinyal internet masih akan ada. Pesan-pesan Whatsapp dan notifikasi Facebook bermunculan. Sayangnya, kegembiraan kami karena ada sinyal internet tidak berlangsung lama dan saya tidak sempat bisa mengirim tulisan buat Tribunjabar.id.
Berbeda dengan pelayaran di hari pertama, di pelayaran hari kedua ini angin bertiup lebih kencang dan ombaknya lebih besar. Hampir sepanjang perjalanan goyangan kapal pun lebih kencang daripada kemarin.
Saya pernah beberapa kali bermimpi melaksanakan salat dengan lantai yang goyah sehingga tubuh pun bergoyang-goyang. Saat bangun saya tidak tahu menjalankan salat di mana dalam mimpi itu. Hari ini saya seakan-akan mengalami déjà vu saat menunaikan salat Zuhur, Asar, serta Magrib dan Isya yang bergoyang-goyang karena permukaan lantai kapal yang goyah lantaran ombak laut.
Sehabis Asar, para anggota Laskar Rempah mengikuti acara “diskusi dengan pakar”, kali ini bersama Dr. Daya Negri Wijaya, bertempat di geladak atas. Saya sempat mandi dan salat Asar sebelum bergabung dengan mereka sebagai pendengar. Sayangnya, suara Mas Daya kurang terdengar jelas karena kadang tertimpa suara mesin kapal dan embusan angin.
Di tengah acara itu setidaknya empat anggota Laskar Rempah mengalami mabuk laut. Tiga di antaranya memuntahkan isi perut mereka ke laut melalui tepi pagar. Satu lainnya dipijat temannya dan dibaluri dengan minyak kayu putih.
Seperti kemarin, sore ini awan menutupi bidang langit, termasuk matahari. Akibatnya, saya gagal lagi menyaksikan sunset.
Malam ini kapal akan memasuki wilayah Aceh dan, menurut kabar yang diterima dari awak kapal, ombaknya lebih ganas. (*)
Hari Ke-20: Hari Terakhir Muhibah Budaya Jalur Rempah, Tangis Kembali Tumpah |
![]() |
---|
Hari Ke-19: Pagi Terakhir di KRI Dewaruci dan Malam Pembukaan Festival Raja Ali Haji |
![]() |
---|
Hari Ke-18: Lego Jangkar di Tanjung Uban, Tangis Peserta Muhibah pada Malam Terakhir di KRI Dewaruci |
![]() |
---|
Hari Ke-17: Mencium Udara Hari Terakhir di Malaka dan Melanjutkan Muhibah ke Tanjung Uban |
![]() |
---|
Hari Ke-16: Jumpa Sahabat di Malaysia, Kunjungi Masjid Selat Melaka, dan Hadiri Farewell Dinner |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.