Solihin Warga Garut yang Tak Bisa Tidur 4 Tahun Itu Ternyata Ayah Agum, Bocah yang Dibunuh Temannya

Solihin menjelaskan, kondisi itu bermula dari sakit telinga yang dialaminya pada tahun 2020.

Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/ Sidqi Al Ghifari
Suasana kediaman Solihin, orang tua Agum Gumilar (13) di Kampung Cijeler, Desa Leuwigoong, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (10/11/2023) malam. Korban merupakan bocah SMP yang dihabisi temannya sendiri. Sampai saat ini, Solihin mengaku tak bisa tidur. 

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Seorang pria asal Garut menyita perhatian publik setelah mengaku tak bisa tidur selama empat tahun.

Sosok itu ialah Solihin (50), warga Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Solihin menjelaskan, kondisi itu bermula dari sakit telinga yang dialaminya pada tahun 2020.

Sakit yang menyerang telinganya itu menyebabkan dirinya kesulitan untuk tidur.

"Awalnya dari sakit telinga, berdengung dan berdesir di telinga kanan, itu yang membuat saya tidak bisa tidur dari tahun 2020," ujarnya, Selasa (28/5/2024).

Ia mengaku pernah mendatangi dokter di puskesmas untuk mendapatkan pengobatan, tetapi kondisi telinganya tak pernah membaik.

Kisah Solihin Pria di Garut Ngaku Tidak Bisa Tidur Sudah 4 Tahun, Obat Tidur Tak Mempan, Terungkap Faktanya
Kisah Solihin Pria di Garut Ngaku Tidak Bisa Tidur Sudah 4 Tahun, Obat Tidur Tak Mempan, Terungkap Faktanya (Kolase Tangkap Layar Vidio.com)

Setelah beberapa kali diperiksa, dokter memberikan berbagai obat untuk menyembuhkannya.

Namun, usaha itu masih belum membuahkan hasil, kondisi Solihin tidak membaik.

Menurutnya, dokter juga sempat memberikan obat tidur kepadanya, tetapi tak manjur.

Baca juga: Sosok Solihin Pria Garut 4 Tahun Tak Bisa Tidur, Tabungan dan Sawah Habis Dijual, Obat Tak Mempan

"Bahkan saya pernah menaikkan dosis obatnya itu, yang seharusnya satu obat saya minum dua sampai tiga obat, tapi tetap saja tidak tidur-tidur," ungkapnya.

Solihin mengatakan dirinya merasakan kantuk seperti orang pada umumnya, tetapi dirinya tak bisa tidur.

Selama ini, jelasnya, ia hanya bisa memejamkan mata dengan kondisi sadar yang diperparah dengan rasa sakit dan suara dengungan di telinganya.

Solihin (50), warga Kampung Cijeler, Desa Leuwigoong, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang empat tahun tidak pernah tidur.
Solihin (50), warga Kampung Cijeler, Desa Leuwigoong, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang empat tahun tidak pernah tidur. (Tribun Jabar/Sidqi Al Ghifari)

"Kalau ditanya perasaan saya gimana, ya, saya sudah tidak kuat, bosan sehari-hari, ya, begini saja. Kalau siang bisa jalan-jalan," ujarnya.

Sementara itu, saat ini Solihin sudah tak menjalani pengobatan karena situasi ekonominya sedang sulit.

Meski mempunyai BPJS, biaya lain yang diperlukan untuk berobat seperti transportasi dan lain-lain membuat Solihin dan keluarganya tidak mampu lagi melanjutkan pengobatan.

"Semua tabungan sudah habis untuk biaya berobat."

"Saya bahkan harus menjual sawah, beberapa barang berharga untuk berobat," ungkap Solihin.

Kemudian, terungkap fakta bahwa Solihin adalah ayah Agum Gumilar (13).

Agum Gumilar meninggal karena dibunuh oleh temannya sendiri yang masih di bawah umur pada Oktober 2023.

Kejadian itu lantas memperparah situasi Solihin yang tak bisa tidur sejak empat tahun lalu.

Anak Solihin Dibunuh Kawan Sekolah

Air mata Solihin (50) dan Aisah (44), orang tua Agum Gumilar (13) yang dibunuh temannya sendiri di Garut, tumpah.

Saat ditemui, keduanya tengah terduduk di ruangan tengah rumahnya sembari menunggu sejumlah tamu yang terus berdatangan.

"Wajahnya selalu terbayang, selintas terlihat terus di mata saya," ujar Aisyah saat ditemui Tribunjabar.id di kediamannya di Kampung Cijeler, Desa Leuwigoong, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (10/11/2023) malam.

Aisah pun meneteskan air mata. Dia meminta penegak hukum mengusut tuntas dan menghukum pelaku dengan hukuman setimpal.

Perbuatan pelaku, menurutnya, telah menghancurkan perasaannya dan anak-anaknya yang lain.

Sebelumnya, Agum diketahui sempat hilang kemudian ditemukan sudah tidak bernyawa di Sungai Cimanuk.

"Waktu itu katanya meninggal karena terbawa arus, pas anak saya diautopsi ternyata (hasilnya) beda, ternyata dibunuh," ungkapnya.

Aisah bercerita, sesudah anaknya ditemukan, ia sempat berbicara dengan seorang polwan dari Polres Garut. Dalam pembicaraan itulah ia mengetahui ada yang janggal dengan kematian anaknya.

Setelah polisi menggelar ekspose kasus tersebut, barulah diketahui bahwa anaknya itu meninggal karena dibunuh oleh temannya sendiri yang masih berumul 12 tahun.

"Saya tahunya dari media setelah (diumumkan) oleh Polres Garut," ucapnya.

Dugaannya tentang sebab kehilangan anaknya itu ternyata terbukti, Agum Gumilar benar-benar tewas karena dihabisi oleh temannya sendiri.

Setelah mendengar fakta itu, Aisah dan suami mengaku sempat tidak percaya bahwa cara kematian anaknya itu bisa tragis.

"Sama Bapak (suami) sempat itu anak (tersangka) didatangi, sempat diinterogasi tapi tidak mengaku, bahkan sudah 10 kali didatangi tetap tidak mengaku," ucapnya.

Suami Aisah, Solihin, menyebut, dirinya sempat melakukan pencarian ke wilayah hutan setelah anaknya dinyatakan hilang.

Ia menuturkan, anaknya itu pamit bersama dua temannya untuk bermain, tapi setelah petang anaknya itu tak kunjung pulang.

"Itu hari Senin tanggal 30 Oktober, dari pengakuan dua temannya itu mereka main ke lapangan voli dan ke warung, hanya sebatas itu pengakuan mereka," ucap Solihin.

Ia menyebut, warga kampungnya kemudian melakukan pencarian ke berbagai wilayah.

Saat itu Sungai Cimanuk tidak jadi sasaran pencarian karena kedua teman korban tidak menyebutkan lokasi tersebut.

"Saya hanya fokus ke hutan, ke kebun saat itu, para tetangga juga membantu mencari sampai begadang," ucap Solihin.

Solihin minta pelaku dihukum setimpal atas perbuatannya. Dia juga meminta adanya penyelidikan lebih lanjut tentang kematian anaknya.

"Hukum yang setimpal, saya tidak ingin ada pelaku-pelaku lain jika hukumannya ringan. Saya takut ada korban lain," ucapnya. (*)

 

 

Penjelasan Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut lewat Sekretaris Dinas Kesehatan, Yodi Sirodjudin, menjelaskan kondisi sebenarnya yang dialami Solihin.

"Terkait dengan adanya isu ada warga Kecamatan Leuwigoong yang mengaku tidak tidur selama empat tahun, sebenarnya bukan tidak tidur. Tapi tidak nyenyak tidur," ujarnya kepada awak media, Selasa.

Menurutnya, berdasarkan pemeriksaan dokter tim puskesmas, gangguan tidur yang dialami Solihin disebabkan oleh beberapa faktor.

"Selama empat tahun, dikarenakan berdasarkan informasi dari hasil pemeriksaan dokter tim puskesmas, ada gangguan di telinganya sehingga telinganya berdengung dan mengganggu tidurnya," ucap Yodi.

 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved