Berita Viral
Kisah Amsori Sopir Lansia di Jakarta, Terpaksa Tidur di Angkot, Pernah Stroke 2 Kali: Sedih Banget
Kisah pilu sopir angkot yang diusir dari kontrakan hingga pernah terkena stroke.
Penulis: Salma Dinda Regina | Editor: Salma Dinda Regina
TRIBUNJABAR.ID - Kisah pilu sopir angkot yang diusir dari kontrakan hingga pernah terkena stroke.
Pekerjaan sebagai sopir angkot kini tidak bisa menjamin kehidupan Amsori (69).
Bahkan, ia tidak mampu untuk mengontrak lagi di Jakarta karena pendapatannya tidak cukup.
Baca juga: Soal Video Nyangkut di Jalur Busway, TikToker Zoe Levana Sebut Sopir TJ yang Minta Viralkan
Amsori mengatakan dirinya adalah seorang perantau dari Pemalang.
Dulu, ia sempat mengontrak rumah, namun kini kehidupannya berubah drastis.
"Saya asli Pemalang, saya merantau keluarga di kampung. Saya dulu mengontrak di Jalan Ende Tanjung Priok. Tapi, untuk sekarang saya tidak kuat mengontrak," kata Amsori saat diwawancarai, dikutip dari Kompas.com.
Bagi Amsor, tahun 2024 menjadi tahun yang berat selama hampir 20 tahun berprofesi sebagai sopir angkot.
Baru tahun ini, pendapatan menarik angkot Amsori hanya cukup untuk membeli makan saja.
Hal itu pun menyebabkan Ansori menunggak uang kontrakan berbulan-bulan.
Seharusnya, ia membayar uang kontrakan sebesar Rp 500.000 per bulan.
Akan tetapi, karena sulit mendapatkan penumpang, uang hasil menarik angkotnya itu tidak bisa membayar sewa kontrakan.
Hingga akhirnya ia pun diminta untuk mengosongi rumah kontrakan itu oleh pemiliknya.
Tidur di angkot
Karena keterbatasan biaya, Amsori pun memilih untuk tidak mengontrak rumah lagi dan tidur di dalam angkot sewaanya itu.
Sudah dua bulan lamanya, ia tidak merasakan tidur di kasur yang empuk.
Setiap malam, alas tidurnya hanya jok angkot yang sedikit keras.
"Saya tidur di mobil, itu pakaian saya, saya bawa. Untungnya mobil ini sama yang punya boleh saya bawa pulang," kata Amsori sambil tertawa.
Tak takut aksi kejahatan
Setiap malam, Amsori memarkirkan angkotnya di sekitar Jalan Ende Tanjung Priok untuk beristirahat.
Amsori mengatakan, meski tidur di dalam angkot semalaman, ia tetap merasa nyaman dan tidak pernah khawatir terkena aksi kejahatan.
"Saya enggak takut ada aksi kejahatan," ujar Amsori. Bagi Amsori pengalamannya merantau hampir 20 tahun di kawasan Tanjung Priok bisa menghindarinya dari aksi kejahatan yang marak terjadi.
Selain itu, Amsori juga memiliki banyak teman yang siap membantunya apabila terkena aksi kejahatan.
Baca juga: Viral Video Siswi SMA Terseret Angkot di Sukaasih Bandung,Sopir Tak Mau Berhenti usai Diminta Kiri
Pendapatan menurun
Amsori mengatakan, pendapatannya menarik angkot di tahun-tahun sebelumnya cukup menjanjikan.
"Saya dulu, bisa menyekolahkan anak masuk pesantren, bantu anak nikah," terang Amsori.
Bahkan Amsori bisa merenovasi rumah peninggalan orang tuanya berkat hasil menarik angkotnya di kawasan Tanjung Priok. Namun, setelah putri sulungnya menikah di tahun lalu, Amsori merasa pendapatan menarik angkot justru menurun dratis. Uang hasil menarik angkotnya sering kali hanya cukup untuk membeli bensin dan membayar setoran sewa.
"Bensin Rp 200.000 sehari, ama setoran Rp 170.000 berarti kan hampir Rp 400.000? Lah, kalau kita enggak dapat sampai Rp 500.000 ya enggak dapat uang," ujar Amsori.
Bahkan terkadang, pendapatan menarik angkot Amsori juga tak cukup untuk bayar setoran.
Saat ditemui Kompas.com, Amsori mengaku sudah lima hari tidak mampu membayar setoran akibat penumpang sepi.
"Sering enggak dapat Rp 50.000 aja terkadang sama sekali enggak dapat, saya lima hari belum setoran," katanya.
Selain kesulitan mengontrak rumah dan membayar setoran, sepinya penumpang juga membuat Amsori bingung untuk membeli makan.
Amsori selama ini sudah mengirit biaya pengeluaran untuk makan.
Ia mengaku, dalam satu hari harus mengeluarkan uang sebesar Rp 45.000 untuk tiga kali makan dengan lauk sederhana beserta minum.
Masih memiliki tanggungan
Di tengah kondisinya yangs edang sulit dan usianya tidak lagi muda, Amsori masih memiliki tanggungan di kampung halamannya.
Selain istri, ia memiliki anak bungsu yang masih membutuhkan biaya untuk sekolah.
"Itu anak saya, masih kelas tiga SMP. Yang satu lagi sudah menikah, saya sudah punya cucu," terang Amsori.
Sadar putri sulungnya sudah berumah tangga, Amsori dan istri tak mau menuntutnya ikut membiayai adiknya sekolah.
Kini istri Amsori juga berusaha membantu perekonomian keluarga dengan bekerja sebagai pelayan warteg di Pemalang.
Kendati sulit menjalani kehidupan di Jakarta, Amsori tetap bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga.
Bahkan, ia tidak memberitahu sang istri bahwa ia tidak lagi tingga di rumah kontrakan.'
"Sedih banget, mungkin kalau istri saya lihat dia enggak tega. Selama saya di Jakarta, paling sengsara saya di tahun 2024 akhir-akhir ini," ucap Amsori.
Amsori berharap, agar penumpangnya bisa ramai kembali sehingga ia tidak lagi menunggak membayar sewa angkot dan bisa mencukupi kebutuhan keluarganya seperti dulu.
Pernah terserang stroke 2 kali
Semangat bekerja itu pun terus berlangsung hingga kini, meski dirinya pernah mengalami sakit stroke.
"Saya sebenarnya enggak sehat, saya pernah stroke, kalau jalan masih ketahuan. Tapi, kalau bawa mobil ya enggak kelihatan," katanya.
Pada 2019 sebelum Pandemi Covid-19, Amsori pertama kali mengalami stroke.
Pada saat itu, ia sedang menarik angkot tiba-tiba lemas dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Darurat (RSUD) Koja, Jakarta Utara.
Ketika diperiksa, ia ternyata terkena stroke dan membuat kakinya tidak lagi berfungsi normal.
"Orang jalan dari rumah saja saya enggak bisa merangkang," sambungnya.
Namun, perlahan kondisi Amsori mulai membaik dan sudah bisa kembali berjalan dan beraktivitas lagi. Tapi, nasib malang kembali menimpa Amsori, setelah pandemi Covid-19 dinyatakan berakhir di Indonesia, ia terkena stroke lagi.
Kini kondisi Amsori sudah mulai membaik meski kakinya tetap belum dapat berfungsi normal seperti sedia kala.
"Tapi, Alhamdulillah saya sekarang udah bisa (berjalan)," tegasnya.
Selama ini, Amsori sama sekali tidak melakukan terapi untuk membantu proses penyembuhan kakinya. Kini ia hanya mengandalkan beberapa jenis obat yang sudah diresepkan dokter agar tidak rentan mengalami stroke lagi.
"Paling minum obat, dan saya enggak pernah terapi," ujarnya.
Untuk mendapatkan obat itu, Amsori membeli dengan uang pribadi dan tidak dicover oleh BPJS Kesehatan.
Dalam satu bulan, Amsori harus mengeluarkan uang sebesar Rp 120.000 untuk membeli obat.
(Tribunjabar.id/Salma Dinda) (Kompas.com/Shinta Dwi)
Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.
Viral Emak-emak Jilbab Pink Gagah Berani Lawan Aparat saat Demo DPR, Pulang ke Rumah Soft Spoken |
![]() |
---|
Indonesia Memanas, Para Artis Sesali Pilihan Politik, Minta Maaf Insiden Ojol Tewas Dilindas Brimob |
![]() |
---|
Sempat Dikabarkan Tewas saat Demo, Umar Driver Ojol Asal Sukabumi Selamat, Alami Luka Serius |
![]() |
---|
Sosok Affan Ojol Tewas Dilindas Rantis Brimob, Dibawa ke RS Pakai Motor, Tulang Punggung Keluarga |
![]() |
---|
Sosok Gus Irfan Cucu Pendiri Nahdlatul Ulama yang Disebut-sebut Bakal Jadi Menteri Haji dan Umrah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.