Dedi Mulyadi: Tugas Jadi Gubernur Itu Gampang, yang Susah Itu untuk Jadinya

Contoh lainnya adalah saat Dedi Mulyadi menjadi bupati Purwakarta selama dua periode dengan ragam prestasinya tidak melahirkan elektoral yang tinggi.

Penulis: Ahya Nurdin | Editor: Hermawan Aksan
Dok Pribadi
Dedi Mulyadi 

Laporan. Kontributor Tribunjabar.id, Subang, Ahya Nurdin

TRIBUNJABAR.ID, SUBANG – Mantan bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, tugas sebagai seorang gubernur adalah hal yang mudah.

Justru yang sulit, kata Dedi, adalah menuju terpilih sebagai seorang gubernur.

Hal itu diungkapkannya saat ditanya pemilik media di Kota Bandung tentang apakah seorang Dedi Mulyadi bisa menjadi gubernur di Jawa Barat dan mengaplikasikan ragam idenya.

“Jadi gubernur itu gampang. Yang susah itu untuk jadinya,” jawab Dedi.

Gubernur, kata Dedi, memiliki kewenangan untuk mengelola keuangan.

Dalam bertugas gubernur didampingi oleh perangkat di bawahnya yang merupakan orang-orang pintar.

Sayangnya, masih ada birokrat di Indonesia bergaya feodal tidak mau berinovasi.

Mereka yang tidak mau berinovasi biasa menghabiskan anggaran dengan cara perjalanan dinas, seminar, diskusi atau kegiatan semacamnya, asal semua anggaran terserap.

Berbeda dengan birokrat yang mau berinovasi justru dianggap kontroversi, merugikan pihak lain, dilaporkan, bahkan tak jarang harus melewati serangkaian pemeriksaan.

“Nah, beban itu akan hilang manakala pemimpinnya full power, punya visi, mau melakukan perubahan, mengerti teknis, karena kalau pemimpin tidak mengerti teknis bisa ditipu oleh anak buah."

"Dan juga mengerti masalah yang sebenarnya, jangan baru mau jadi pemimpin mau jadi calon, baru belanja masalah,” ucapnya.

Ditanya soal hal yang sulit, Dedi menjelaskan, masyarakat Jawa Barat adalah pengguna terbesar media sosial.

Rata-rata mereka senang melihat casing atau tampilan dari seseorang dan bukan dari kinerjanya.

Ia mencontohkan, jika di Instagram memosting soal kinerja, maka hanya mendapat respons yang kecil.

Berbeda jika ia memosting sesuatu yang keren seperti menggunakan jas, dasi, dan kacamata ditambah dengan kata-kata kekinian, maka akan sangat direspons.

“Idealisme saya itu jangan dulu pada penampilan, tapi kinerja, tapi ternyata tidak bisa harus tetap ada gayanya."

"Pada akhirnya saat ini casing penting, tapi kinerja jauh lebih penting,” ucapnya.

Contoh lainnya adalah saat Dedi menjadi bupati Purwakarta selama dua periode dengan ragam prestasinya tidak melahirkan elektoral yang tinggi.

Justru elektoral itu tumbuh saat ia mulai mendokumentasikan kegiatannya dan dimasukkan ke Youtube.

“Termasuk kemarin itu (pileg) posisi saya nganggur tidak DPR, ternyata pada akhirnya media sosial berpengaruh,” ujar Dedi.

Pada Pileg 2024, Dedi Mulyadi meraih 375.658 suara di Dapil VII Jabar (Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi).

Atas capaiannya itu ia menjadi caleg peraih suara tertinggi kedua secara nasional dan peringkat pertama se-Partai Gerindra. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved