Kecelakaan Maut di Ciater Subang

'Tak Ada Pilihan Lain' Kata Sopir Bus Laka Maut di Ciater Subang Jawa Barat, Ini Awal Bus Rem Blong

Bus yang sengaja dia tabrakkan ke tiang listrik di sebelah kanan itu malah membuat bus terguling dan terseret.

Penulis: Ahya Nurdin | Editor: Ravianto
gani kurniawan/tribun jabar
Polisi saat melakukan olah TKP tergulingnya bus Putera Fajar di Jalan Raya Ciater, Subang, Jawa Barat, Minggu (12/5/2024) pagi. Kecelakaan bus pengangkut rombongan SMK Lingga Kencana Depok itu terjadi Sabtu (11/5/2024) sekitar pukul 18:45 WIB dan menewaskan 11 orang. 

TRIBUNJABAR.ID, SUBANG - Kasus kecelakaan maut Bus Pariwisata Putera Fajar di Ciater Subang yang menewaskan 11 pelajar SMK Lingga Kencana Depok, serta puluhan penumpang lainnya luka-luka tersebut diduga akibat rem blong.

Berdasarkan keterangan sang sopir bus maut, Sadira rem mobil yang ia kemudikan blong saat memasuki turunan pertigaan Sariater.

Jarak antara Rumah Makan Bang Jun dengan TKP kecelakaan maut itu sendiri hanya 750 meter.

Kondisi jalan juga cuma lurus tanpa ada tikungan sama sekali.

Jalan baru menikung tepat di lokasi kejadian.

Suasana TKP Laka Maut di Ciater Subang. Foto : Tribunjabar / Ahya Nurdin
Suasana TKP Laka Maut di Ciater Subang. Foto : Tribunjabar / Ahya Nurdin (AHYA NURDIN / Tribunjabar.id)

Meski demikian, kondisi jalan memang menurun panjang dari Rumah Makan Bang Jun sampai TKP.

Bus yang dikemudikan Sadira sebenarnya sempat diperbaiki ketika rombongan berhenti di Rumah Makan Bang Jun.

Sadira juga mengaku, sebelum melanjutkan perjalanan, saat istirahat makan, rem mobil tersebut sudah diperbaiki oleh montir dan sudah normal.

"Waktu itu, pada saat abis makan sore di Rumah Makan Bang Jun, kemudian saya melanjutkan perjalanan," kata Sadira lagi.

Baca juga: Kisah Pilu Mahesya, Siswa SMK Tewas Kecelakaan di Ciater, Berjuang Bekerja Demi Ikut Perpisahan 

"Tapi sayang, tiba-tiba  rem tersebut blong."

Posisi rem mulai blong itu dirasakan Sadira saat melintas di perempatan menuju tempat wisata Sariater.

Posisi pertigaan Sariater dengan Rumah Makan Bang Jun itu hanya 300 meter.

Sementara pertigaan Sariater ke TKP bus terguling, maju sepanjang 400 meter.

Dengan demikian, posisi sejak Sadira merasakan rem bus blong hingga terguling hanya sekitar 400 meter.

"Saat memasuki turunan perempatan Sariater, tiba -tiba saya tekan rem, perseneling saya masukin gak masuk-masuk, ternyata anginnya tiba tiba abis," kata Sadira, saat ditemui Tribunjabar, saat sedang terbaring dalam perawatan di RSUD Subang, Minggu(212/5/2024) 

Menurut Sadira, setelah tahu remnya blong, saat itulah dirinya kelabakan mencari jalur penyelamat tapi tidak ada.

Sadira khawatir jika busnya terus dilajukan dalam kondisi rem blong, akan mengakibatkan banyak korban.

"Saya sudah panik saat tahu rem blong. Waktu itu mau saya terusin takut tambah banyak korban karena  akan banyak kendaraan yang tertabrak nantinya," katanya.

Sadira kemudian memutuskan untuk mengarahkan busnya ke kanan, itulah akibatnya bus menyenggol Daihatsu Feroza dan 2 motor.

Keputusan Sadira membuang bus ke kanan karena saat itu ada sekitar 5 motor di depannya.

"Jadi tak ada pilihan lain waktu itu, lebih baik saya buang kanan dan benturkan ke tiang listrik hingga akhirnya terguling dan terhenti," ucapnya.

Apa daya, upaya Sadira meminimalisir jumlah korban malah gagal.

Bus yang sengaja dia tabrakkan ke tiang listrik di sebelah kanan itu malah membuat bus terguling dan terseret.

Akibatnya, 10 orang tewas, 4 di antaranya karena tertindih bodi bus yang terseret saat terguling.

Satu korban tewas lagi adalah pengendara motor.

"Saya tidak menyangka mobil tersebut akan terguling," imbuhnya

Sementara itu terkait kondisi luka sang sopir bus maut tersebut, Sadira mengaku dirinya hanya mengalami luka sedang.

"Saya hanya mengalami luka sedang tidak terlalu parah seperti yang bisa dilihat saat ini, hanya mengalami memar dibagian kepala tangan dan kaki," pungkasnya.

Kondisi di Jalan Raya Ciater

Jalan raya tempat terjadinya kecelakaan itu membujur dari selatan ke utara dengan kontur menurun dan berkelok. Di sebelah kiri, terdapat pekebun teh, sedangkan di sisi kanan Jalan berjejer warung-warung.

Pada malam hari, Jalan tersebut minim penerangan. Bahkan, nyaris sampai ke Jalan Cagak, Subang. Lampu penerangan hanya ada dibeberapa titik saja dan warung-warung warga di sisi jalan.

Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Irjen Pol Aan Suhanan mengatakan, di jalur tersebut terdapat blind spot sehingga rawan terjadi kecelakaan.

"Betul, ini adalah blind spot, nantinya sering terjadi kecelakaan di sini," ujar Aan, saat meninjau lokasi kejadian, di Jalan Raya Ciater Subang, Minggu (12/5/2024). 

Dari peristiwa ini, Aan mengaku bakal menggelar forum grup diskusi (FGD) untuk memberikan rekomendasi rekayasa lalulintas hingga penambah rambu. 

"Setelah olah tempat kejadian perkara (TKP), setelah penyelidikan, penyelidikan ada FGD, nanti kita akan memberikan rekomendasi, termasuk salah satunya masalah rekayasa lalulintas, penambahan rambu atau mungkin seperti tanjakan emen, diperlebar dan sebagainya, itu semua akan kita tuangkan di fokus grup diskusi, sehingga kita berikan rekomendasi kepada pemerintah untuk masalah jalan ini," katanya.

Sebelumnya, kecelakaan maut di Jalan Raya Ciater, Subang itu terjadi sekitar pukul 18.30 WIB, melibatkan lima kendaraan satu bus pariwisata, satu mobil Feroza dan tiga sepeda motor. 

Adapun korban yang terlibat kecelakaan itu totalnya mencapai 64 korban, terdiri dari 11 yang meninggal dunia, 13 luka berat dan 40 luka ringan.

Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Jules Abraham Abast mengatakan, seluruh korban meninggal dunia dari rombongan bus dan pengendara motor sudah diserahkan kepada pihak keluarga.

Saat ini, kata dia, pihaknya masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab kecelakaan maut tersebut dengan menggunakan metode Traffic Accident Analysis (TAA) oleh penyidik Laka Lantas Polres Subang bersama Dit Lantas Polda Jabar.

TAA adalah metode analisis komprehensif tentang kecelakaan lalu lintas oleh berbagai ilmu, dan diperoleh laporan analisis kecelakaan lalu lintas yang ilmiah dan dapat diterima, pengetahuan tersebut meliputi: kinematika, fotogrametri, fotografi forensik, pemindai laser 3D, dan perangkat lunak analisis kecelakaan.

"Penyebab pasti kecelakaan menunggu hasil tim olah TKP," ucapnya.(*)

Laporan jurnalis Tribunjabar Subang Ahya Nurdin/Nazmi Abdurrahman

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved