Peringatan 69 Tahun Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka, Pengunjung Surprise karena Gratis
Terik matahari menyorot deretan bendera yang berkibar di halaman Gedung Merdeka, Kota Bandung, di hari peringatan ke-69 KTT Asia-Afrika, Kamis (18/4).
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Terik matahari menyorot deretan bendera yang berkibar di halaman Gedung Merdeka, Kota Bandung, di hari peringatan ke-69 KTT Asia-Afrika, Kamis (18/4/2024).
Pintu museum saksi sejarah Konferensi Asia-Afrika ini terbuka, mempersilakan masyarakat masuk untuk menyelami peristiwa saat pandangan negara-negara di dunia tertuju ke Bandung.
Wisatawan yang saat itu berada di sekitar Jalan Asia Afrika pun mengantre. Petugas keamanan mempersilakan mereka memindai kode QR melalui ponsel masing-masing untuk mendaftar.
Mereka pun dipersilakan masuk, menuju meja resepsionis.
Di sini, para pengunjung diberi arahan, diperbolehkan mengambil foto dan video, tapi tidak boleh makan dan minum di dalam museum.
Tidak ada pungutan atau biaya tiket masuk bagi pengunjung museum ini, alias gratis.
Diorama presiden pertama RI Soekarno, dengan sederet tokoh penggagas Konferensi Asia Afrika di belakangnya, menjadi suguhan pertama yang menyambut pengunjung.
Berikutnya, pengunjung dapat menelusuri sejarah Konferensi Asia Afrika melalui sederet teks dan gambar bercerita.
Ada juga foto-foto saat konferensi berlangsung, sampai cuplikan sejarah mengenai apa yang terjadi di dunia saat itu, yang mendorong diadakannya Konferensi Asia Afrika sampai lahirnya Dasasila Bandung.
Dipajang juga barang-barang yang berkaitan dengan Konferensi Asia Afrika saat itu, di antaranya prangko, mesin tik untuk notulensi, dan deretan bendera negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika.
Selain ruang utama museum, pengunjung pun bisa mengunjungi aula utama Gedung Merdeka yang menjadi lokasi utama Konferensi Asia Afrika.
Di sini, pengunjung bisa merasakan langsung atmosfer konferensi tersebut, di antaranya dengan duduk di kursi jadul sambil melihat deretan bendera peserta konferensi di depannya.
Museum ini menarik salah satu wisatawan asal Jakarta, Icha (20), yang saat itu tengah menjelajahi kawasan pusat Kota Bandung bersama empat temannya.
Ia mengatakan awalnya hanya iseng-iseng berjalan di depan Gedung Merdeka, sekadar untuk berfoto-foto.
"Tadi ngintip, ternyata bisa masuk. Kirain engga bisa masuk kan. Ternyata ada satpamnya, ngebantu pendaftaran, akhirnya masuk. Lihat-lihat di dalem seru juga, sambil ngadem sebentar," kata Icha di sela kunjungannya.
Ia pun tidak menyangka bahwa hari itu adalah peringatan ke-69 Konferensi Asia Afrika.
Dari museum ini, ia bisa mengetahui lebih banyak mengenai sejarah bangsa Indonesia.
"Yang bikin saya terharu pas membaca potongan-potongan koran, yang bilang kalau semua negara di dunia sedang ke Bandung. Sepenting itu ternyata Indonesia di saat itu di mata dunia," kata Icha.
Pengunjung lainnya asal Bekasi, Roni (32), mengatakan ini kali ketiganya mengunjungi museum tersebut.
Ia dan orang tuanya yang sedang mengunjungi Bandung pun memutuskan memasuki museum KAA setelah melihat semarak bendera-bendera yang berkibar di depan Museum KAA.
"Lumayan buat mengisi waktu sambil tambah pengetahuan. Makin nyaman juga di museumnya. Saya masuk karena ada banyak bendera di depan, artinya sedang ada peringatan ya atau event," kata Roni.
Ia mengatakan pihak museum tampaknya menutup sejumlah ruang dan akses di museum tersebut.
Roni pun mengira ini karena sedang ada renovasi di museum ini.
"Dulu, perasaan tidak sesempit ini museumnya. Ada ke lorong lainnya. Saya juga tidak menemukan bendera-bendera di bagian dalam museum, selain yang di aula. Biasanya kan bisa berfoto di benderanya. Mungkin sedang perbaikan," kata Roni.
Ia mengatakan pada kunjungan kali ini, ia baru menyadari bahwa pada masa lalu, sejumlah negara memiliki bendera yang berbeda dengan yang sekarang.
Seperti contoh, katanya, Burma atau Myanmar, Yaman, dan Vietnam.
Museum KAA dibuka untuk umum pada hari Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu, pukul 09.00-12.00 dan 13.00-15.00.
Museum tutup pada hari Senin, Rabu, Jumat, dan hari libur nasional.
Kunjungan dan seluruh layanan di Museum KAA adalah gratis.
Sebagai informasi, per 2024, khusus untuk kunjungan rombongan, Museum KAA hanya menerima 250 orang pada sesi pagi (09.00-12 .00) dan 200 orang pada sesi siang (13.00-15.00).
Rombongan dengan jumlah banyak diwajibkan menghubungi care centre sebelum melakukan reservasi terlebih dulu. (*)
| Kawasan Konferensi Asia Afrika Bandung Diajukan Jadi Warisan Dunia UNESCO |
|
|---|
| 50 Ucapan Hari G30S PKI Penuh Doa untuk Para Pahlawan Revolusi, Cocok Dijadikan Status di MedsosĀ |
|
|---|
| LINK Live Streaming Upacara Peringatan HUT ke-215 Kota Bandung 25 September 2025 |
|
|---|
| Objek Wisata Edukasi Baru di Lembang, Hiburan sambil Mengenal Tokoh Konferensi Asia Afrika 1955 |
|
|---|
| Fakta-fakta Kasus Satpam Masjid Istiqlal Tegur Pengunjung Tidur Pakai Toa, Pengurus Minta Maaf |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.